webnovel

Kembang Berbuah

Bagian Duapuluh dua

Herman terdiam.Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya.Walau pun Astuti berulang kali bertanya diiringi perkataan lain.Herman merasa malas bicara,setelah mengeluarkan seluruh rasa cemburu jiwanya dirasa seperti hampa.Dia melihat Astuti begitu menakutkan.Tapi ketika Astuti mencoba berjalan dari dalam kamarmandi akan jatuh tergerak juga hati Herman dan segera memegang lengan Astuti,lalu memapahnya.Dan saat itu Astuti bertanya lagi." Sudah ngambeknya ? ".

Herman sejenak menghela nafas." Saya tidak ngambek.Saya cuma merasa takut ".

" Takut kenapa ? ", tanya Asuti.

" Takut kehilangan kamu. Saya tahu dokter Irwan menaruh hati kepada kamu.Melihat kamu berdua,nyuapin buah, saya jadi takut kamu berpaling kepada dia ," kata Herman sambil memapah Astuti.

Astuti menatap wajah Herman,menarik nafas," Semudah itu kamu menganggap saya ? ".

Herman tidak menyahut.Untuk kesekian kali Astuti menatap wajah Herman kemudian menarik nafas.

" Kamu ingin tahu,Herman ? ", tanya Astuti." Dokter Irwan memang naksir saya,sudah lama dia bicara kepada ibu tapi saya menolak.Saya melihat ada sesuatu yang membuat saya merasa tidak cocok ".

" Saya percaya kamu.Tetapi bagaimana bagaimana bila dia nekad pakai cara supra natural ?", ujar Herman.Dan Astuti tertawa.

" Kami ini dokter,Herman.Kerja mengunakan akal sehat.Menganalisa dan mengobati penyakit.Sesuatu yang tidak masuk akal tidak kami kerjakan...",sahut Astuti." Jadi sangat mustahil bila dokter Irwan menggunakan cara-cara yang digunakan kalangan awam ".

Terobati juga hati Herman mendapat penjelasan dari Astuti.Herman merasakan Astuti begitu teguh dengan pendiriannya.Kemudian,walau ada rasa malu Herman menyatakan permintaan maaf.Astuti memaafkan Herman dengan hati tulus.

Kemudian bercerita tentang banyak orang yang memakai dukun untuk urusan cinta.Seperti wanita yang senang menjadi janda berulang kali.Janda-janda di kampung Setengah yang sudah tiga-empat kali menikah menggaet lelaki berkantong tebal dengan jasa dukun.Wanita pengeret juga acapkali pakai dukun agar lelakinya lupa diri.

Astuti hanya tersenyum mendengar cerita Herman.Ia jadi dapat tahu betapa banyak perempuan-perempuan di luar sana menggunakan cara cara keji dan bodoh." Kok kamu bisa paham perempuan tukang ngeret ? Apakah mereka mempunyai ciri ", tanya Astuti.

" Ada ", jawab Herman.Lalu katanya lagi," Perempuan seperti itu juga dijuluki pengobral cinta.Mereka selalu memakai baju warna merah bahkan sampai ke bra-nya berwarna merah ",jawab Herman tidak serius.

" Kalau begitu saya harus berhati-hati dong bila melihat kamu punya tamu perempuan berbaju merah ", ujar Astuti bergurau.

Herman dan Astuti tiba di ruangan.Melihat Maiwirman duduk sendiri." Kemana dokter Irwan dan Heri ? ", tanya Herman kepada Maiwirman.

" Dia sudah pulang,tadi ditelpon orang katanya sangat penting ",sahut Maiwirman,lalu katanya lagi," Heri ada di luar,dia tidak betah di dalam ruangan ini ".

Herman membantu Astuti naik ke tempat tidur,dengan perlahan-lahan Astuti menaiki tempat tidur.Maiwirman melihat Herman penuh perhatian,kasih sayangnya kelihat begitu tulus.Sebagai kawan Maiwirman sangat gembira dan bangga kepada Herman yang selalu memperlihatkan kesungguhan hati terhadap Asuti,dan tak pernah mengeluh.

Heri datang dengan wajah gembira,di belakang Heri mengikuti seorang wanita mengenakan celana panjang jeans dan atasan kaos .Wanita itu kemudian langsung menghampiri Astuti,berpelukan.Wanita itu adalah bidan Nani.Sebentar saja bidan Nani dan Astuti terlihat bercakap-cakap.Herman mengajak Maiwirman dan Heri meninggalkan Astuti dan bidan Nani setelah dia berpikir percakapan Astuti dengan bidan Nani suka membuat telinga lelaki menjadi merah.

Tidak ada penghalang atasan dan bawahan.Asututi dan bidan Nani kelihatan begitu bebas bercakap-cakap bagaikan dua orang sahabat .

Terhibur hati Astuti.Tak terasa jam menunjukan pukul 20.30.Maiwirman,Heri dan bidan Nani pamitan pulang.Herman mengantar mereka hingga pintu ruang utama,setelah itu dia kembali ke ruangan Astuti dirawat.

