"Masuklah, jangan anggap rumah sendiri," Lelaki itu, ya, dia yang tadi siang ada di kafe itu! Aku hampir jantungan saat melihatnya sudah ada di lobi kantorku. Faktanya aku lupa akan janji sepihak yang dilakukan oleh mulut bodohku ini, bekerja dengan setumpuk naskah membuatku melupakan segalanya. Bahkan aku masih ingat saat teman-teman divisiku menatap kami dengan tatapan menggoda, yang lebih parah saat Kuncoro datang, semuanya jadi terlihat dramatis. Seolah-olah aku menjalin hubungan romansa dengannya dan selingkuh dengan laki-laki lain tepat di depan matanya. Saat itu aku lekas memvonis Kuncoro kalau dia terkena overdosis naskah romance.
"Kau tinggal sendiri?" lelaki itu membuka sekat dingin di antara kami.
"Hm, memangnya kau melihat orang lain di dalam apartemenku ini?" aku memandunya menuju ruang tengah.
"Kukira kau tinggal bersama mereka?"
Tubuhku lekas berbalik dan menatapnya dengan satu alis terangkat tinggi, "Siapa?"
"Dua temanmu?"
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com