Akankah sama rasanya?

Hari weekend. Aku malas dengan terus berdiam diri di rumah saja, akhirnya aku mengajak Una pergi mencari angin dan hiburan di luar untuk menghibur hatiku. Sebetulnya untuk menghilangkan kejenuhan, kekesalan, dan juga rasa sakit hati yang terus membuatku merana di kamar sepanjang malam.

"Una, thank you." Aku merangkul manja pergelangan tangan Una yang sedang berjalan sejajar denganku. Kami sedang memasuki sebuah mall, setelah mendapatkan izin dari paman dan bibi untuk pergi bersama Una. Mereka memberikanku sejumlah uang untukku menikmati weekend hari ini.

"Cih, kau memang menyebalkan. Demi kau, aku harus membatalkan janjiku dengan si Boy. Aku mana rela melihat sahabatku galau merana tak berkesudahan." Sembari berjalan dia mengomel dengan raut wajah cemberut. Tapi meski begitu dia tetap lah sahabat terbaikku.

"Aaah, kau memang yang terbaik!" aku langsung mengecup pipi kirinya.