webnovel

Pandangan Pertama?

"Maksudnya?" tanya Jasmine pada akhirnya.

Romeo terkekeh pelan dan kembali menyodorkan minuman kaleng tersebut untuk Jasmine, membuat gadis itu mau tak mau pun tetap mengambilnya. Ia kembali bertanya untuk apa anak laki-laki itu memberikannya minuman.

"Lo kenal dia? Temen lo pas MOS?" tanya Cindy dengan berbisik.

Jasmine menggeleng dan berkata, "Kan, gue MOS sekelompok sama lo sama Kiran. Nggak inget lo, tuh anak marah-marah ke panitia MOS buat tuker kelompok sama kita?"

Cindy melongo dan menepuk keningnya pelan. "Oh, iya," ujarnya, mengingat kembali momen saat orientasi.

"Sorry ya, buat yang tadi pagi." Romeo akhirnya mengutarakan maksudnya. "Makasih juga buat bolpennya, gue bakal simpen dan ngerasa bersalah banget karena udah kasar sama lo. Gue bener-bener minta maaf ya, Jasmine," lanjutnya dengan raut wajah yang mulai memelas.

Kirana bergidik dan menaikkan sebelah bibirnya, jijik melihat bagaimana anak laki-laki yang hanya tampakkan ekspresi datar padanya itu kini justru tersenyum dan terlihat merasa bersalah pada Jasmine.

"Lo kenal dia, Yash?" Cindy semakin kebingungan.

Jasmine menoleh ke Cindy dan menggeleng. "Kagak, yaelah! Ini juga baru pertama kali ketemu," jawabnya, kesal pada Cindy yang bertanya hal sama hingga dua kali.

"Oh iya, salam kenal, ya." Romeo menyodorkan tangan kanannya pada Jasmine. "Gue Romeo."

Jasmine terkekeh pelan dan tersenyum hambar sembari menjabat tangan anak laki-laki itu. "Gue Yashmine," jawabnya, menyebut namanya dengan nama panggilan yang sudah tersemat sejak ia masih kecil. Yaitu Jasmine dengan J yang diubah menjadi Y.

"Kok, Yashmine?" Romeo mengerutkan kening merasa heran.

"Emang kenapa? Nggak boleh?!" Kirana ikut menyahut denga nada judes.

"Nggak ngomong sama ondel-ondel," balas Romeo dengan lirikan mata yang menyebalkan pada Kirana, namun langsung beralih kembali menatap jasmine dengan lembut. "Bukannya Jasmine?"

"Ya, panggilannya emang Yashmine." Cindy mengerutkan kening, memperhatikan dengan seksama wajah dan niat yang mungkin tengah Romeo rencanakan. Ia cukup ahli dalam urusan laki-laki.

"Terus J-nya buat apaan?" Romeo mengerutkan kening dan menatap Jasmine, masih dengan tatapan lembutnya.

"Terserah dia, dong. Lo siapa, sih? Sokab bet dah, sama bestie kita." Kirana masih saja emosi menghadapi anak laki-laki tersebut.

Cindy yang jiwa ingin tahunya sangat tinggi, pun langsung bertanya kembali pada Jasmine ada apa dengan anak laki-laki tersebut. Ia sangat heran dengan anak bernama Romeo yang tampak sangat manis berbincang pada Jasmine, sedangkan terlihat sangat ketus pada Kirana dan dirinya.

Lagi-lagi Jasmine hanya menggeleng, karena memang ini kali pertama ia bertemu dengan Romeo dan belum pernah bertemu di lain tempat selain di lapangan tadi pagi. Kirana sendiri hanya menatap penuh kesal si anak laki-laki, dan Cindy mulai menatap penuh selidik Romeo.

"Harusnya nggak usah gini, nggak apa-apa kok." Jasmine memegang dan melihat minuman kaleng yang ada di tangannya, dan mulai beralih pada Romeo dengan senyum tipisnya. "Tapi makasih, deh. Gua juga lagi haus."

Cindy melotot melihat sikap Jasmine. 'Gawat. Nih anak kumat jadi pleasure,' batinnya merasa geram.

Romeo mengangguk dan tersenyum semakin lebar. Jasmine mulai membuka minuman dan meminumnya. "Gue rasa gue jatuh cinta di pandangan pertama, deh," ujar Romeo tiba-tiba, membuat Jasmine seketika tersedak oleh minumannya.

"Gile, lu!" Spontan Kirana menepuk belakang kepala Romeo dengan cukup keras.

