webnovel

Hukuman dan Permintaan Maaf

Camilan ringan berbentuk bulan itu mulai masuk ke dalam mulut Jasmine. Ia tengah menemani kawan baiknya yang menjalani hukuman atas pelanggaran di hari pertama sekolah. Kirana, gadis yang tengah menjalani hukukmannya tersebut tengah berdiri dengan menggunakan baju olah raga dan menghormat menghadap bendera yang berkibar di puncak tiang.

"Dasar, anak setan! Liat aja ntar, gue sambit tuh mukanya pake kaos kaki Daren yang bau kemenyan. Biar mampus sekalian," gerutunya dengan mulut yang mleyot ke mana-mana.

Jasmine yang mendengarnya pun terkekeh dan menyahut, "Daren beda SMA sama kita, woy."

"Bodo amat, gue panggil ntar si Daren biar kemari," jawab Kirana dengan cepat dan culas.

Jasmine pun semakin tertawa mendengar temannya yang terus saja menggerutu dan membawa-bawa nama teman masa SMP mereka dalam gerutuannya. Sementara gadis dengan rambut panjang nan ikal gantung tersebut mengoceh tak tentu arah ke sana ke mari, Jasmine justru sibuk memakan camilan dan hanya mendengarkannya.

"Udah kek, ngedumelnya. Lu nggak sendirian, juga," sahut seseorang yang baru sampai dan ikut menemani mereka berdua.

Kirana berdecak dan melirik anak bertubuh kecil itu dengan ujung bola matanya. "Ya, emang ditemenin, sih," jawabnya dengan nada mencibir. "Tapi si Yash cuman duduk leha-leha makan ciki," lanjutnya dengan marah. "Mana dia neduh, lagi, di belakang tubuh gue."

"Bagi, dong."

Cindy yang baru datang tersebut pun tak menghiraukan amarah Kirana dan justru ikut duduk di samping Jasmine, lalu meneduh bersama di bawah bayangan Kirana. Tanpa mendengar ucapan Kirana lagi, gadis dengan rambut pendek itu langsung meminta Jasmine untuk berbagi makanan ringan yang ia pegang dengannya. Jasmine menurut dan langsung menyodorkan bungkus makanan tersebut pada Cindy.

Kirana yang melihat kelakuan dua sahabatnya tersebut semakin naik pitam. Dengan kesal ia berteriak heboh dan melangkah ke samping, agar dua anak yang meneduh di balik tubuhnya itu ikut kepanasan.

Cindy kontan menoleh ke atas dan menutup kepalanya dengan tangan. "Woy! Panas nih!"

Jasmine pun ikut menutup kepala dan wajahnya dengan tangan juga bungkus ciki. Gadis ini hanya menyipitkan mata karena merasa silau dengan cahaya yang begitu banyak langsung masuk ke retina matanya.

"Bodo amat. Kasian amat dibodo-bodoin." Kirana hampir mengambil langkah, saat seorang guru meneriaki dirinya.

"Mau ke mana, kamu?!" teriak si guru yang mulai berjalan mendekat.

Kirana dengan panik langsung diam dan tak jadi melanjutkan jalannya. Ia langsung menunduk dan menunggu si guru untuk mendatanginya yang merasa kesal, namun takut untuk melawan. Ia tak mau jika sampai mendapat tambahan poin lagi, karena dengan penampilannya hari ini saja ia langsung mendapat poin 3 di catatan siswanya.

Guru itu semakin mendekat, hingga akhirnya sampai tepat di hadapan Kirana dan juga dua gadis yang tengah duduk dengan santai di tanah lapangan upacara bendera.

"Udah selesai hukumannya?" tanya si guru pada Kirana dengan nada bicara yang mulai turun satu oktaf.

Gadis itu mendongak dan kebingungan. 'Lah, kok tanya saya?' batinnya.

"Tadi dapat poin berapa dari wakasis?" Kembali guru itu bertanya.

Kirana dan dua gadis yang duduk itu mulai mengernyitkan keningnya. Mereka bertiga dibuat bingung dengan guru yang mendatangi Kirana ini. Memang bukan guru yang sama dengan yang tadi, namun aneh saja jika si guru justru bertanya mengenai hukuman yang tengah dijalani oleh Kirana. Apalagi dengan nada bicara yang melembut dan hanya tegas saat meneriaki Kirana yang hampir pergi tadi.

