webnovel

ILLECEBRA

Soo Ara seorang gadis lugu yang dipaksa melihat ibunya mendapatkan ketidakadilan didepan matanya, dia sendiri juga mendapatkan bully selam ia menempuh pendidikan dan dipaksa melihat ibunya terbakar hidup hidup didepan pelupuk matanya. Beban hidup yang sangat berat harus ia tanggung di usianya yang sangat muda, menjadikan Soo Ara menjadi pribadi yang sangat tertutup. namun dengan seiring berjalannya waktu ia menjadi sangat kuat karna hantaman masalah yang terus ia hadapi. Tanpa di sengaja anak perempuan itu terseret dalam dunia model ketika seorang sutradara melihatnya di lokasi syuting dan menjadikannya seorang model. Namun identitas aslinya sangat dirahasiakan karena alasan khusus, jika identitas itu terbongkar maka ia akan membayarnya dengan nyawa. Kisah ini juga menceritakan game online yang akan mempertemukan Soo Ara dengan sahabat lamanya. Soo Ara di ibaratkan seperti dua sisi mata koin yang berbeda ketika dia menjadi remaja biasa yang sangat polos dengan kaca mata tebalnya dan ketika ia menjelma menjadi seorang model profesional.

Kim_mieya · perkotaan
Peringkat tidak cukup
20 Chs

DEBUT SEBAGAI MODEL JALUR EXPERIMEN

Lee merasa jika jantungnya sudah berpindah keperut dia sangat gugup badannya semua gemetar.

Dengan berlatarkan warna hijau polos dan ada beberapa ratus kelopak mawar merah dan Lee akan bergaya di tengah tengahnya.

Tidak hanya Lee yang gugup, Amna pun tak kalah gugupnya dengan Lee, dia tidak bisa berdiri dengan benar jari jarinya tampa sadar dia gigit sendiri.

Sutradara Mang menginstruksikan apa yang harus dilakukan, dengan seksama Lee mendengarkan agar tidak melakukan kesalahan.

Lee harus mengulang sebanyak 7 kali karna belum pas dihati sutradara Mang, Amna mengambil inisiatif untuk mengambilkan minum untuk Lee sambil memberinya semangat kemudian dia mendekati sutradara Mang dan membisiskan sesuatu, sutradara Mang mengangkuk mengerti.

Amna sangat faham betul jika Lee adalah seorang introvert, dia sangat tidak nyaman berada ditempat keramaian, apalagi semua orang memperhatikannya.

"Perhatian perhatian" Sutradara Mang bicara dengan pengeras suara ditangannya.

"Mohon maaf diharapkan semua kru yang ada di dalam ruangan ini semua keluar, dikarenakan model baru kita ini sangat pemalu, terimakasih atas pengertiannya" semua kru kecewa karena tidak bisa melihat pengambilan gambar, mereka semua pergi siapa yang berani melanggar perintah sutradara Mang, untung saja dia masih menggunakan bahasa yang halus.

Lee bernafas lega, rasanya ia sudah bisa bernafas kembali, kini diruangan ini hanya tinggal mereka berempat, Lee, Amna, sutradara Mang dan juga kameramen.

Ternyata hanya membutuhkan waktu sepuluh menit pengambilan gambar sudah selesai.

"Ganti kostum" Lee kaget ternyata ini belum berakhir, Lee memandang Amna dengan muka jeleknya, sebagai tanda protes dan Amna membalasnya sambil memimikkan wajahnya sambil mengangkat pundak dan keduaa tangannya dengan arti "apa boleh buat".

Lee segera keluar dengan Amna dari ruang itu dan diluar ruangan banyak cruw sedang menunggu proses pengambilan gambar itu selesai.

Lee sudah tidak mau ambil pusing lagi dengan tatapan mereka yang sedang membicarakan dirinya, mereka segera menuju ruang make up untuk berganti kostum.

Gaun selanjutnya berwarna biru muda Amna membuat rambut Lee tergerai begitu saja dan sedikit membuat sosis di bagian bawahnya dan merapikan poninya, dan satu sentuhan kecil dengan jepit rambut untuk menyempurnakan penampilan Lee.

Lee sangat bersyukur kedua gaun ini sangat panjang yang tidak mengharuskannya memakai sepatu high heels, dia tidak memakainya pun sutradara Mang tidak akan mengetahuinya, untuk saat ini Lee tidak sanggup jika harus memakai itu, dia akan terlihat seperti bayi yang baru saja belajar berjalan jika memakai high heels.

