webnovel

Perubahan Wu Qian

Editor: Wave Literature

Nenek sudah tiada, Fu Hengyi sudah kembali ke militer, sekolah juga sudah dimulai. Walaupun sudah tingkat empat dan kelas profesional sudah lama selesai diikuti, Shen Qinglan tetap memutuskan untuk pergi ke sekolah meskipun tidak ada keperluan.

"Qinglan, akhirnya kamu muncul. Beberapa waktu ini kamu ke mana saja? Aku meneleponmu tapi ponselmu selalu tidak aktif." Ketika dia baru sampai di asrama, Yu Xiaoxuan langsung bertanya dengan wajah khawatir.

Yu Xiaoxuan sama sekali tidak tahu bahwa Nenek Shen telah meninggal dunia. Dia bahkan tidak tahu kalau Shen Qinglan adalah nona kedua keluarga Shen. Sehari-hari Shen Qinglan selalu bersikap sederhana dan tidak muncul di depan orang. Di ibu kota hanya sedikit yang mengenalinya. Walaupun pergaulan Yu Xiaoxuan luas, selama Shen Qinglan sendiri tidak memberitahunya, wajar kalau dia tidak tahu.

"Terjadi sesuatu di rumah, nenek sudah meninggal." Shen Qinglan berkata dengan ringan. Kesedihan hari itu sudah lama tidak terlihat di wajahnya.

Yu Xiaoxuan terdiam, kekhawatiran di matanya saat menatap Shen Qinglan semakin dalam. Dari aura dingin Shen Qinglan yang perlahan bertambah dapat dilihat bahwa Nenek Shen ini pasti sangat penting bagi Qinglan.

"Qinglan, kamu tidak apa-apa?"

Shen Qinglan menggeleng kecil, "Aku tidak apa-apa."

Shen Qinglan merasa dirinya benar-benar sudah tidak apa-apa. Meninggalnya nenek baginya adalah sebuah pukulan yang sangat berat, tapi dia terus mengingat neneknya yang berharap agar dia bisa hidup bahagia. Dan dia tidak mau menyia-nyiakan harapan neneknya itu.

Topik ini terlalu suram, Yu Xiaoxuan yang melihat Shen Qinglan sepertinya sudah tenang juga tidak ingin mengungkit lagi hal yang menyakitkan hatinya. Dia pun mengganti topik pembicaraan.

"Oh ya, Qinglan, aku hari ini mendapati ada sebuah kedai malatang yang baru dibuka di luar sekolah. Ayo nanti malam kita makan malatang."

(Malatang = makanan tradisional Tiongkok yang terdiri dari berbagai macam sayuran, daging, bakso, dan sebagainya yang dimakan dengan kuah pedas)

"Malatang apa?" Terdengar suara Fang Tong dari luar.

"Kita sedang membicarakan kedai malatang yang baru dibuka di luar sekolah. Sepertinya cukup ramai. Nanti malam kita mau mencobanya, kamu mestinya tidak bisa pergi, kan?" Yu Xiaoxuan mengerling kepada Fang Tong. Orang ini telah sepenuhnya meninggalkan mereka sejak punya pacar.

"Pergi, siapa bilang aku tidak bisa pergi?" Fang Tong berkata dengan suara keras, lalu dia sadar bahwa reaksinya itu terlalu berlebihan. Dia pun tersenyum lembut dan mengangkat poninya dengan genit, "Malam ini nyonya memutuskan untuk memilih kalian. Apakah kalian dua selir ini sudah siap?"

Yu Xiaoxuan mengeluarkan suara muntah. Shen Qinglan membuang muka dan bersikap seakan-akan tidak melihatnya.

"Fang Tong, bicara bahasa manusia."

Fang Tong mendengus, "Ding Minghui sudah mendapatkan tempat magang dua hari yang lalu. Hari ini dia sudah mulai bekerja secara resmi. Jadi tidak ada yang menemani aku makan lagi."

Ding Minghui adalah pacar Fang Tong.

Yu Xiaoxuan memutar bola matanya, "Aku sudah tahu kalau seperti ini, kamu ini lebih mementingkan pacar daripada teman."

"Huh, kamu hanya iri, kalau memang mampu, kamu juga cari saja satu."

Kedua orang itu pun cekcok lagi. Shen Qinglan sudah lama terbiasa, hanya saja hatinya menjadi tenang. Kehidupan yang familiar, orang-orang yang familiar, mungkin seperti ini adalah yang terbaik.

"Eh, mana Wu Qian? Bukankah sebelumnya dia selalu yang paling awal?" Fang Tong tiba-tiba berkata.

Saat itu barulah Yu Xiaoxuan teringat dengan Wu Qian yang dulunya selalu datang paling awal namun sekarang masih belum sampai di sekolah.

"Mungkin mobilnya terlambat, lalu lintas di ibu kota begitu padat. Mungkin juga dia kena macet di jalan." Yu Xiaoxuan tidak peduli.

Fang Tong mengernyit, "Seharusnya tidak. Libur musim panas ini Wu Qian tidak pulang ke rumahnya. Waktu libur musim panas aku bahkan masih bertemu dengannya. Saat itu dia menjadi pelayan di KFC. Kalau dia tidak pulang, maka seharusnya dia sudah lama datang."

