webnovel

Chapter 47

Sesuai keinginan Alexa, Aditra Group masuk dalam group Express Corp, berganti nama menjadi Aditra Express.

Para pemegang saham tentu saja mendukung hal ini karena kemajuan Aditra Express makin terlihat nyata dalam naungan Express Corp.

Banyak peluang tender baru yg di dapatkan Aditra Express.

Nathan menduduki tampuk kepemimpinan selama Alexa dalam masa pemulihan pasca melahirkan baby Maximilian Xavier Maxwell, putra kecilnya.

Hari ini Alexa merasakan kebosanan karena sudah hampir 2 bulan ini ia tidak pernah keluar dari rumah nya kalau tidak ada keperluan.

Nathan membatasi ruang lingkup Alexa selama masa pemulihan nya.

Beberapa kali Liliana ibu mertua Alexa ataupun bu Broto bergantian mengunjungi Alexa membantunya merawat baby Maxi.

Bayi tampan ini dengan mudah masuk ke hati semua orang yang melihatnya walaupun ia tidak melakukan apapun.

"Mom aku bosan di rumah terus. Aku boleh titip baby Maxi sama mommy engga?", tanya Alexa sambil membawa keranjang bayi nya yang berisi baby Maxi yang masih tertidur.

"Sini berikan pada mommy. Pergilah. Shopping aja yang banyak, habis kan uang suamimu", ujar Liliana sambil segera mengangkat tubuh cucu kesayangannya dari dalam keranjang bayi.

"Mba, kamu bantu mommy jaga Maxi ya. Aku pergi dulu. Nanti siang aku jemput lagi ke sini", ujar Alexa kepada baby sister nya.

"Baik nyonya muda", ujar Lilis baby sister Alexa mengangguk.

"Mom aku pergi ya", teriak Alexa lalu berjalan keluar dari rumah utama Maxwell.

Alexa kemudian masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobilnya menuju ke Aditra Express.

Setelah memarkirkan mobilnya di tempat biasa nya, Alexa memasuki lobby gedung Aditra Express.

Saat melihat Alexa, semua karyawannya terlihat kaget dan langsung memberikan salam pada wanita cantik itu.

Keluar dari lift, Wenny assisten pribadi Alexa pengganti Jason sangat kaget melihat bosnya.

"Selamat siang bos. Kok bos uda masuk? bukannya kata Presdir Nathan kalau bos baru masuk bulan depan? ", tanya Wenny sopan.

"Bosan aku di rumah terus. Hei sepertinya ada perubahan ya? dimana ruangan meeting yang ada disana?", tanya Alexa sambil menunjuk ruangan yang sekarang seperti menyatu dengan ruang kerjanya.

"Lantai ini hanya ada ruangan bos dan ruangan kami saja para sekretaris. Ruang meeting pindah semua ke lantai 2 bos. Silakan bos", ujar Wenny sambil membuka pintu kamar kerja Alexa.

"Ini pasti idenya Nathan ya? Sekarang aku punya ruang istirahat sendiri rupanya", ujar Alexa setelah ia melihat kamar kerjanya yang berubah drastis.

Ada ruangan tambahan di dalam kamar kerjanya yang merupakan tempat istirahat pribadi CEO lengkap dengan tempat tidur dan kamar mandi pribadi.

Sesuatu di atas bantal menarik perhatian Alexa, ia mengambilnya dan itu seutas rambut berwarna pirang.

Alexa menuju ke meja kerjanya lalu membuka lacinya dan mengambil sebuah kantong plastic kecil dari dalam laci itu kemudian memasukkan rambut itu ke dalam plastic.

Ia kembali memperhatikan rambut itu dan Alexa yakin sekali kalau rambut itu bukan rambutnya dan juga bukan rambut Nathan. Alexa keluar dari ruang kerjanya lalu memperlihatkan plastik itu di depan muka Wenny yang sedang konsentrasi bekerja.

"Siapa yang datang?", tanya Alexa tegas.

"Itu seperti rambutnya rekan Presdir Nathan, kemarin ada perempuan yang datang ke sini dan terlihat pucat sekali. Dia sempat pingsan di depan Presdir Nathan dan Presdir lalu menyuruh Anto mengangkatnya dan menaruhnya di atas tempat tidur di ruangan istirahat bos. Setelah wanita itu siuman, Presdir Nathan menyuruh Anto mengantarkan sampai ke rumahnya. Kalau ngga salah rumahnya di daerah pondok indah", ujar Wenny menjelaskan.

"Benar begitu Anto? ", tanya Alexa sambil menatap Anto, asisten yg duduk di sebelah Wenny.

"Benar bos. Wanita itu bernama Wanda dan tinggal di pondok indah. ngakunya si. Tapi kemarin karena saya penasaran, saya sempat datangi rumah itu lagi dan mereka bilang mereka tidak kenal perempuan itu", ujar Anto menjelaskan.

"Kenapa kamu penasaran?", tanya Alexa tak mengerti.

"Itu bos.... hehehe.... Pendidikan dia tidak memenuhi syarat untuk masuk ke Aditra Express jadi nya saya mau membantu dia untuk bekerja di teman saya kebetulan mereka butuh admin. Saya kasihan soalnya dia bilang kalau dia janda baru seminggu bos", ujar Anto dengan muka memerah.

