Setelah beristirahat, malamnya mereka mengobrol setelah makan malam, Susanti menatap ibunya yang masih terlihat cantik awet muda, kini ia seorang janda kaya. Sudah dua kali ia menikah dan semua berakhir dengan meninggal para suami ibunya. Gosip beredar tak menyenangkan tentang hal itu. Tapi Melati tidak perduli, siapa pula yang berani kepadanya yang sekarang dia menjadi seorang dukun terkenal.
"Ada apa lagi Santi ? apa ini tentang suamimu ?" tanyanya, dan ibunya sudah bisa menebak apa yang ada dihatinya.
"Iya bu !" jawab Susanti sambil menunduk, Melati menghela nafas.
"Apa lagi sekarang ?" tanyanya sambil menatap putrinya.
"Sepertinya ingatan tentang ... Mayang ... begitu kuat !" Susanti terdiam. Harus diakui Melati ketika dia membantu putrinya untuk menghilangkan saingan putrinya itu, ia sudah menduga cinta mereka kuat sekali. Walau sekarang Suherman sudah dalam genggaman tapi tidak dengan hatinya.
"Lalu apa dia mengganggumu ?" tanya Melati lagi.
"Iya bu, dia tidak setuju dengan perjodohan Heru ! Dia masih teringat perjodohan putrinya itu ! dan anehnya jampi-jampi ku seperti tak mempan padanya, maksudku tidak lama bertahannya !" curhat Susanti, Melati terdiam. Ia mengerti sekarang.
"Beri ibu 2 hari ! jangan ganggu ibu, kalau ada tamu, katakan libur dulu !" akhirnya Melati memutuskan untuk bersemedi.
Keesokan harinya Susanti membantu ibunya mandi kembang untuk mensucikan diri karena akan bersemedi, dan setelah itu ia pun masuk ke dalam kamar rahasia. Sementara itu Susanti menerawang ke masa silam ...
---------------------
"Eh san, kamu lihat engga perempuan yang baru masuk ke sanggar kita ?" tanya seorang perempuan kepadanya yang sedang berdandan karena sebentar lagi akan ada pertunjukan.
"Iya aku tahu, katanya sih dia pesinden bukan penari ! menggantikan mba Minah yang sedang hamil !" jawab Susanti tidak perduli dengan gosip kedatangan pendatang baru yang bernama Mayang.
"Katanya sih dia janda mantan istri juragan yang sudah tua !" bisik perempuan tadi.
"Aduh, Susi ! biar atuh mau janda atau apa juga biar aja !" Santi merasa terganggu karena omongan temannya bernama Susi.
"Kan aku hanya kasih tahu kamu ! dia itu cantik sekali ! bisa aja dia mengalahkan kamu sebagai primadona di sanggar ini !" ujar Susi tak mau kalah.
"Sus, aku tuh tidak takut tersaingi oleh siapa pun tahu !" jawab Santi tertawa, sementara Susi terdiam dia tahu tentang ibunya Susanti yang seorang dukun. semua yang ada disini menjadi takut kepadanya.
Dan benar saja beberapa waktu kemudian sanggar ini menjadi terkenal bukan hanya karena ada penarinya yang cantik tapi juga sinden atau penyanyinya bersuara merdu lagi cantik yang ternyata bisa menari juga. Sanggar menjadi sering di tanggap di acara pernikahan atau pun yang lainnya, tentu saja membuat saweran menjadi banyak.
Tapi Susanti tetap yang paling terkenal dan primadona, sedang Mayang hanya seorang sinden yang berada di belakang bersama para pemain musik tradisional yang lain, itu terlihat dari atusias para penonton yang sebagian besar kaum lelaki baik tua maupun muda yang mendekatinya untuk memberikan saweran.
"Aduh bedak aku abis nih !" teriak Santi kesal.
"Pake punya aku aja nih ! tapi maaf kalau tidak suka !" Santi melirik ke arah yang memberikan bedak dan itu adalah Mayang, dia menatapnya, harus diakui gadis itu memang cantik sekali berkulit kuning langsat. Siapapun lelaki pasti tertarik. Entah kenapa kali ini Santi merasa takut tersaingi, memang sekarang dia menjadi sinden tapi karena Mayang bisa menari, bukan tidak mungkin akan turun panggung.
"Kok malah bengong !" tanya Mayang sambil tersenyum.
