webnovel

Ka, Aku Mencintainya!

Seorang gadis cantik bernama Nara yang memiliki kepribadian ceria, tidak pernah menyangka bahwa apa yang ia inginkan ketika ia asal bicara dapat terjadi begitu saja. Mungkin beberapa orang akan menyukainya jika hal yang mereka inginkan menjadi kenyataan! Tapi ... Dia tidak menginginkannya! Hal-hal gila terjadi padanya. Bagaimana perasaanmu jika jiwamu tertukar dengan jiwa kembaranmu sendiri? Apa yang harus Nara lakukan? Dan bagaimana dengan cinta pertamanya?

Gldseya · Fantasi
Peringkat tidak cukup
228 Chs

Gara - Gara Jack

Langkah lemah semakin terasa pada otot otot kaki Ed. Sekiranya sudah menjauh dari posisi dirinya dengan Lucy, Ed menghentikan langkahnya pada sebuah bangku taman yang terdapat banyak pohon rindang disana.

Semilir angin menyapu kulit kulit nya, seakan mengajak nya berbicara.

'Mengapa kau datang, disaat hatiku mulai ku tata.' Monolog Ed terduduk lemah.

Sungguh bukan hal seperti ini yang ia harapkan!

'Seandainya kau tak mengatakan hal itu, mungkin aku tak sampai sakit hati mendengar ucapan mu itu, hanya saja setelah mendengar kau mengatakannya, aku mencoba menginstrokspeksi diriku, dan kurasa ini yang terbaik, sesuai keinginanmu Lucy,' benak Ed sembari menghela nafasnya pelan.

Jujur merelakan orang yang ia sayang terlebih telah mengisi hari harinya dalam beberapa tahun bukanlah hal mudah, hanya saja keputusan yang telah di ambil oleh Ed sudah dengan suara bulat, dan ia tak ingin menggoyahkan pemikirannya itu.

Ed sedikit memejamkan maniknya, dan mencoba bersandar pada bangku taman itu, mencoba merasakan sapuan sapuan halus dari semilir angin yang menerpanya.

"Jika ada masalah, mengapa tak membicarakannya padaku?"

Sebuah suara yang tiba tiba saja muncul saat hati Ed sudah mulai tenang.

Deg!

Secara spontan Ed membuka maniknya paksa.

"Kau?" kaget Ed saat melihat sosok adiknya.

"Ya, ini aku," ujar Nate.

"Aku tak apa apa," kilah Ed.

Tentu saja Ed yang berfikiran Nate adalah Nara di hadapannya, tak ingin membicarakan hal yang ia rasakan padanya.

"Kau yakin akan baik baik saja? Kurasa alangkah baik nya kau membicarakan nya padaku," ujar Nate dengan dingin dan datarnya.

Ed yang baru pertama kalinya mendengar ucapan itu tentu saja sedikit bergidik. Bagaimana tidak ?

Nara biasanya ceria dan periang, bisa di bilang jarang sekali berbicara dengan nada dingin seperti itu.

Ed yang merasa terdominasi oleh sang adik, akhirnya memilih mengalah, dan mulai membicarakannya secara perlahan kepada Nate.

"Kuharap kau jangan kaget, dengan apa yang kubicarakan ini."

Nate mengerutkan keningnya pelan. Untuk beberapa saat Nate mencoba mencerna perkataan dari Ed.

'Tunggu, mungkinkah ia ingin mengatakan hal mengenai..'

Nate menegukkan salivanya kasar. Mendengar kalimat pembuka dari Ed tersebut, Nate dapat langsung dapat menyimpulkan arah pembicaraan yang ada.

'Nate ... ingatlah kalau kau sebagai Nara!' benak Nate berusaha mengingat kan posisi dirinya.

"Nara, sebenarnya sebelum ini aku telah memiliki kekasih, dan hubungan ku dengannya cukup lama, hanya saja—"

Ed menggantungkan kalimat nya, mencoba memerhatikan raut wajah Nate terlebih dahulu.

Nate terdiam sempurna. Bukan karena ia kaget Ed memiliki kekasih, melainkan karena kalimat yang menyatakan 'sebelum ini' membuat nya berfikir keras mengartikan maksud sebenarnya perkataan Ed.

'Jangan katakan padaku jika Ed memutuskan hubungannya, atau sebaliknya?' benak Nate yang langsung memeperkirakan kata Ed itu.

Ed yang melihat gadis di hadapannya bingung, langsung menepuk bahunya pelan.

"Aku tahu kau akan kaget untuk itu aku tak memberitahumu," ujar Ed pelan.

"Apa lanjutan kalimatmu Ka?" tanya Nate yang terlanjur penasaran.

Terdengar suara helaan nafas dari belah bibir Ed.

