"Jane, apa kau sama sekali tak melihat kemana sosok itu pergi?" tanya Pak Arthur dengan serius kepada Jane.
Anak itu bersembunyi di sebuah ruangan kosong. Tatkala Pak Arthur menghampiri, wajah anak itu terlihat sangat ketakutan. Bibirnya pucat dan badannya gemetaran. Suara lirihnya terdengar menyayat hati. Tampaknya, dia tahu jika sosok itu begitu membahayakan dirinya ataupun bagi diri Kevin.
Jane hanya menggelengkan kepala. "Saat aku mendengar Kevin jatuh tadi, aku tidak bisa melihat siapa sosok itu. Bahkan aku tak berani untuk keluar memeriksanya."
"Bagus." ujar Pak Arthur. "Kau lebih baik menghindar saja karena sosok itu pasti akan membahayakanmu."
"T-tapi, bagaimana dengan Kevin? Aku sangat khawatir atas keadaannya. Dari tadi aku tak tenang karena aku yakin kalau Kevin sedang tidak baik-baik saja."
"Kau tenang saja, biar aku yang urus semua itu." Pak Arthur berjalan keluar dari ruangan kosong itu.
Tatapannya terlihat intens melihat keadaan sekeliling. Perasaannya begitu yakin kalau sosok itu masih ada di lingkungan rumah ini.
Segera dia mengambil air untuk kemudian dia bacakan doa. Berharap air minum ini, bisa menjadi penetral Kevin dalam menghadapi gangguan-gangguan tersebut.
"Aku tak bisa diam saja. Sosok itu pasti sedang berusaha mencari cara untuk memusnahkan Kevin. Aku harus segera memutuskan cara lain sebelum terlambat." batinnya dalam hati.
"Oh. Kau sedang mencariku?" sebuah suara tiba-tiba menghentikan langkah Pak Arthur.
Pria itu kembali terdiam, mendengarkan dengan cermat apa-apa yang akan dikatakan oleh sosok itu.
"Hahaha!" tawa gelegar selanjutnya ia dengar. Tampaknya, sosok itu seperti mengejek Pak Arthur hanya karena dirinya tidak bisa menemukan keberadaan dia.
Sosok itu berada di sebuah tempat yang Pak Arthur rasakan keberadaannya. Namun karena tak mau mengambil langkah cepat, dia lebih baik membiarkan sosok itu untuk berbicara agar memancing kelemahannya nanti.
Ada rasa kasihan dan perhatian yang begitu besar di dalam diri Pak Arthur. Dia tahu betul bagaimana tersiksanya seorang Kevin saat harus menghadapi berbagai cobaan itu.
Belum lagi, dia masih terlihat sulit berdamai dengan keadaan sekelilingnya.
"Kau terlalu bodoh, Arthur. Pria seperti Kevin sangatlah mudah untuk aku hancurkan keberadaannya. Temannya, sudah terjerat bersamaku dan akan sulit untuk keluar."
"Siapa kau? Di mana?" teriak Pak Arthur. Dia kaget dengan pernyataan terakhir dari suara itu.
Albert? Apa yang telah dilakukan anak itu hingga membuat dirinya terjerat?
"Kau tidak akan pernah mudah melepaskan mereka berdua. Dan aku, tidak akan pernah pula membiarkan mereka pergi dari tempat ini. Kau harus camkan hal itu, Arthur!"
Cyaaattttt
Deppphhh!!!
Atas intuisinya yang begitu kuat, Pak Arthur mampu menahan lemparan jam kuno itu tepat sekali di genggaman tangannya. Dia begitu kesal dan segera berangkat pergi ke atas.
Sepertinya dia harus menanyakan banyak hal kepada Albert tentang apa saja yang telah dilakukannya tanpa sepengetahuan dia.
Hal ini akan terus berlanjut, bahkan sangat mungkin membuat Kevin atau Albert sendiri semakin tersiksa.
...
Kevin masih belum sadarkan diri. Wajahnya masih lebam membiru dan pelipis yang masih terkadang mengeluarkan darah.
Albert berusaha melakukan segala cara untuk memberikan yang terbaik dalam menyembuhkan Kevin. Sikapnya masih terus diliputi rasa khawatir yang luar biasa karena takut jika keadaan Kevin semakin memburuk karena ini.
