webnovel

Ka, Aku Mencintainya!

Seorang gadis cantik bernama Nara yang memiliki kepribadian ceria, tidak pernah menyangka bahwa apa yang ia inginkan ketika ia asal bicara dapat terjadi begitu saja. Mungkin beberapa orang akan menyukainya jika hal yang mereka inginkan menjadi kenyataan! Tapi ... Dia tidak menginginkannya! Hal-hal gila terjadi padanya. Bagaimana perasaanmu jika jiwamu tertukar dengan jiwa kembaranmu sendiri? Apa yang harus Nara lakukan? Dan bagaimana dengan cinta pertamanya?

Gldseya · Fantasi
Peringkat tidak cukup
228 Chs

Rencana Nate dan Nara

Nate kini tengah menunggu sang kakak yang akan mengantar nya kembali ke hotel di lobby rumah sakit.

Pikirannya masa kesana kemari. Entah mengapa ia mempercayai apa yang di katakan oleh pesan itu, walaupun secara pribadi ia belum mengoreksi nya sama sekali mengenai hal tersebut.

"Nate ada apa? Kau terlihat buruk?" tanya Nara yang berjalan mendekat Nate.

Nate menghela nafasnya pelan, dan secara tiba tiba Nate bertanya pada Nara hal yang tak ia duga dari sebelumnya.

"Yak! Kau gila? Daddy masih disini dan mengapa kau mau kembali kesana? Hanya untuk kuliah katamu?" lirih Nara kesal pada Nate yang tiba tiba saja meminta Nara mengajaknya untuk kembali ke negara asalnya, terlebih sebelumnya Nate mengatakan alasannya adalah demi kuliahnya yang beberapa hari ini tertunda.

"Nar! Duduklah," ujar Nate pada akhir nya sedikit meninggikan suaranya sembari mengecek keadaan di sekitarnya.

Untung saja rumah sakit tersebut tak terlalu ramai sehingga keduanya tak mendapat teguran dari pihak rumah sakit.

Nara bukannya langsung duduk melainkan sedikit berdecih dan melipatkan kedua tangannya.

"Nar, duduklah, dan aku akan menjelaskan yang sebenarnya mengapa aku akhirnya memutuskan seperti itu."

Sejenak gadis itu hanya menatap Nate, mencari keseriusan atas perkataan yang Nate ucapkan sebelumnya.

Tak lama gadis itu benar benar duduk di samping Nate, dengan tatapan serius pada saudara kembarnya itu.

"Jadi mengapa kau mengatakan hal tadi?" tanya Nara serius pada Nate.

Dengan ragu ragu Nate mengeluarkan handphonenya dan memperlihatkan pesan teks yang masuk padanya.

Nara membulatkan maniknya dan menekap mulut nya.

"Astaga Nate, apa pesan ini benar adanya?" tanya Nara pada Nate yang kini terlihat tengah berbisik satu sama lain.

"Aku tak tahu kebenaran berapa persen atas pesan ini, untuk itu aku berniat menyelidikinya, dan menurutku alangkah baiknya kita kembali, jika saja aku kembali pada tubuhku tentu saja aku tak usah repot mengajakmu untuk ikut denganku, aku dapat mengatakan hal tadi dan mungkin yang lain tak akan ada yang curiga padaku, tapi jika aku yang sekarang mengatakan hal itu, bagaimana menurutmu? Bukankah nantinya akan terlihat mencurigakan bukan?" Ujar Nate panjang lebar dengan pemikirannya.

Nara yang mulai paham dengan maksud Nate langsung menganggukan kepalanya mengiyakan ucapan Nate yang memang masuk akal.

"Kau benar jika kau yang kini sebagai aku meminta izin pulang dengan alasan kuliah, maka akan sangat terasa aneh, aku saja tadi langsung menolak mu, karena aku dekat dengan Daddy, jadi aku tentunya tak tega meninggalkan Daddy, tetapi lain halnya jika aku yang mengatakan pada yang lain jika aku yang kini menjadi dirimu meminta izin pada yang lain untuk kembali kuliah dan mengajak mu dengan alasannya yang sama di tambah mengatakan agar Nara tak terlarut sedih berada di sini, pastinya kemungkinan besar diizinkan, dan dengan begitu kita dapat mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Daddy, begitu maksudmu?"

"Correctly, wah adikku pintar juga ternyata," ujar Nate penuh bangga dan memeluk Nara erat secara refleks.