"Janda ya? Kamu suka dia ya?", goda Alexa yang tentu saja makin membuat muka Anto memerah sempurna.

"Bukan bos.... bukan begitu", ujar Anto tergagap.

"Coba lah kamu cari tahu siapa dia. Gunakan human resources yang kita punya", ujar Alexa tegas.

"Aku harus tau siapa lawanku", gumam Alexa sangat pelan.

"Kamu tau dimana Nathan sekarang Wenny?", tanya Alexa beralih memandang Wenny yg ternyata juga sedang memperhatikan Alexa.

"Maaf bos, saya kurang tahu karena yang tau jadwal Presdir Nathan pak Welly asisten beliau", ujar Wenny.

"Oh ya sudah lah. Aku coba hubungi Welly saja deh. Hallo Welly. Aku mau tanya Presdir mu ada dimana? oh ok. Jangan kasih tau dia kalau aku tanya ya", ujar Alexa lalu menutup telephone nya.

"Hari ini belum ada jadwal kan buat aku? Mulai besok aku akan mulai bekerja. Anto, ganti tempat tidur dan semua yang sudah di gunakan Wanda kemarin. Aku tak mau ada bau perempuan lain di ruanganku", ujar Alexa tegas dan Anto mengangguk lalu ia mengangkat telephone mulai mengerjakan yang diperintahkan Alexa.

Alexa berjalan menuju lift kemudian turun ke Lobby dan segera masuk ke dalam mobilnya. Ia mengendarai mobil mewahnya menuju ke sebuah restoran sesuai yang dikatakan Welly sebelumnya.

Alexa turun dengan anggunnya dari dalam mobil dan sempat beberapa pria menyapanya genit namun ia hanya tersenyum pada mereka.

Tiba di dalam restoran, Alexa kemudian menuju ke kamar private dengan nomor yang diberikan Welly tadi. Alexa membuka pintu ruangan dan matanya mencari sosok Nathan.

Ada sepasang pria dan wanita yang sedang berdansa mesra sekali dan dilihat dari postur tubuh dan jas yang ia gunakan, Alexa yakin kalau pria itu Nathan suaminya.

Emosi Alexa memuncak, segera saja ia menghampiri pria itu kemudian memukulnya dengan tas yang ia bawa.

Alexa memukuli punggung pria itu dengan membabi buta. Wanita yang berdansa dengan pria itu hanya termangu melihat Alexa kebingungan.

"Kakak ipar, ampun kak", teriak pria yang dipukuli Alexa.

"Kakak ipar?", Alexa berhenti memukuli pria itu.

"Wah Alexa hebat banget deh, ngga bisa main-main lagi deh kamu Nathan", goda Thrias yang duduk tak jauh dari mereka.

"Kakak ipar memang perempuan tangguh", ujar Richard yang duduk disebelah Thrias.

"Apes kamu Berlin. Siapa suruh kamu tadi memaksa pinjam jas Nathan", ujar Neo.

Alexa makin kebingungan lalu ia memperhatikan muka pria yang barusan ia pukuli yang ia kira Nathan.

"Maaf kakak ipar, aku ngga akan pinjam lagi jas Nathan ya", ujar Berlin sambil menyatukan kedua tangannya memohon pada Alexa.

"Sudah puas belum pukulinya sayang? Kalau belum lanjutkan saja", bisik Nathan sambil memeluk Alexa dari belakang.

"Kok bukan kamu?", tanya Alexa bingung.

"Iya maaf kakak ipar, aku tadi pinjam jas Nathan buat melamar Melanie. Ini Melanie tunanganku", ujar Berlin sambil menunjuk Melanie yang tersenyum pada Alexa.

"Maaf ya. Aku kira kamu Nathan", ujar Alexa lirih sambil menundukkan kepalanya.

Pecahlah tawa semua orang yang ada di dalam ruangan dan Nathan langsung membalikkan tubuh istrinya dan membenamkan dalam pelukannya.

Nathan juga menaruh telunjuknya diatas bibir meminta semua orang diam. Terdengar isak tertahan Alexa dan membuat semua orang langsung menutup mulutnya sambil tetap tersenyum.

"Kakak ipar, kalau kamu masih mau pukuli orang, pukuli saja Neo, dia masih jomblo masih belum ada yang khawatirkan", ujar Berlin yang disambut dengan keplakan dikepalanya dari Neo yang duduk disebelah.

"Hei jangan pukul suamiku lagi", herdik Melanie pada Neo.

"Melanie kenapa tadi saat kakak ipar pukuli Berlin kamu diam saja?", teriak Neo kesal.

"Aura kakak ipar hebat banget, sama dengan aura kakak Nathan. Sumpah bergidik aku tadi lihat dia marah", ujar Melanie pelan.

"Ternyata bukan gw doang yang tadi bergidik lihat Alexa marah", ujar Thrias tertawa namun langsung membekap mulutnya saat melihat Alexa yang keluar dari pelukan Nathan dan memeloti Thrias.

"Maaf Alexa", ujar Thrias sambil menyatukan kedua tangannya.