Guru itu kembali bertanya apakah Kirana sudah selesai dengan hukumannya, dan karena masih kebingungan gadis itu pun hanya diam dengan wajah bodohnya. Cindy yang mulai mengerti dengan situasi pun langsung mencubit kaki Kirana hingga gadis itu terkejut dan hampir mengucapkan kata-kata Mutiara. Beruntung pelototan mata Cindy membuatnya langsung tersadar dan dengan cepat ia menoleh ke si guru, tersenyum diiringi anggukan pelan.

"Sudah, Pak. Tadi mendapat poin 3. Saya harus menulis catatan minta maaf sebanyak 100 kali dan mengumpulkannya ke ketua OSIS besok pagi," jawab Kirana dengan sangat lembut dan juga detail.

Cindy bergidik ngeri dan hampir muntah mendengar bagaimana Kirana mendalami perannya dalam bersikap manis di hadapan guru. Jasmine sendiri telah membekap mulutnya karena benar-benar memuntahkan makanan ringan tadi dalam mulutnya.

Guru itu tersenyum dan ikut mengangguk paham. "Lain kali jangan diulangi lagi," ujarnya yang langsung disambut anggukan manja oleh Kirana. "Sekarang balik ke kelas, dan tetap menggunakan seragam ini."

Kirana tersenyum sangat lebar dan langsung berlari menjauh dari lapangan, meninggalkan kedua manusia tak berarti itu begitu saja. Si guru yang melihat tingkah Kirana pun hanya tersenyum tipis dan menggeleng pelan. Ia lantas beralih menatap dua benda hidup lembek yang ditinggalkan oleh gadis tadi.

"Kalian tadi nemenin temen kalian?" tanya si guru dengan sangat ramah.

Jasmine menghela napas panjang dan mulai berdiri, Cindy menjulurkan tangan dan meminta bantuan jasmine untuk berdiri. "Bukan temen, Pak. Kita babunya dia," jawab jasmine dengan nada datar dan tak merasa bersalah atas ucapannya.

Guru itu terkejut dan langsung mengerutkan kening, kebingungan. Sedangkan Cindy yang tak terima pun langsung menepuk lengan Jasmine dengan kesal. "Enak aja! Males banget gue jadi babu anak manja kek dia," jawabnya dengan keras.

Menyadari nada suaranya yang cukup menggelegar, Cindy langsung menutup mulut dan menunduk meminta maaf pada si guru. Dengan sangat cepat ia menarik tangan Jasmine dan langsung berlari mengikuti jejak Kirana yang telah menghilang.

Guru itu tersenyum dan menggeleng. "Anak jaman sekarang," gumamnya, merasa sedikit resah.

***

Kirana duduk lesehan di dalam kelas di depan papan tulis, kakinya menjulur dan tangannya menopang tubuh. Ia mengerutkan kening dengan sangat dalam dan menatap kesal anak laki-laki yang kini duduk dengan kaki bersila di hadapannya. Sementara Cindy dan juga Jasmine baru saja sampai dan merasa heran dengan pemandangan dua manusia yang saling berhadapan tanpa mengatakan apa pun itu.

Romeo, si anak laki-laki yang mengadukan kelakuan Kirana pagi ini, kini hanya duduk diam menatap Kirana dengan santai dan tatapan datar. Ia datang dan duduk di sana karena Kirana yang memanggilnya dengan nada yang cukup keras. Sementara jam istirahat masih berlangsung dan anak-anak yang lain tidak berada di kelas, Kirana ingin menyelesaikan masalahnya dengan Romeo.

Jasmine yang baru saja sampai itu langsung melewati punggung Romeo dan langsung menuju ke bangkunya. Menyadari ada orang lain yang masuk ke dalam kelas, Romeo langsung menolehkan kepalanya dan mencari sosok yang sedari tadi tengah ia tunggu kedatangannya.

"Mau ke mana, lo?!" sentak Kirana, saat Romeo mulai berdiri dan berlari kembali menuju ke bangkunya sendiri.

"Bacot," jawab Romeo dengan singkat.

"Ngapain tuh, anak berdua?" gumam Cindy, bertanya pada Jasmine.

"Apakah saya terlihat peduli?" Jasmine menaruh tubuhnya di atas kursi dan tak menghiraukan apa pun yang ada di hadapannya.

Jasmine yang duduk dengan mulai membuka ponselnya, pun terkejut saat Romeo menyodorkan minuman dari belakang untuk dirinya. Gadis itu menatap minuman dan juga si pemberi secara bergantian. Ia sedikit risih dengan ekspresi Romeo yang terlihat tulus dengan senyuma manisnya.

"Maksudnya?" tanya Jasmine pada akhirnya.

*****

Senin, 30 Mei 2022