🌹🌹🌹
Soraya terkejut mendengar perkataan menantunya, bagaimana mungkin Aini yang telah diancamnya bisa kembali lagi ke kota ini. Bahkan berani memunculkan wajahnya. Setelah 7 tahun tiada kabar berita.
"Dia mulai berani menentangku!" geram Soraya sambil mengepalkan tangannya.
"Ada apa, Bu!" Tasya mengajukan pertanyaan saat melihat raut wajah mertuanya tiba-tiba berubah.
"Lalu apa rencanamu, Sya!" Soraya mengalihkan perhatian Tasya.
"Aku akan menghancurkan hidupnya, bila dia berani mengganggu rumah tanggaku lagi, Bu!" tekan Tasya dengan wajah penuh kebencian.
"Aku ingin kamu cepat melakukannya! Aku tak mau, bila Ahmar sampai menemukannya lagi!" Soraya tak sanggup membayangkan jika sampai Ahmar bertemu dengan Aini. Hidupnya akan terasa seperti di neraka. Kebencian pada Aini semakin memuncak.
"Ibu, punya rencana!"
"Aku akan memikirkan secepatnya! Saat ini tugasmu, bawa pulang Ahmar ke rumahmu! Di situ kamu akan bisa mengontrol dan mengawasinya!"
"Apa Ibu yakin, Mas Ahmar akan mau pulang ke rumah lagi!"
"Aku tak mau tahu!" kelit Soraya ia hanya ingin Tasya dapat merayu suaminya dan membawa pulang kembali. Agar rencana yang ada di benaknya berjalan lancar.
Tasya akhirnya menyerah dan memutuskan untuk ke kantor menemui Ahmar dan mencoba mengambil hati suaminya itu.
"Akan kujadikan Arya sebagai alat untuk mengancamnya!" batin Tasya lalu berpamitan pada mertuanya. Soraya segera memberi anggukan cepat.
Setelah kepergian Tasya, wanita itu segera bersiap dan mencari tahu sendiri keberadaan Aini. Ia yakin pasti saat ini wanita itu ada di rumah yang dulu pernah ia temui.
"Kamu tak akan kubiarkan hidup tenang, Aini! Berani muncul, berarti kamu berani menentangku!" Soraya mengepalkan jari-jari tangannya.
*****
Selama perjalanan ke kantor Ahmar, wanita itu memikirkan bagaimana jika suaminya menolak untuk pulang. Ia tahu Ahmar adalah pria yang sangat kukuh dan tak mudah untuk digoyahkan.
"Ah, kenapa juga harus kuungkit masa lalunya! Andai aku bisa menjaga bibirku ini mas Ahmar tak akan tersinggung dan meninggalkanku!" keluh Tasya menyesali perbuatannya kemarin yang menyulut kemarahan Ahmar.
Dengan langkah mantap Tasya masuk ke dalam kantor dan menuju ke ruangan suaminya. Semua mata memandang aneh terhadapnya. Mungkin ia sangat jarang muncul sehingga banyak karyawan yang tak mengenalinya.
Aliya yang melihat kedatangan Tasya hanya mengangkat sebelah alisnya merasa heran melihat kedatangan kakak iparnya.
"Ada apa kamu memandangku seperti itu?" tanya Tasya tak suka dengan cara Aliya memandangnya.
Aliya tersenyum simpul.
"Aku hanya heran melihat mu ada di sini, Kak!"
"Inikan, kantorku juga! Wajar dong aku datang kemari!" sengit Tasya
"Oh, ....!" Aliya hanya beroh panjang lalu meninggalkan Tasya yang semakin kesal menghadapinya.
"Dasar adik ipar durhaka!" umpatnya. Iapun segera membuka pintu ruangan Ahmar. Satu tatapan tajam menyambutnya.
"Ada apa!" tanya Ahmar tanpa basa-basi lagi. Ia sempat heran melihat kemunculan istrinya yang tiba-tiba.
"Pulanglah, Mas! Aku minta maaf, jangan seperti ini!" Tasya segera mendatangi tempat duduk Ahmar dan segera merangkul suaminya dari belakang.
Ahmar hanya diam. Tasya ada benarnya juga, tapi mengingat kata-kata Tasya yang menghina Aini itu sangat menyakiti hatinya. Ia tak rela jika ada satu orangpun yang menghina wanita itu.
"Aku janji, aku tak akan mengulanginya lagi!" bujuk Tasya semakin gencar melaksanakan aksinya.
"Hemm ....!" Ahmar hanya berdehem menyahuti semua ucapan Tasya.
"Aku janji, Mas! Aku akan berubah demi kau dan Arya! Aku tak ingin anak itu jadi korban keegoisan kita!"
Ahmar menarik nafas panjang. Ia juga memikirkan hal yang sama. Ia tak ingin Arya mengalami nasib buruk karena keegoisan mereka.
"Pulanglah, dan jemput Arya di sekolahnya!" pinta Ahmar lembut. Tasya tersenyum girang mendengar permintaan Ahmar. Ucapan itu adalah tanda bahwa suaminya bersedia pulang lagi.
"Yes ... Akhirnya misiku berhasil juga!" batin Tasya penuh dengan kemenangan.
"Terima kasih, Mas!" sorak Tasya lalu mengecup pipi suaminya dan segera melangkah pergi dengan senyuman manis.
Ahmar hanya diam mendapat perlakuan manis itu. Semua dia lakukan demi Arya tiada lain.
"Maafkan aku, Aini!" lirihnya.
*****
Soraya tiba di rumah yang pernah ia datangi tujuh tahun silam. Namun tak nampak bila rumah ini berpenghuni. Rumah ini terlihat kumuh sampah berhamburan dimana-mana tak terlihat ada kehidupan di sana.
Sarang laba-laba hampir di setiap sudut rumah itu bahkan tikus-tikus kecil berlarian ke sana kemari.
"Rumah ini kosong! Aku yakin Tasya hanya salah melihat orang!"
Iapun meninggalkan tempat itu dan merasa yakin Aini tak mungkin kembali ke kota ini. Perasaan lega menyelimuti hatinya.