Di dunia ini hobi seseorang sangat lah berbeda. Mereka semua memanfaat kan waktu yang mereka punya untuk memenuhi kebutuhan hobi dalam tubuh mereka.
Sama seperti hal nya kehidupan seseorang yang harus terjun ke jurang maut karena menjadi seseorang yang di kenal ganas dalam dunia hobi permotoran.
Tidak hal nya sama dengan mereka yang memiliki geng motor yang terdiri dari lebih dari 5 orang. Dia hanya sendirian dan dia adalah seorang Jangmi, wanita yang berpenampilan menyeramkan namun juga cantik di mata orang jalanan. Lantas siapa itu Jangmi?
Kisah ini di mulai saat memperlihatkan kawanan geng motor yang melaju ramai-ramai di sebuah jalan bertanjak.
Mereka awal nya tenang-tenang saja tapi tiba-tiba satu dari mereka yang melihat sesuatu ke depan menjadi terkejut karena dari depan ada motor yang melaju cepat membuat mereka semua terkejut dan minggir satu persatu sehingga motor tadi melaju melewati mereka.
"Sialan... Dia wanita tadi... Aku melihat nya," kata salah satu dari mereka.
Karena kesal, mereka berbalik arah dan menyusul jalan nya motor speed berwarna biru sonic tadi.
Mereka berhenti di sebuah kedai tengah jalan dan motor mereka benar-benar terparkir seperti tak tahu jalan, hanya dikerumuni oleh mereka.
Pemilik kedai bahkan ketakutan hingga melarikan diri.
Mereka turun satu persatu mendekat dengan arogan dan terlihat mengerikan pada wanita yang duduk di salah satu kursi kedai dengan helmet yang masih di kepala nya benar-benar menutupi wajah nya.
Dengan tangan yang memegang sebuah setangkai bunga mawar biru yang masih berduri menoleh ke mereka dengan helmet yang masih terpakai.
"Hoi... Apa kau yang melakukan itu tadi?"
"Kenapa kau melakukan itu tadi... Benar-benar wanita aneh," mereka menatap nya dengan kesal.
Lalu wanita itu berdiri membuat mereka waspada. Dia melepas helmet nya tepat di depan mereka dan seketika mereka terkejut melihat wajah nya.
"D-dia!!!" mereka bahkan masih memasang wajah dengan tidak percaya, seketika itu juga mereka semua menundukkan badan dan berkata bersamaan. "Maaf kan kami!!!"
Lalu wanita itu terlihat tersenyum kecil dengan bibir lipstik yang tidak terlalu tebal nya. "Hm... sangat mudah..." dia lalu bicara dan melepaskan rambutnya dengan terlihat begitu cantik.
"Aku awalnya malas, tapi aku ingin bertemu…"
Hari berikutnya sebuah motor speed berhenti di dekat air mancur. Orang itu membuka helmet nya, seketika muncul rambut panjang yang keluar sangat cantik dengan warna biru tua.
Mata miliknya yang berwarna merah melirik ke segala arah. Lalu turun dan meninggalkan motor nya di sana. Ia akan masuk ke sebuah pusat perbelanjaan. Masuk ke ruko dalam baju bertemu dengan seorang wanita pelayan yang sedang menatap ke ponsel nya. Wanita itu bernama Zekra, tertulis di tanda pengenal nya.
Zekra menoleh dan terdiam melihat penampilan wanita tadi yang rupanya memakai masker hitam menutupi sebagian wajah nya.
"(Penampilan nya misterius sekali... Apa wanita ini gangster, dari body nya bagus juga...) Sangat besar dada nya. Ada yang bisa aku bantu?"
"Kaus putih ukuran ku."
"Ukuran mu? Hm, aku akan cari," Zekra mencari kaus putih di sekitar nya lalu menemukan nya.
"Bungkus itu untuk temanku."
"Baiklah, dengan nama siapa?" Zekra siap menulis.
"Chandrea," katanya seketika Zekra terdiam sejenak.
"Chandrea? Sepertinya aku pernah mendengar nya?"
"Kau kenal dia?"
"Hm... Aku mahasiswi yang akan lulus dari kampus dekat sini dan seperti nya, ada wanita populer dengan tawa gila khas nya bernama Chandrea, dia ada di kampus ku, apalagi setelah kejadian kemarin," tatap Zekra.
"Oh, aku mengerti, terima kasih infonya… (Meskipun agak bingung, aku mendengar wanita itu sudah menjadi sosok yang sangat di takuti tapi malah ingin ke kampus? Aneh sekali…)" Jangmi memberikan uang.
