webnovel

Pemikiran yang Belok

"Lalu kenapa kakak tidak menelponku kemarin?"

"Kakak hanya tidak ingin membuatmu khawatir"

"Justru aku tambah khawatir sekarang"

Naura menahan emosinya dengan terdiam sebentar.

"Sekarang bagaimana keadaan papa?"

"Papa sudah baikan"

"Apa kakak dan papa masih berada di rumah sakit?"

"Nanti siang papa sudah boleh pulang"

Jarak yang membutuhkan waktu hampir satu hari membuat Naura tidak bisa selalu mengunjungi sang papa juga karena Fadil.

"Jangan terus mengulang kesalahan kak, Naura tidak suka jika kakak selalu bersikap seperti ini"

"Kakak minta maaf"

"Kakak tidak salah, Naura minta maaf karena telah berbicara dengan nada tinggi tadi"

"Setelah papa pulang nanti akan kakak telpon lagi"

"Terima kasih banyak kak"

Naura menggigit bibir bawahnya, menahan semua perasaan yang membuat dadanya sakit. Kedua laki-laki hebat dan kuat yang selalu melindungi Naura dalam waktu 23 tahun itu kini sekarang harus berada jauh di sana.

"Untuk?"

Satu tetes air mata berhasil terjatuh.

Naura tidak langsung menjawab pertanyaan kakaknya yang berada di sebrang terlebih dahulu Naura menormalkan dirinya dan menghilangkan tangisannya itu.

Kakak Naura sangat tidak suka jika Naura menangis itu akan membuatnya sangat khawatir.

"Terima kasih telah menjaga papa dan Nuara"

Perkataan yang berhasil Naura ucapkan dalam satu kali helaan napas.

"Kalian adalah kehidupan kakak, tidak perlu berterima kasih itu sudah menjadi tanggung jawab kakak. Kamu juga di sana jaga kesehatan"

Meski Naura tidak berhadapan dengan kakaknya sekarang Naura langsung menganggukkan kepalanya mendengar ucapan Fadil dari sebrang.

Semua ucapan kakak laki-lakinya adalah kebaikan untuk Naura.

"Kakak juga jaga kesehatan dan jangan lupa langsung telpon Naura jika sudah pulang"

"Tetapi tunggu setelah papa istirahat dulu"

"Iya kak, Naura akan menunggunya"

"Baiklah, baik-baik di sana jangan sampai sakit karena kakak jauh dari kamu tetapi jika kamu sakit dan sangat membutuhkan kakak, kakak akan langsung ke sana"

Senyuman terbit di bibir Naura, Fadil adalah nama kakak laki-laki Naura. Semua yang berhubungan dengan Naura selalu berpengaruh bagi Fadil. Kakak laki-laki yang memang sangat menjaga Naura. Melindungi Naura dengan segenap perlakuan dan ucapan agar Naura selalu baik-baik saja.

"Sekarang Naura sudah punya pahlawan baru"

"Kakak senang, semoga adik perempuan kakak yang cantik ini selalu bahagia"

"Kakak juga"

Setelah mengucapkan kalimat perpisahan singkat sambungan telpon terputus dan Naura langsung mengusap kedua matanya yang masih terdapat genangan air yang sedikit menutupi penglihatannya.

"Ada apa? apa kamu sakit?"

Tiba-tiba saja Aldi sudah memeluk miring Naura dan kini menghadapkan tubuh Naura tepat di hadapnnya dengan sebelah tangan yang memeluk Naura dan sebelahnya lagi kini sibuk memeriksa tubuh Naura.

"Apa kamu sakit? Apa kamu terlalu capek? Apa aku ada salah?" pertanyaan beruntun yang langsung Aldi sampaikan ketika melihat istrinya terlihat mengusap air mata saat dirinya tadi melangkah menuju ruang makan.

Naura hanya tersenyum merespon pertanyaan beruntun Aldi.

"Kakak tadi telpon katanya papa di rawat," jawab Naura.

Ekspresi wajah Aldi terlihat semakin khawatir.

"Kita kesana sekarang," ucap Aldi yang bingung sendiri dengan perkatannya.

Antara bertanya dan mengajak.

Naura menggeleng, "Papa sudah pulang dan ada kakak yang sudah menjaga. Nanti di hari libur saja kita berkunjung," ucap Naura menatap Aldi.

"Jika kamu ingin kesana aku tidak akan melarang, akan aku antar."

Naura kembali menggeleng, "Kita akan kesana bersama di hari libur."

Aldi tidak menolak dan menatap istrinya lalu mengecup kening Naura.

"Sekarang makanlah." Naura melepaskan diri dari pelukan Aldi dan menyibukkan dirinya dengan melayani Aldi di meja makan.