"Mungkin dia hanya bekerja satu bulan lalu pulang. Kalau tidak yakin, telepon dia saja."

Fang Tong berpikir benar juga, dia pun mengeluarkan ponsel dan menghubungi Wu Qian. Teleponnya dengan cepat tersambung, Wu Qian berkata kalau saat ini dia sudah di lantai bawah asrama.

Tidak lama kemudian Wu Qian muncul di asrama. Dia mengenakan atasan kuning lengan pendek dan celana jins yang memudar karena dicuci. Di kakinya ada sepasang sepatu kanvas yang harganya puluhan yuan. Kelihatannya, dia tidak terlihat berbeda dengan dulu.

"Wu Qian, nanti malam kita berencana untuk makan di kedai malatang yang baru dibuka di luar sekolah. Apa kamu mau ikut?" Fang Tong bertanya. Walaupun dia sudah tahu jawabannya, tapi kalau tidak bertanya rasanya juga agak kurang baik.

"Baiklah. Tunggu aku sebentar. Aku akan membereskan barang-barangku lalu ikut kalian pergi. Tidak lama."

Jawaban yang di luar perkiraan itu membuat Fang Tong dan Yu Xiaoxuan merasa agak kaget.

"Oh, baiklah. Tidak usah terburu-buru, atur pelan-pelan saja." Fang Tong bereaksi dengan cepat dan menjawabnya.

Wu Qian yang memunggungi mereka tidak melihatnya, namun Shen Qinglan dapat melihat dengan jelas Fang Tong dan Yu Xiaoxuan yang berkedip.

"Mengapa hari ini dia mau makan dengan kita?" Ini adalah Yu Xiaoxuan.

"Mana aku tahu, aku tadi hanya basa-basi." Fang Tong memutar bola matanya.

"Bagaimana sekarang? Kalau dia ikut jadi canggung."

"Kamu tanya aku lalu aku tanya siapa?"

"Oh ya, ini adalah makanan khas kampung halamanku. Silakan kalian mencicipinya." Wu Qian membawa tiga bungkus camilan dan meletakkannya di atas meja. Setelah itu dia menggaruk-garuk kepalanya dengan sungkan, "Dulu aku ingin membawakannya untuk kalian, tapi…"

Tapi apa? Ketiga orang lainnya tahu, tapi kondisi ekonomi tidak mengizinkan.

"Wu Qian, untuk apa kamu sungkan begitu? Kami juga tidak punya hadiah untukmu." Fang Tong berkata sambil tersenyum.

Wu Qian tersenyum kecil dan membuat ketiga orang di depannya berbinar. Sebenarnya wajah Wu Qian lumayan, dia adalah gadis yang cantik dan halus. Hanya saja mungkin karena dulu rendah diri, dia selalu suka menunduk, berbicara dengan orang juga menunduk dan tidak berani bertatapan dengan orang. Wajah secantik apa pun tetap akan sedikit tertutupi. Saat ini dia mengangkat kepala dan menegakkan dadanya, wajahnya yang tersenyum terlihat sangat cantik.

"Selama tiga tahun terakhir kalian beradaptasi denganku dan selalu mentolerirku. Dalam hati aku mengetahuinya. Terima kasih."

Fang Tong dan Yu Xiaoxuan saling memandang sekilas.

"Hei, kita semua adalah teman sekolah, juga satu asrama. Untuk apa berkata seperti itu?" Fang Tong maju dan menepuk-nepuk bahu Wu Qian, "Karena ini adalah niat baik darimu, maka kami tidak akan sungkan lagi."

Setelah itu dia maju dan mengambil sebungkus camilan lalu membukanya, "Wah, ini lidah bebek. Wu Qian, kamu terlalu pengertian." Fang Tong tersenyum lebar, namun tetap sopan.

"Ayo, ayo, ayo semuanya mencoba. Rasanya sangat enak." Fang Tong mengambil lidah bebek dan membagikannya kepada Shen Qinglan dan Yu Xiaoxuan.

Melihat tiga orang yang makan dengan gembira, Wu Qian sepertinya bernapas lega. Senyuman di wajahnya pun semakin lebar.

Shen Qinglan melihat lidah bebek di tangannya, lalu dari sudut matanya dia melirik Wu Qian dengan raut wajah termenung. Hanya tidak bertemu selama dua bulan yang singkat, tapi temperamen seseorang tiba-tiba berubah drastis. Bukankah ini adalah sesuatu yang sangat aneh?

Namun bagi Shen Qinglan, perubahan Wu Qian itu juga bukan sesuatu yang perlu dipedulikannya. Terus terang saja, mungkin hubungannya dan Wu Qian hanya sedikit lebih baik daripada orang yang lewat di jalanan. Bagaimanapun juga mereka masih bisa dibilang kenal.

Shen Qinglan tidak memikirkan perubahan Wu Qian.

Malam harinya, keempat rekan seasrama itu pertama kalinya keluar untuk makan malam bersama. Tapi dengan tambahan satu orang sebenarnya tidak senyaman dulu saat mereka hanya bertiga. Jadi setelah selesai makan, Yu Xiaoxuan yang semula masih ingin jalan-jalan pun membatalkan ide ini dan kembali ke asrama dengan yang lainnya.