"Eh engga, kamu cantik !" puji Santi kepada Mayang.
"Ah tidak, kamu teh justru yang paling cantik ! masih muda lagi ! engga seperti saya yang sudah janda !" jawab Mayang.
"Ah mba bisa saja !" Susanti merasa tersanjung dengan ucapan Mayang walau sebenarnya umur mereka tidak berbeda jauh Mayang berumur 19 tahun sedang Susanti 18 tahun.
Sejak itu mereka menjadi teman dan sahabat, Susanti sudah menganggapnya Mayang kakaknya, ini pertama kalinya bagi Susanti mempunyai teman yang sesungguhnya setelah sekian lama dia sering di bully karena di sebut anak haram atau apa pun itu.
Begitu pun dengan Mayang walau dia mendengar kabar ibunya Susanti seorang dukun tapi tak dipermasalahkannya toh berteman bisa dengan siapa saja, tapi sayang persahabatan mereka akan retak karena seorang lelaki tampan dan kaya yang membuatnya keduanya berubah.
----------------
Suherman namanya pemuda berusia 22 tahun ini memang terkenal tampan, gagah lagi kaya begitupun jabatannya sebagai putra seorang Bupati yang sangat di hormati. Raden Suherman Kartasasmita itulah gelar kebangsawanan yang disandangnya. Ayahnya Raden Supardi Kartasasmita generasi ke 3 yang menjabat Bupati berturut-turut setelah dari kakek dan ayahnya.
Raden Supardi memiliki 2 istri sah, dari keduanya memiliki 4 orang anak. 2 lelaki dan 2 perempuan. Raden Suherman adalah putra bungsu dari istri kedua, Supardi sendiri sudah berumur 60 tahun. Selain seorang Bupati di wilayahnya dia pun seorang pengusaha perkebunan dari teh, karet dan cengkeh serta biji pala yang waktu itu sangatlah mahal maka tak heran kekayaannya tak akan habis 7 turunan atau lebih semua itu didapatnya dari warisan turun temurun.
Walau banyak yang suka kepadanya tapi Suherman belum lah tertarik pada seorang perempuan, walau dia bisa mendapatkan apa yang diinginkan. Berbeda jauh dengan kakak tirinya Suhendi yang terkenal playboy padahal dia sekarang sudah menikah karena dijodohkan oleh ayahnya.
Suherman sudah kuliah di Jakarta masuk di perguruan tinggi negeri. Dia memang pintar dan cerdas, selalu rengking satu dari SD sampai sekarang kuliah. Di Jakarta dia pun sering bergaul datang ke klub untuk bersenang-senang dan sering di perkenalkan dengan para wanita moderen di kota Jakarta dan sebentar lagi akan menjadi sarjana.
Pertemuan ketiganya dimulai ketika kakak perempuannya menikah dengan seorang Insinyur teman ayah mereka yang lebih tua darinya, ya lagi-lagi di jodohkan. Pernikahannya di gelar besar-besaran selama 3 hari 3 malam. Berbagai kesenian di gelar untuk menyemarakan pesta pernikahan dari Wayang Golek, sampai kesenian Sunda termasuk sanggar yang Mayang dan Susanti berada.
Tentu saja mereka sangat senang, mereka di tanggap dengan harga mahal dan itu belum termasuk dengan saweran yang akan mereka dapatkan nantinya dari dari para lelaki yang kebanyakan para tamu undangan dari pejabat sampai para pengusaha teman dari keluarga mempelai. Di saat itulah pemilik sanggar meminta Mayang menjadi seorang penari bersama Susanti, karena ini hajatan besar mereka butuh penari yang cukup banyak. Semua tak keberatan. Untuk itu mereka sengaja habis-habisan dengan membeli kebaya dan peralatan mikeup yang baru demi membuat pesona di acara tersebut
Suherman sengaja pulang untuk pernikahan kakaknya Dewi nama lengkapnya Kusumadewi Kartasasmita, Ibunya Sumarni sangat bahagia dengan pernikahan ini, walau dalam hatinya Dewi yang paling dalam dia bersedih karena harus putus dengan pacarnya yang paling dicintainya hanya karena dia berbeda status sosial. Ayahnya bersikeras untuk menjodohkan dengan pria lain dan dia tidak bisa berbuat apa-apa ...
Bersambung ....