Setelah beberapa percakapanku dengan dokter itu, akhirnya kami bertiga masuk ke ruangan Ningrum. Demamnya memang benar sudah mulai menurun dari pada tadi. Rasanya benar-benar lega, rasanya seolah masa sulit yang baru saja kualami sudah lewat begitu saja. Aku menghela napas berat, kemudian menyuruh Manis untuk beristirahat. Sengaja kuminta kamar yang ranjangnya ada dua, yang satu untuk istirahat istriku tercinta.
"Kamu benar-benar...," kata Setya, aku pun menoleh ke arahnya. "Kamu ini anak Paman Nathan, tapi kok tidak romantis seperti Paman."
"Romantis bagaimana?"
"Bagaimana bisa kamu memesan kamar rawat inap dua kemudian kamu suruh istrimu tidur di sana. Ya Tuhan, Arjuna. Kamu benar-benar,"
"Justru aku romantis, aku romantis dengan caraku sendiri. Tidak bisa disamakan oleh siapa pun," kubilang ndhak mau kalah.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com