Astuti memperhatikan Herman,ada perasaan bangga di hatinya terhadap Herman.Sejak di SMA ia melihat Herman sebagai sosok pria dengan penuh pengertian suka menolong kawan tanpa pamrih ,namun bila hatinya disakiti marahnya tak kepalang tanggung.Bila mendapat kebaikan dari orang dia membalas kebaikan itu selamanya.Seperti sebuah cirikhas.Dan karena cirikhas itu banyak orang mengagumi.

" Kamu kenapa memperhatikan saya seperti itu ? ", tanya Herman," Ada yang aneh kah pada diri saya ? ".Herman mendekati Astuti,dan menatap.

Astuti merasakan tatapan Herman itu membuat dada nya berdebar.Malu-malu ia memalingkan muka menghindari tatapan Herman.Kemudian bertanya," Kamu tidak pulang,Her.... ? ".

Astuti berharap besok Herman bisa bekerja dengan hati tenang,wajah segar tanpa diganggu rasa kantuk." Malam ini yang menemani mbok Minah.Sebentar lagi dia datang...kamu pulang ya dan beristirahat ".

Herman tersenyum lalu menganggukan kepala." Saya tunggu mbok Minah datang dulu ".

Sekitar jam sepuluh malam mbok Minah datang diantar sopir mang Dudung.Setelah berbicara dan memberi uang untuk bekal menunggu lalu Herman pamitan pulang kepada Asuti.Saat Herman melangkah keluar terdengar Astuti berkata,merdu terdengarnya di telinga Herman: " Sayang,hati-hati di jalan nya ya ".

Mbok Minah tersenyum - senyum saja melihat Astuti begitu senang memperlihatkan rasa khawatir terhadap Herman tadi.

" Jika non Astuti tidak jadi dengan Herman,banyak yang kecewa lho ", tiba-tiba mbok Minah bicara membuat Astuti tersipu malu." Den Herman itu orang baik,penuh perhatian kepada Non. Susah cari lelaki seperti dia ".

Astuti tidak mau menimpali ucapan mbok Minah.Tapi dalam hati nya sedang merasa gembira.Kemudian ia mendengar mbok Minah berkata lagi.

" Semua anggota keluarga sangat setuju kalau Non Astuti menikah denan Herman ".

Astuti kaget, apakah mereka sudah menilai sejauh itu ? pikir Astuti.

Pulang dari rumah sakit Herman terkejut melihat Maiwirman sedang duduk menunggu di teras rumah.Seperti ada sesuatu yang sangat urgen hendak dibicarakan dilihat dari kesungguhan cara Maiwirman menunggu.Dengan bertanya-tanya dalam hati,setelah memasukan mobil ke dalam garasi Herman menemui Maiwirman.Diluar dugaan Herman mendengar kata-kata Maiwirman menyebut nama Halimun.

" Apakah saya harus berterus terang kepada Astuti ? ", kemudian Herman bertanya kepada Maiwirman.

Maiwirman tidak segera menjawab,ia hanya tersenyum-senyum saja.Ia menatap wajah Herman,melihat ada kebingungan besar terpancar dari rautwajahnya." Saya terkejut tadi keluar dari rumah sakit mendengar kamu masih punya istri ",ujar Maiwirman.Lalu ujarnya lagi ," Saya berharap masalah kamu cepat diselesaikan sebelum didengar oleh Astuti ".

Akhirnya Herman menceritakan seluruh keadaan berat yang sedang dirasakan.Halimun,istrinya pergi ke Taiwan,ada berita ia selingkuh di sana dengan seorang lelaki asal Thailan.Sejak itu hati dan pikiran Herman terganggu,keinginan untuk melupakan Halimun dengan berbagai cara dia lakukan sampai akhirnya berjumpa dengan Astuti.

Herman tidak menampik perhatian yang diberikan oleh Astuti,namun hati Herman belum berani mengutarakan sesuatu yang mengarah kepada perkawinan meskipun Astuti sudah memperlihatkan harapannya.Dengan jujur dia juga mengungkapkan terkadang dirinya dalam keadaan bimbang.

Maiwirman memberi saran,Herman harus berani mengeluarkan keputusan,memilih Astuti. Hanya satu Astuti.Terbaik dan bisa mententramkan hati.Karena dimana-mana semua orang perlu dengan ketentraman hati dalam mengarungi bahtera rumah tangga.

" Jadi bagaimana ? ", tanya Herman.

" Kamu harus segera menyelesaikan masalah dengan istrimu itu ", jawab Maiwirman.

Herman merenungi kata-kata dari Maiwirman.Setelah itu ingatannya kepada Astuti.Dia melihat ada sebuah jalan yang sangat lapang,membentang lebar ke semua penjuru arah.Terlihat Astuti tipe wanita yang paham akan kewajibannya.

Semua pria bila menikahi perempuan yang tahu akan kewajibannya sebagai perempuan' tentunya tidak akan mengalami penderitaan batin.