Nara memutarkan maniknya malas, dan dengan kesal Nara berbisik di telinga Nate cukup keras.

"Aku memang pintar kakak ku sayang." Sindir Nara kesal.

Nate melepaskan pelukannya dan tertawa melihat wajah kesal Nara.

"Kau membuat telingaku pengang," lirih Nate pelan sambil mengusap telinganya itu.

"Ck, kau menyebalkan."

"Hei, ada apa dengan kalian?" tanya Dru yang melangkahkan kakinya mendekat pada Nate dan Nara.

Dengan cepat Nate dengan tipu muslihat nya menunjuk Nara.

"Dia meneriaki ku Ka," ujar Nate yang layaknya anak kecil mengadu pada Dru.

"Nate," lirih Dru menatap Nara yang berada di samping Nate.

Nara menelan ludah nya kasar. Baru kali ini kakak nya yang ia kenal sangat menyayangi nya dan tak pernah marah padanya sedikit pun menatap tajam dirinya hanya karena Nate mengadu pada Dru atas sikapnya sebelumnya.

'Nate menyebalkan! Bisa bisa nya ia memanfaatkan Ka Dru yang menyangka dirinya sebagai diriku.' Monolog Nara dalam benak.

"Aku hanya mengatakan padanya bahwa aku memang pintar, lagi dia juga yang mulai seolah mau meremehkan ku ka."

Dru memijit keningnya pelan. Jujur saja ia sadar jika adik kembarnya itu terkadang meributkan hal yang menurutnya tak pantas diributkan dan terdengar kekanak kanakan, hanya saja ia berfikir jika bertambah nya usia seharusnya tak akan meributkan hal yang kecil, tetapi pada kenyataannya sebaliknya, jadi tak salah bukan jika Dru menganggap keduanya masih seperti anak kecil baginya.

"Sudahlah, minta maaf satu sama lain, dan setelah itu baru kita kembali ke hotel."

Nate yang memainkan perannya merajuk pada Nara langsung mempoutkan bibir nya sembari mengulurkan tangannya meminta maaf pada Nara.

'Ish, memang nya aku seperti itu jika sedang merajuk? Ugh menyebalkan sekali Nate.'

'Ternyata menyenangkan juga menjadi Nara aku dapat dengan mudah merajuk, dan pastinya Dru tak akan mencurigai ku, adikku yang malang.'

Setelah keduanya menurut pandangan Dru sudah saling memaafkan satu sama lain barulah Dru mengajak keduanya untuk kembali ke hotel.

"Apakah tak apa kami pulang ke hotel sekarang ka?"

"That's okay, lagi pula Ed bilang kondisimu tidak baik, jadi kurasa kau lebih baik beristirahat di hotel saja, di bandingkan disini, aku takut kau yang jatuh sakit Nara, itu lebih menyeramkan bagi kami," ujar Dru tulus pada Nate, tetapi tentu saja yang ia maksud dari kalimat nya ditujukan pada Nara.

Nara yang melihat ketulusan sang kakak langsung tersenyum simpul.

'Seharusnya aku ada di posisi Nate, Ka ... aku disini, kau tak menyadarinya?' lirih Nara setengah putus asa.

Nate hanya dapat menganggukan kepalanya pelan.

***

Sue kini sudah berada di apartemen nya, lebih tepat nya sedang merebahkan dirinya pada ranjang empuknya dan menatap langit langit kamar gelapnya yang berhias tempelan bintang bintang disana.

Pikirannya yang berkecamuk dan perasaannya yang campur aduk masih menyelimuti dirinya.

Jujur ia merasa seakan di permainkan oleh keadaan. Kalimat pengandaian terus memutar di kepalanya.

Seandainya aku tak mengenal pemuda itu tak mungkin aku merasa bersalah bukan?

Seandainya Dad mau memberitahu orang itu bukankah aku tak akan sebenci ini pada Dad dan pastinya tetap akan mempercayainya bukan?

Seandainya aku tak mencari tahu tentang Craige Hudgens pastinya aku tak akan mengetahui hal ini ...

Kalimat kalimat itu yang terus menerus mempengaruhi isi kepala Sue.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apakah Nate akan langsung menyadari bahwa yang mengirimi nya pesan adalah aku?"

Sue mengusak rambut nya kasar, dan tak lama memejamkan maniknya, berusaha untuk menenangkan pikirannya sejenak guna membuat dirinya tenang dengan pemikiran pemikiran yang terus mengganggunya.

———

Leave a comment, vote and gift