webnovel

3. Menjadi Koki

Bella termenung di depan kaca besar kamarnya, menatap balik pantulan tubuh dan wajahnya. Wanita tersebut membalut tubuhnya dengan handuk, membiarkan rambut basahnya berantakan tidak tersisir, lalu membentuk seringaian miris di bibir. Tanpa sungkan Bella melepaskan handuk tebal yang menempeli tubuhnya, menjatuhkan benda tersebut ke lantai, lalu melangkah ke lemari dengan tubuh polos.

Bella mencari pakaiannya sendiri. Sesekali melirik ke bawah, dimana perut buncitnya nampak jelas lalu fokus dengan dress-dress kendor yang tergantung rapi di dalam lemari.

Bella mengamatinya sesaat, lalu meringis. Semuanya mahal, benda-benda yang ada di lemari maupun luar lemari. Memang tidak mungkin Hadrick yang kejam itu memfasilitasinya semewah ini andai tidak ada bayi di perutnya yang menjadi penghubung di antara mereka berdua.

Akhirnya pilihan Bella jatuh pada satu gaun lebar yang seharusnya pas di tubuh wanita yang jauh lebih gemuk. Bella memilihi dalaman terlebih dahulu, tapi sebuah tangan kekar menahannya, lelaki itu menarik Bella menjauh dari pintu lemari dan menutup benda tersebut. Desisan Hadrick terdengar, lelaki itu memerintah sinis. "Tak usah pakai dalaman, kurang baik. Langsung pakai saja gaun itu." Mata Hadrick melirik gaun hijau yang ada di dekapan Bella.

Bella hanya mengangguk patuh. Wanita itu langsung memakainya di depan Hadrick. Hadrick terus memerhatikannya sejak tadi, tidak melepaskan tatapan dari tubuh Bella dari atas sampai ujung kaki. Hadrick menyeringai sinis, lalu melingkarkan tangan ke perut bulat wanita tersebut. Bella pasrah saat kedua lengan besar Hadrick membawanya ke dalam dekapan, lalu mengangkatnya ke udara. Hadrick menggendong Bella, membawanya ke kasur lalu mendudukkannya di sana.

"Hati-hati jika nanti keluar dari kamar," Hadrick memeringatkan.

"Kamu tidak memakai pakaian dalaman, jika lengah pelayan lelaki bisa mencuri kesempatan."

"Kenapa kamu harus perduli?" Bella bertanya sinis.

"Seharusnya aku yang tanya padamu, kenapa kamu tidak perduli tentang itu?" Hadrick berdecak kesal.

"Atau perlu kupecat semua pelayan lelaki di rumah ini, agar kamu bebas? Bahkan berkeliaran dalam keadaan tidak berbusana?" Hadrick menawarkan serius.

"Jangan merugikan orang lain karenaku," Bella meringis. Akan semakin banyak orang di dunia yang membencinya jika Hadrick benar-benar melakukan apa yang lelaki itu katakan. Cukup Jedrick dan teman-temannya yang membenci Bella, membayangkan mereka yang memusuhinya akan berlipat-ganda wanita itu sakit kepala.

"Kalau begitu jangan merugikan diri sendiri, memperlihatkan anggota tubuh kepada lelaki-lelaki hidung belang termasuk merugikan diri sendiri, Bella. Meski tidak disengaja, makanya hati-hati." Hadrick sedikit menarik rok dress Bella ke atas pahanya, memperlihatkan lutut wanita itu. Hadrick menempelkan bibirnya ke sana, memberikan beberapa kecupan dan menyeringai. Entah kenapa, tiap kali melihat sesuatu yang mengembung dan menonjol Hadrick gemas. Karena terlihat mirip dengan perut Bella yang bulat dan semakin membesar.

"Apa kamu lapar?" Hadrick bertanya.

"Tidak," Bella menjawab apa-adanya.

"Kamu tahu, Bella. Saat bertanya, antara jawaban 'ya atau tidak' aku hanya ingin mendengar kata 'iya'. Paham?"

Bella menelan ludah, wanita itu mengangguk. "Paham."

"Jadi kutanya ulang, apa kamu lapar?"

"Ya." Bella mengangguk-angguk kuat, "Ya. Sangat lapar."

"Salahmu menambah kata 'sangat', ibu hamil." Hadrick tertawa pelan, "Kalau begitu kamu harus menghabiskan semua makanan yang akan kubuat."