"Sepertinya aku yang salah karena aku telah meninggalkanmu terlalu lama. Aku tak tahu mengapa para penjahat itu selalu berusaha menyakiti kau, Kevin. Mereka sangat jahat dan tidak bisa ditoleransi lagi perbuatannya. Andai jika aku bisa melakukan sesuatu hal untukmu, maka tentu aku akan melakukannya tanpa perlu di perintah lagi." Albert mengeluarkan napasnya dengan berat. Masih dirundung rasa tidak percaya, karena kejadian itu terjadi begitu cepat.
"Kalau kau semakin bertindak buruk, maka resikonya tidak hanya kau saja yang dapat. Kau harus pikirkan bagaimana keadaan Kevin. Rencana kau saat ini, adalah rencana yang tidak hanya bisa menyelamatkan dirimu saja. Tapi untuk teman terbaikmu juga. Maka dari itu, pikirkanlah baik-baik jika kau ingin memutuskan sesuatu agar tidak menyesal pada akhirnya." ucapan Pak Peter seketika terbayang di benak Albert. Dia semakin yakin untuk tidak terlalu genggaman dalam mengambil keputusan. Karena ini menyangkut dengan nyawa, yang jikalau terjadi tidak akan pernah bisa digantikan dengan apa pun.
Ceklek!
Pintu terbuka.
Terlihat, Pak Arthur datang sambil membawakan segelas air minum. Kali ini, Albert melihat wajahnya jauh lebih tenang daripada sebelumnya.
Dia juga sama-sama tenang karena dia merasa terlindungi jika Pak Arthur atau Pak Peter bersama mereka.
"Ini. Kau minum setengah, lalu setengahnya lagi untuk Kevin." ujarnya sambil menyodorkan segelas air minum itu kepada Albert.
Albert menerimanya dengan senang hati. Dia lantas menunggu air itu sampai setengahnya, kemudian menaruh sisanya di atas meja.
"Apa..., Kevin masih belum sadarkan diri?" tanya Pak Arthur kemudian.
Albert menggelengkan kepalanya. "Aku sudah melakukan segala cara agar membuat dia sadar, namun nampaknya kejadian yang dialami oleh Kevin tadi bukanlah kejadian biasa. Dia masih kesakitan dan kita harus menunggunya selama beberapa waktu."
Pak Arthur mengangguk paham. Diusapnya dengan lembut kepala Kevin dengan tatapan penuh perhatian seperti tatapan seorang kakek kepada cucunya.
Albert memperhatikan dengan jeli bagaimana sikap Pak Arthur terhadap Kevin yang tampak lain. Dia merasa, jika pria itu merasakan sesuatu berbeda yang membuat perhatiannya jauh lebih besar daripada perhatiannya kepada Albert.
"Kita tak boleh diam saja seperti ini, Albert." Par Arthur kembali berucap. "Nanti setelah dia sadar, Aku ingin menanyakannya dengan lebih kenapa dia bisa sampai seperti ini. Sebaiknya sebelum itu, kau harus lebih berhati-hati lagi ke depannya dan jangan terlalu banyak mendengarkan bisikan apa
pun yang tiba-tiba melintas di kepalamu."
Albert terlonjak kaget. "K-kenapa Pak Arthur tahu? M-maksudnya, dari mana?"
"Kau lebih baik tidak tahu aku tahu dari mana semua ini. Yang terpenting, kau harus hati-hati dan jaga dirimu baik-baik. Jangan banyak melamun dan jangan bersikap gegabah. Kau harus tahu bahwa mereka bisa mengetahui apa yang kau rasakan. Aku, sebagai manusia pasti ada rasa tidak tahunya. Tapi kita tidak tahu kalau orang yang sudah bersinggungan dengan ilmu hitam, pasti akan melakukan segala cara untuk bisa tahu apa-apa yang kau lakukan atau kau pikirkan. Dengarkan ucapanku baik-baik."
Albert mengangguk paham. Rautnya sangat serius seperti sedang memperhatikan dengan seksama setiap ucapan yang dikatakan oleh Pak Arthur.
Semenjak kedatangan Kevin, dia merasa kalau Pak Arthur lebih terbuka dan bisa berbaur. Dia cukup senang karena kali ini, Albert bisa berbicara apa saja masalah yang dia hadapi kepada Pak Arthur, bukan kepada Pak Peter saja.
Albert sedikit tenang, walau masalah bukan sampai sini saja...