"Hanya saja saat ini kami, atau lebih tepat nya aku memutuskan untuk menghentikan hubungan ini dengan alasan yang belum dapat kuceritakan padamu untuk saat ini, sebab setiap kali aku mencoba menceritakannya aku merasa menjadi lebih terpuruk," ujar Ed sendu.

Nate yang melihat Ed seperti itu dengan spontan mengusap pundak Ed lembut, dan sedikit memberikan petuahnya semata.

"It's Ok Ka, paling tidak kau jauh lebih baik sekarang, terkadang kita juga membutuhkan seseorang atau orang lain hanya untuk sekedar mendengar cerita kita saja ka," ujar Nate.

Ed menyetujui perkataan Nate yang terbilang sangat masuk akal.

"Terimakasih, kau mau mendengarkanku, tanpa menyudutkan atau sekedar bertanya masalah percintaan ku Nara," ujar Ed pada akhirnya.

Kali ini terjawab sudah bagi Nate mengapa sang kakak tampak uring uringan sebelumnya, dan jangan lupakan wajah tertekuk itu sudah terlihat jelas semenjak dua hari yang lalu, lebih tepat nya saat Ed benar benar memutuskan hubungannya dengan Lucy.

"Jadi alasan itu juga waktu itu kakak mengajakku dan Nate berbelanja?" celetuk Nate ringan.

Ed hanya tersenyum tipis sembari menganggukan kepalanya pelan.

Mendengar hal itu tentu saja Nate memutarkan maniknya malas, dan sedikit menyesali dirinya sendiri, karena tak dapat menyadari kejanggalan yang terjadi pada Ed, padahal biasanya Ed sering memberitahu mengenai dirinya.

'Tunggu ... jika Nara menjadi aku, berarti ... Nara telah mengetahui hubungan Ka Ed dan Lucy? Ka Ed besar kemungkinan telah menceritakan pada Nara,' benak Nate saat menyadari yang terjadi.

"Apakah Nate juga tahu mengenai hubungan mu dan Lucy?" tanya Nate mencoba menggali informasi.

Ed menganggukam kepalanya pelan, tetapi setelah nya ia menggelengkan kepalanya kembali.

"Maksudnya?" tanya Nate yang tak memahami kode dari sikap Ed.

Ed terkekeh sejenak, dan setelah nya memberitahu bahwa saudara kembar nya telah mengetahui mengenai hubungannya dengan Lucy hanya saja yang mengetahui bahwa hubungan nya telah berakhir dengan Lucy barulah Nate seorang.

'Ah ... ternyata sudah, kurasa Nara lebih peka dariku, dan kemungkinan besar ia telah mengetahuinya.'

Nate hanya mengangguk anggukan kepalanya pelan.

'Kasihan sekali Ka Ed.'

***

Semenjak pertanyaan Jack sebelumnya, maka yang dapat di lakukan Louis hanya mengetuk ngetukkan jarinya di meja sembari menatap sebuah gelas bening di hadapannya, seolah gelas itu dapat menampung apa yang ia fikirkan ke dalam gelas itu.

'Sialan kau Jack! Gara gara kau aku menjadi seolah di hantui oleh setiap kata kata yang kau lontarkan padaku.'

Lagi lagi Louis menghembuskan nafasnya pelan. Ingin rasanya Louis berteriak, jika saja ia tak ingat bahwa saat ini dirinya masih berada di kantor nya.

Tak mendapatkan sebuah jawaban atau hal yang diinginkan nya, Louis hanya mampu mengusak rambutnya kasar, sembari menghela nafasnya kasar seperti orang yang frustasi, terlebih hingga detik ini, Louis tak mendapatkan pesan satu pun dari Nara.

Semakin lama perasaan yang sebelumnya ia fikir biasa saja tanpa adanya rasa kekhawatiran, kini justru menimbulkan rasa cemas berlebih, diikuti perasaan menyalahkan dirinya sendiri, walaupun alasan utamanya pun tak ia ketahui.

'Please, kau tak menghubungiku hanya karena kau sibuk, bukan karena alasan konyol lainnya.'

Tok

Tok

Ceklek

"Louis, kau tak akan pulang?" tanya Jack yang tak tahu dirinya masuk ke dalam ruangannya.

Louis tak mengatakan sepatah katapun, melainkan sebuah gerakan lambaian ia gunakan untuk mengusir secara halus keberadaan Jack sahabatnya, sekaligus partner kerja yang baik.

"Jadi ka—"

Belum selesai Jack berbicara, dengan cepat Louis memotong pembicaraannya dan mengatakan Jack boleh pulang dari kantor nya tersebut.

"Oke, good luck bro!" pekik Jack riang.

———

Leave a comment, and vote