Hadrick mengambil sebuah kursi roda. Dipintanya Bella untuk duduk dan wanita itu mematuhinya. Sambil mendorong benda tersebut, dari belakang Hadrick berbisik di daun telinga Bella. "Jika berjalan jauh ibu hamil, kamu tidak boleh berjalan kaki. Pilihannya ada dua, kamu digendong atau duduk di kursi roda seperti itu. Bersikaplah manja demi darah-dagingku di perutmu." Dengusan lelaki itu yang tertawa geli menggelitik kulit Bella membuat wanita itu bergidik.

Sesampainya mereka di dapur, Hadrick pergi membuka kulkas. Lelaki itu tertawa sambil mengeluarkan aneka macam bahan-bahan mentah, "Kuakui saja, Bella. Aku kurang ahli dalam memasak. Tapi kuharap kamu menikmatinya."

"Kamu bisa memasak?" Hadrick bertanya sambil menurunkan sebuah panci.

Bella mengangguk, membuat senyum senang Hadrick surut. "Aish, tentu saja kamu akan menertawakanku jika masakanku tidak bisa seenak masakanmu. Seharusnya kamu itu menjadi wanita yang tidak berguna sama sekali, Bella. Tidak ada satupun keahlian yang bisa dibanggakan. Agar aku semakin semangat memfasilitasimu dengan pembantu, koki atau apapun untuk menggantikanmu melakukan sesuatu yang samasekali tidak bisa kamu lakukan."

Hadrick sibuk memotongi sayur-sayuran yang selesai lelaki itu cuci. Lalu mengeluarkan daging ayam mentah dari kulkas dan memasukkannya ke dalam wadah merah muda. Hadrick bersiul-siul semangat, sesekali diliriknya Bella yang masih duduk di kursi roda. Melihat Bella, seringaian Hadrick selalu terbit. Sambil memegang pisau Hadrick mendekati Bella dan mengecup sekilas pipinya, Bella yang menoleh terkejut diabaikan oleh Hadrick yang kembali sibuk mengeluarkan makanan di dalam kulkas.

"Makan cemilan ini untuk temanmu menunggu, Bella," Hadrick mengeluarkan sekotak es krim yang diterima oleh Bella. Bella langsung melahapnya setelah diberikan sendok.

"Ah," Hadrick berlagak teringat dan merebut kotak es krim dari tangan Bella. "Maaf, ibu hamil. Jika Anda kenyang memakan ini, apa yang saya buat tidak akan laku."

Hadrick menyimpannya kembali ke dalam lemari, membiarkannya meleleh di sana lalu lanjut memasak.

Bella bosan di atas kursi roda, wanita itu bangkit berdiri dan mendekati Hadrick yang kesusahan memotong wortel.

"Masak apa kamu?"

"Sup ayam."

"Yakin bisa membuatnya?"

"Tidak," Hadrick menggeleng sambil tertawa. "Lagian, jika sup ini gagal aku juga akan membuat makanan yang lain. Apa kataku tadi, jangan salahkan aku karena kamu yang bilang sangat lapar, seakan aku tidak pernah memberimu makan dengan cukup."

"Kamu tidak takut sedekat ini denganku?" Hadrick bertanya santai.

Bella tersadar lalu menghindar membuat desisan Hadrick terdengar. "Jangan spontan langsung menjauh begitu, kamu menbuatku kesal."

"Jadi apa yang harus kulakukan?"

Hadrick bergumam seperti berpikir, lalu tertawa mengejek. "Kalau berani lingkarkan tanganmu ke pinggangku. Hayo, berani tidak?"

Bella benar-benar melingkarkan tangannya ke pinggang Hadrick. Hadrick tersenyum sinis, dikecupnya sekilas kening Bella yang ada di dekatnya lalu berkata, "Jangan salahkan aku jika melarangmu melepas tanganmu sampai berjam-jam kemudian, ibu hamil. Salah sendiri begitu berani. Sepertinya kamu akan kelelahan berdiri."

Hadrick menindihkan air, lalu memasukkan beberapa aneka bumbu. Bella ingin sekali memprotesi daging-daging yang Hadrick potong terlalu besar, sayangnya meski mulutnya gatal Bella tidak memiliki keberanian. Bisa saja Hadrick yang kesal diprotesi memaksanya memakan daging ayam itu mentah-mentah tanpa dipotong terlebih dahulu.

Yang terbayang di kepala Bella, Hadrick memang selalu kejam dan tidak berperasaan.

Saat wajah mereka bersehadapan tanpa sengaja, mata Hadrick turun menatap bibir Bella yang sedikit terbuka. "Boleh pinjam bibirmu?"

Pertanyaan tersebut membuat sekujur tubuh Bella beku. Untuk beberapa detik, wanita itu tidak mampu berkutik.