webnovel

Kekasih bayangan

Cinta dan kasih yang dilanda tokoh Aku atau Roy terhadap seorang gadis keturunan bule bernama Jeska. Hampir setiap tempat mereka jadikan untuk memadu kasih. Tak pernah memikirkan apakah tempat itu bersih atau kotor. Bahkan, tak memikirkan tempat umum yang ramai dan tempat yang sangat horor. Yah mungkin itulah yang disebut cinta. 3 tahun berlalu, cinta dan kasih yang dilanda Roy masih tetap sama. Malahan bertambah kuatnya rasa ingin memadu kasih antara kedua. Sesekali sahabat Roy mengingatkan bahkan menegur perlakuan sahabatnya itu. Apris nama sahabatnya itu. Apris tak mau Roy jatuh ke lubang yang sama kedua kalinya. Berbagai cara yang dilakukan Apris. Mulai dari mengajak Roy ke masjid untuk sholat, mengaji, bahkan mengikuti beberapa ceramah agama setelah sholat subuh atau Kultum, namun hasilnya nihil. Roy masih tetap dengan lakuan yang seperti dulu. Tiada habisnya memadu kasih dengan pacarnya Jeska. Hingga suatu hari, Roy mendapati Jeska sedang berduaan dengan laki-laki bertubuh kekar, tinggi, dan berkulit putih, yang sedang asik berciuman di tempat mereka pertama kali memadu kasih. Tower Pakaya nama tempatnya. Roy langsung menghampiri Jeska. "Jeska!!!" Teriak Roy saat menghampiri Jeska. Jeska, dan pria itu terkejut bukan main. "Roy?!" Terlihat Jeska sedang merapihkan rambutnya yang berantakan akibat adegan ciuman dengan pria itu, dan sesekali membersihkan area bibir mungil merahnya untuk tidak kelihatan jorok di depan Roy. Tanpa basa-basi, Roy menonjok dengan kepalan tinju ditangan dengan sekuat tenaga yang ia miliki. Sekitar 6 kali tonjokan dilayangkan Roy terhadap pria yang bersama Jeska. "Sudah Roy! Sudah.!" Dengan linangan air mata, senjata empuk milik Jeska tak mampu meredakan amarah Roy saat itu. Maklumlah Roy telah mengetahui tabiat Jeska yang selalu menggunakan rengekan manisnya.

Bipong · Umum
Peringkat tidak cukup
7 Chs

Ambulans

Detak jantungku masih tak karuan yang diiringi desahan nafas Jeska seringkali tembus menyentuh hidungku. Maklumlah posisi kami saat di Ambulans itu berhadapan sangat dekat. Terlihat jelas bola mata Jeska yang nampak keabu-abuan.

"Yahh, secara Jeska keturunan Bule". Gumamku dalam hati.

Setiap detail wajah Jeska terus ku ingat dan kupandangi dalam-dalam.

Pikirku, "Walau kelak nanti tak berjodoh, aku masih bisa menikmati detail wajahnya walau pun, tinggal bayangan".

Lantas tak sengaja Jeska membuyarkan pandanganku terhadap dirinya.

"Roy! Kamu kenapa sihh? Sedari tadi ku pandang, kau hanya asik menatapku. Tambah senyum-senyum sendiri lagi. Ihh mengerikan tau'. Aku takut nih!".

Dengan pandangan penuh harap serta sedikit gemetar dari kedua tangan Jeska, Jeska menambahkan rengekan ala gadis kota yang manja dan takut akan suasana horor di Ambulans malam itu. Sontak saja, diriku langsung memeluknya dengan lembut, seakan tak ingin melukai hati Jeska.

"Roy? Kamu apa-apaan sih? Aku tuh takut, bukan ingin di peluk!".

Sanggah Jeska dengan suara lantang yang menambah nuansa horor di Mobil Ambulans itu.

"Iya sayang ku Jeska. Aku tau kamu takut, makanya aku peluk. Kamu ngak mau yah ku peluk? Daripada dipeluk sama mayat, mending aku aja yang peluk yah. Hhhe". Jawabku dengan beberapa recehan senda gurau yang nampaknya mulai meluluhkan rasa gengsi Jeska.

"Kamu tuh yahh"

Jeska melayangkan cubitan maut ala semutnya di lengan dan perut bagian pinggangku. Secara Jeska merasa tak adil dengan posisinya saat itu.

"Kamu pikir dengan rasa takutnya aku, aku mau kau peluk seenaknya?! Hahaha dasar mesum".

Ku jawab lembut kekonyolan Jeska.

"Jadi gimana nih? kamu yang meluk aku? Atau aku yang....?".

Tanpa mendengarkan sambungan pertanyaan dariku, Jeska langsung melayangkan pelukan tubuh mungilnya ke dalam diriku. Dan aku pun membalas pelukan Jeska dengan sedikit sentuhan manis dari bibir hitamku.