"Baiklah, terima kasih kembali," Zekra menerima uang itu dan memberi bungkusan kaus itu.
Tapi saat Jangmi akan menerimanya, tiba-tiba ada seseorang berteriak. "Itu dia!!!" tepatnya kawanan pria gangster datang begitu saja mengacaukan segalanya membuat Zekra terkejut.
"Aku harus pergi," kata Jangmi.
"He, hei tunggu.... Sebenarnya apa yang terjadi!?" Zekra menahan tangan nya dengan penasaran.
"Cih... Ikut saja kalau begitu!!" Jangmi menariknya lari.
"Hoi itu dia... Cepat tangkap…!!!" para gangster itu melihatnya dan mengejarnya membuat semua orang ketakutan dan berlari pergi karena tak mau berurusan.
"Tunggu... Hah—Hah... Apa yang kau lakukan bodoh… Huf...." Zekra terengah-engah.
"Cih kau memperlambat ku, tunggu di sini dulu," Jangmi melepasnya lalu berjalan pergi.
"Apa yang dia lakukan?" Zekra menatap bingung. Tapi ia terkejut ketika mendengar suara berisik mengerikan dari balik lorong dinding yang akan datang padanya.
"Astaga... Apa aku akan mati disini?" dia menjadi ketakutan. Tapi tiba-tiba ada motor speed yang melaju dari arah lain berhenti di depan nya membuat nya terngangah melihat itu.
"Cepat naik," rupanya Jangmi.
"Apa kau gila!!! Ini malll kenapa kau memasukan motor di sini?!"
"Naik saja atau aku akan meninggalkan mu di keroyok mereka," Jangmi menyela dengan helmet yang membatasi wajahnya.
"Hiz... Baiklah... Hati-hati tapi," Zekra menaikinya tapi belum ada beberapa detik Zekra memperbaiki posisi duduknya, Jangmi sudah nge-gas duluan.
"Akhhh!!" Zekra menjadi terkejut. Tapi para gangster itu telah mengetahuinya dan mengejar mereka. Jangmi mengendalikan motor dengan sangat cepat.
"Akh... Gila!!!..." Zekra histeris dari tadi hingga di depan mereka ada lift.
"Tidak... Jangan masuk!!" teriak Zekra tapi Jangmi berhasil masuk ke lift itu beserta motor nya.
Hingga pintu lift tertutup.
"Akh... Turunkan aku!!!" Zekra masih berteriak dengan menutup mata padahal Jangmi sudah berhenti karena ada di dalam lift.
"(Sampai kapan dia akan berteriak?)" dia hanya bisa menggeleng, tapi tiba-tiba lift nya bergetar membuat Zekra membuka mata dan baru sadar ada di lift.
"Hah... Lift?! Bagaimana bisa?!... Rasanya mau mati... Ini semua salah mu wanita gila!!" dia menyalahkan Jangmi yang turun dari motor.
"Lihat, liftnya macet, dan kau yang membawa ku kedalam masalah ini. Psikopat!!" tambah Zekra.
"Sebaiknya kau diam... Aku sedang cari cara keluar," kata Jangmi, dia sama sekali tak melepas helmet yang ia pakai.
"Dasar psikopat!!" kata Zekra yang memperbaiki rambutnya, tapi ia tak melihat Jangmi di motor itu, ia lalu melihat atas bahwa Jangmi memanjat di pojok lift akan melompat jatuh.
"Apa...!! Apa yang kau lakukan jangan hoi!!!" Zekra berteriak.
Tapi Jangmi mengatakan hal lain. "Semoga Tuhan memberkati mu," kata Jangmi seketika ia melompat.
"Akh, tidak!!!!" terdengar teriakan Zekra dan lift pun menjadi merosot ke bawah.
"Akh... Tidak!!!... Ini gila... Aku mohon berhenti dasar psikopat ini... Kenapa aku harus bertemu dengan nya tadi!!!" Zekra masih berteriak berlutut memegang pegangan lift hingga ia pingsan tak kuat.
Lift juga semakin turun dan bel bahaya berbunyi karena lift terus merosot tanpa kendali. Tapi anehnya Jangmi hanya menyila tangan dengan aura biasa saja.
Namun, saat Zekra bangun, ia sudah duduk di belakang motor dengan posisi menghadap ke belakang, dan yang mengendarai nya adalah Jangmi.
