"Kau tahu aku menjadi dalangnya. Lantas kau hanya diam saja?" Ovra tertawa ringan. Ia melirik wanita dewasa yang terus-menerus meletakkan fokus pandangannya untuk menatap lukisan besar di depannya. Sebuah pulau tak berpenghuni. Pemandangan luas biasa nyata dari dalam lukisan yang ada. Sebuah daya tarik tersendiri untuk pada pecinta seni. Tak banyak pelukis hebat yang bisa menciptakan maha karya semirip ini dengan aslinya.
Elsa kembali meneguk teh hangat yang ada di dalam cangkir miliknya. Sesekali dirinya ber-ah ringan selepas menikmati sensasi manis dan hangat yang bercampur masuk membasahi tenggorokannya. Siang lebih dingin dari biasanya. Ia benar-benar menikmati kehangatan dan suasana syahdu kalau-kalau Ovra tak datang dan membuat kekacauan di tengah bangunan sekolah miliknya ini.
"Lagian mengapa tak membawa Amanda ke sekolah ini? Masa depannya akan terjamin sebab ibunya adalah pemilik bangunan besar nan agung si Amsterdam."
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com