"Sinting lu, anjir. Berkawan noh, sama si Bening!" Cindy pun tak kalah terkejut. Ia langsung melempar kaleng minuman dari tangan Jasmine ke arah Romeo, hingga minuman itu tumpah mengenai seragam anak tersebut. Namun, dua gadis itu terlihat tak peduli sama sekali.

Romeo diam menatap bajunya yang basah dan memejamkan matanya dengan kuat. Jasmine sendiri masih mengelap bibirnya yang basah oleh tumpahan minuman tadi. Ia tak menyangka akan ada banyak kejadian mencengangkan dalam satu hari, terlebih hari itu merupakan hari pertama ia masuk ke jenjang SMA. Pagi-pagi ia sudah menabrak seseorang dan dimaki dengan menyebutnya kuno mendekati orang lain dengan cara menabrak, lalu sahabatnya datang dengan gaya yang sangat heboh dan membuatnya sedikit merasa malu, hingga berakhir dengan si anak yang menghinanya tadi justru mengatakan ia jatuh cinta pada Jasmine.

Cindy menatap Jasmine dan menggeleng kuat. Gadis dengan rambut lurus itu bingung melihat ekspresi sahabatnya yang aneh. Ia tak mengerti apa yang sebenarnya Cindy maksud, namun ia sendiri tahu jika anak laki-laki yang duduk dengan Kirana itu memang anak yang aneh.

"Lo yang gila!" Romeo kontan melotot menatap Kirana. "Orang jatuh cinta, dibilang gila," lanjutnya bergumam.

"Anjir, beneran sinting nih orang," gumam Jasmine, mulai khawatir akan keselamatannya sendiri.

"Yash, lo musti hati-hati sama nih orang." Cindy menatap Jasmine dengan serius.

"Gue nggak bahaya, bego!" Romeo menatap aneh Cindy yang terlihat mengkhawatirkan sahabatnya.

Kirana, Cindy, dan juga Jasmine secara bersamaan menatap penuh tanya anak laki-laki yang aneh tersebut. Baru kenal satu hari, bahkan tak berada di satu kelompok yang sama saat orientasi, tapi tiba-tiba saja menyatakan cinta pada Jasmine. Apalagi mengingat kejadian pagi tadi yang membuat Jasmine semakin merasa aneh sekaligus ngeri dengan Romeo.

"Gini, ya … lo inget nggak, tadi pagi lo ngomong apa ke gue?" tanya Jasmine dengan hati-hati.

Romeo mengangguk dan tersenyum. "Gue kena karma," jawabnya dengan tertawa renyah.

'Anying!' batin ketiga gadis itu secara bersamaan.

"Karmanya terlalu manis, kayaknya gue bakal nikmatin, sih."

'Huoeekk!' Lagi-lagi ketiga gadis itu membatin hal yang sama.

***

Sejak hari itu, anak laki-laki bernama Romeo tersebut terus saja mencari cara untuk mendekati Jasmine. Ia sedikit demi sedikit menggali informasi mengenai gadis yang ia suka tersebut, hingga satu poin penting ia dapatkan. Jasmine tak suka dekat dengan anak laki-laki. Bukan berarti belok, hanya saja memang anak itu belum begitu tertarik untuk bisa lebih dekat dengan lawan jenisnya.

Romeo juga mulai akrab dengan Cindy, sahabat Jasmine. Bukan benar-benar akrab yang damai, namun justru sering sekali bertengkar karena hal-hal kecil. Anak laki-laki itu sering menanyakan keberadaan Jasmine pada Cindy, karena cukup muak gadis itu pun akhirnya sedikit membantu si anak laki-laki agar bisa lebih dekat dengan sahabatnya. Namun, selalu saja Jasmine menghindar jika Cindy mulai menyebut nama anak laki-laki tersebut.

Menginjak kelas sebelas, beruntung Jasmine dan Romeo mulai berada di ruang kelas yang berbeda. Gadis itu mulai tak nyaman dengan tingkah Romeo yang sok manis dan sok lembut di hadapannya. Bukannya tersentuh oleh sikap lembutnya, Jasmine justru langsung teringat bagaimana wajah Romeo yang menghinanya saat ia tak sengaja menabrak anak tersebut karena terburu-buru mencari kelas barunya.

Pagi ini, Romeo usai menjaili Jasmine dengan mengambil sapu dan juga pengki dari kelas gadis tersebut, karena ia tahu hari Senin adalah jadwal piketnya. Sementara anak-anak kelasnya tengah sibuk menuju ke perpustakaan, ada juga yang mulai bersiap untuk upacara, anak itu justru tengah duduk berjongkok di tepi lapangan dengan meminum sebotol minuman kaleng bersoda.

*****

Kamar Tukang Halu, 30 Mei 2022