"Eh... Ehm... Apa ini?" Zekra terkejut melihat sekitar. Mereka ada di basement level satu dan Jangmi tak ada basa basi nya melewati benda dan orang di sana. Hingga berhenti di depan tangga turun.
"Hah... Hah di mana aku... Bagaimana bisa ini...!" Zekra masih bingung dan panik.
Tapi belum sempat ia bertanya-tanya, Jangmi sudah melaju turun tangga membuat Zekra tergoyang sakit.
"Jangan lewat tangga, bodoh, akh...!!! Minggir!!!!" dia terus berteriak panik, semua orang bahkan terkejut melihat fenomena itu. Hingga Jangmi berhasil keluar melewati motornya itu.
Dia terus melaju kencang dengan Zekra yang terus cerewet di belakang tapi Jangmi tak mempedulikan itu, dia melaju membuat semua mobil-mobil di jalanan terkejut menginjak rem.
Melewati mereka semua dan terowongan, cahaya biru dalam helmet nya membuat cahaya sonik yang melaju kencang lalu berhenti di tempat aman.
Zekra bernapas cepat hingga ia lemas dan jatuh membuat Jangmi menoleh ke belakang. "Hei... Kau jatuh?" tatap Jangmi.
"Dasar psikopat!!" jantung milik Zekra telah di permainkan dari tadi.
"Bermain denganmu sangat menyenangkan, lain kali kita akan bertemu lagi, akan ku jelaskan kenapa mereka tadi mengikutiku," kata Jangmi dan berjalan pergi dengan cepat menggunakan motornya.
"Dasar aneh, semoga kita tak bertemu lagiii!!" teriak Zekra pada Jangmi yang melesat jauh.
Tapi belum lama berjalan mendadak dia berhenti di pinggir jalan dengan wajah bingung.
"Hoi, hoi... Jangan buat aku marah kau motor sialan," kata Jangmi yang bicara sendiri pada motornya yang tidak nyala dari tadi dan sepertinya mogok.
"Sialan..." ia menjadi memasang tatapan kesal. Lalu melihat sekitar dan menemukan bengkel tak jauh dari sana. "Bagus, ini bukan kesialan lagi," ia langsung senang dan mendorong motornya ke sana.
Di sana ada banyak lelaki bekerja, salah satu dari mereka menghampiri Jangmi. "(Bodynya cakep juga... Wanita secakep itu naik motor gede, motor nya modif nya juga bagus banget dah... Kira-kira secantik apa ya dia jika membuka helmet nya,)" pikirnya. Lalu mendekat ke Jangmi. "Ada yang bisa di bantu, Nona?"
"Perbaiki motorku, sepertinya mogok. Sebenarnya aku bisa memperbaikinya, tapi aku tidak punya peralatan nya."
"Apa kau menaikinya sendiri?" tanya lelaki itu sebelum mengecek.
"Kenapa?"
"Tak ada apa-apa Nona, tidak jadi," balas lelaki itu dengan tidak nyaman, lalu dia melihat motornya dengan Jangmi yang berada di sisi lain sambil masih menggunakan helmet nya membuat wajahnya benar-benar tak terlihat oleh siapapun.
Lalu lelaki itu berdiri. "Maaf Nona, tapi butuh waktu untuk memperbaiki motormu, mungkin sekitar 1 hari, kau bisa mengambilnya besok pada siang hari," kata lelaki itu.
"Apa?! Sialan," Jangmi menjadi kesal.
"Bagaimana Nona?" tatap lelaki itu.
"Haiz... Baiklah, aku akan meninggalkan nya," balas Jangmi langsung, seketika ia berjalan pergi membuat lelaki itu bingung.
Jangmi melihat ke jam tangan nya. "Akhhh rumah ku jauh, aku harus menaiki motor atau mobil untuk pulang," ia melihat sekitar di pinggir jalan raya besar itu, lalu melihat ada bus yang berhenti di halte bus dekatnya.
"Oh bagus," ia menjadi berjalan ke sana, saat akan naik bus. Sang supir menghentikan nya. "Oh Nona, lepas lah helmet mu dulu," kata dia.
Lalu Jangmi melepas helmet nya, untungnya Jangmi masih memakai masker hitam. Lalu Sang supir tanpa tahu hanya mengangguk.
Akhirnya Jangmi bisa naik dengan helmet nya itu. Ia duduk di satu kursi yang kosong.
"(Mungkin naik bus akan lebih cepat,)" pikirnya sambil duduk bersantai. Tapi satu hal yang tidak ia tahu, dia akan berhenti kemana?