Aldi tersenyum melihat istrinya itu, selalu saja bisa membuat perasaan sayang Aldi bertambah. Wanita yang selalu bisa melengkapi kehidupan Aldi, selalu mendukung Aldi dalam segala bidang. Semua pekerjaan yang Aldi kerjakan tidak pernah sampai terlewatkan ada Naura yang selalu menyimbangkan Aldi agar tetap selalu berjalan di poros kehidupannya.

Kedua mata Naura tidak lepas untuk melihat bagaimana lahapnya Aldi makan saat ini. Sudah di katakan di awal jika semua yang berhubungan dengan Aldi adalah candu buat Naura. Akan tetapi pagi ini perasaan Naura sedikit berbeda, ada pertanyaan yang harus segera mendapat jawaban. Perasaan Naura belum benar-benar tenang jika hanya mendapat jawaban dari mengira-ngirakan.

Ingin sekali Naura melontarkan pertanyaann tetapi mulutnya sangat sulit untuk di buka. Lagi-lagi Naura tidak ingin menganggu pekerjaan Aldi nantinya. Bagaimana pun juga wanita itu belum tentu benar, melihat dari keadaan sekarang memang banyak batu besar yang ingin merepotkan urusan rumah tangga seseorang.

Alih-alih Naura bertanya kepada Aldi pagi ini pikiran Naura berbelok, Naura ingin mencari tahu kebenarannya sendiri. Selama ini Aldi selalu jujur kepada Naura tentang apapun sangat tidak dibenarkan jika Naura memiliki perasaan gelisah sedang Aldi selalu melaporkan semua masalah kepada Naura.

Jalan yang memang benar adalah Naura akan mencari tahu sendiri siapa wanita aneh yang datang ke butiknya dan tidak sadarnya telah berbicara mengenai suaminya seolah benar-benar telah mengenal lama suaminya.

Tidak bisa di pungkiri memang jika Aldi selalu mendapat tempat tersendiri bagi wanita yang melihatnya. Suaminya memang tidak tampan seperti seorang actor akan tetapi suaminya selalu bisa menarik perhatian lebih banyak wanita. Aldi hanya muncul di hadapan mereka semua dan semua mata sudah tertuju kepadanya.

Pemandangan aneh yang dulu Naura rasakan dan sangat risih jika ada banyak pasang mata wanita yang secara terang-terangan memandang suaminya akan tetapi dengan berjalannya waktu kini Naura sudah menekan perasannya agar tidak menyalahkan Aldi ataupun wanita-wanita itu.

Fisik seseorang memang paling banyak mendapat perhatian, yang paling pentin adalah Aldi selalu bisa membawa dirinya dan bisa menepatkan posisinya dimana saja agar tidak sampai melukai Naura.

Begitu sudah sangat cukup untuk Naura, Aldi menjadikan Naura ratu di setiap keadaan tanpa terkecuali.

Aldi meletakkan sendoknya ketika mendapati wanita yang duduk di kursi dekatnya hanya memandangnya tidak melahap makanan yang ada di piring depannya.

"Apa suamimu ini terlalu tampan?" tanya Aldi yang kelewat percaya diri jika sudah berhadapan dengan Naura.

Naura tersenyum sangat manis dan tangannya meraih tisu yang berada di dekatnya.

"Aku selalu senang jika melihatmu makan dengan lahap," jawab Naura yang mengusap bibir suaminya dengan tisu.

"Kamu terlalu lucu ketika makan, seperti anak kecil," sambung Naura yang menatap lagi suaminya dengan tatapan penuh rasa sayang.

Naura benar-benar sangat sayang kepada Aldi, perasaan sayang yang besar dan selalu kurang jika Naura melontarkannya secara langsung karena itu semua tidaklah cukup. Akan selalu kurang serta hanya Aldi seorang yang memenuhi perasaan Naura.

"Aku hanya melakukan ini di hadapan istriku."

Kening Naura mengeryit.

"Kenapa?"

"Karena aku selalu suka jika jika tanganmu sendiri telah membersihkan sisi makananku," jawab Aldi yang sudah meraih tangan Naura serta kembali menempelkan kepada bibirnya.

Persis seperti cara Naura tadi membersihkan sisa makananya Aldi.

Kembali Naura tersenyum, perasaan Naura akan selalu membucah bahagia jika Aldi di sampingnya.

Aldi harus mengalihkan pandangannya ketika suara dering ponselnya berbunyi serta Naura menarik tangannya, membiarkan Aldi konsentrasi dengan ponselnya. Takut jika itu berhubungan dengan pekerjaan.

Raut wajah yang tadinya begitu senang kini hilang terganti dengan raut wajah yang kecewa akan tetapi sebisa mungkin menerima kenyataan.

"Malam ini aku harus lembur kembali."