Mereka segera kembali ketempat syuting dan tanpa diberi perintah yang kedua kali semua kru yang ada di ruangan itu segera meninggalkan tempat.

Kini temanya telah berubah disana hanya ada sebuah sofa tempat Lee bergaya, kali ini Lee menghabiskan waktu 20 menit, hasilnya memang sudah bagus tapi sutradara Mang ingin mencari yang lebih bagus.

Dan akhirnya hari yang melelahkan ini telah berakhir untuk Lee, sutradara Mang baik baik saja meski dia tidak begitu puas namun ini lebih baik dari pada tidak sama sekali.

Amna membantu melepas gaun Lee dan menghapus make upnya, Lee kembali lagi seperti Lee yang cupu seperti biasanya.

Amna merasa hatinya tersakiti melihat pemandangan ini namun apa boleh buat itu pilihan Lee, Amna tidak bisa berbuat banyak sebenarnya dia lebih senang Lee berpenampilan cantik namun mungkin tidak hari ini, hari ini Lee sudah banyak melakukan yang bukan kehendaknya.

Mungkin karena lelah Lee tertidur sambil duduk dan kepalanya disandarkan dimeja. mungkin bukan hanya fisiknya saja yang lelah tapi hatinya lebih lelah karna melakukan yang belum terbiasa dan tidak sepenuh hati.

Amna sedang sibuk membersihkan autfit yang baru saja digunakan oleh Lee dan juga alat-alat make up-nya dan tiba tiba datanglah banyak orang memasuki ruangan itu.

Amna menelan ludahnya dan terpaku ditempat setelah apa yang dilihatnya, Irene datang dengan manajer dan dua bodyguard nya, Irene langsung duduk di kursi menatap kaca didepannya sambil merapikan rambutnya.

"Cepat rias aku, kakek tua itu pasti akan marah-marah lagi, aku malas berdebat dengannya" Amna terus diam terpaku ditempatnya tanpa mengucapkan apapun.

"Hai, apa kau tuli?" kemudian Amna tersadar kembali.

"Maaf nona Irene sebenarnya pengambilan gambarnya sudah selesai" Amna menjelaskan dengan hati hati.

"Bodoh, aku saja baru datang bagaimana bisa pengambilan gambarnya sudah selesai, bercanda mu tidak lucu" dia tersenyum mengejek.

"Saya bicara yang sebenarnya" Amna sangat takut melihat Irene melototinya dengan sangat marah.

"Apa yang sebenarnya terjadi disini?" Irene sangat penasaran.

"Ada seseorang yang menggantikan nona" jawab Amna dengan sangat pelan.

"bicaralah dengan benar" bentak Irene.

"Ada seseorang yang mengantikan nona" Amna mengulangi ucapannya dengan gemetaran.

Bisa dipastikan bagaimana muka Irene, Irene sangat marah sambil memandang Amna, dia ingin mengatakan sesuatu namun di telan kembali, Irene memilih

beranjak dari duduknya dan keluar diikuti orang-orangnya langsung mencari sutradara Mang.

Ternyata sutradara Mang sedang berdiskusi dengan editor, membahas tentang apa saja yang meski dilakukan untuk menutupi kekurangan pengambilan gambar hari ini.

Sutradara Mang cukup senang karna modelnya masih seperti bunga yang beranjak mekar yang mempunyai kecantikan alami tanpa dibuat buat.

Irene datang dengan muka jeleknya ia ingin meledak pada sutradara Mang, namun jangan kan menyapanya sutradara Mang memandangnya saja dia tidak mau, sutradara Mang tetap melanjutkan diskusinya dengan editor.

"Hai kakek tua! apa yang kau lakukan? berani beraninya kau menggantikan ku dengan orang lain disaat aku masih hidup?" Irene sangat marah ditambah lagi dicuekin oleh sutradara Mang yang menambah kemarahannya.

"Hai, sutradara Mang apa kau tuli dengarkan aku!" dan sutradara Mang memang sama sekali tidak ada niatan untuk meladeni model satu ini, moodnya sedang lebih baik dan tidak ingin merusak suasana hatinya.

"Maaf bisa minta tolong" sutradara Mang bicara pada editor namun sebenarnya ditunjukan kepada Irene.

"Tolong katakan kepada asisten saya apapun yang menyangkut pekerjaan saya, akan saya wakilkan padanya, saya punya masalah pribadi yang harus dilakukan, karena masalah pribadi ini tidak ada yang lebih penting dari itu" sindiran yang langsung tersampaikan untuk targetnya.

"Terimakasih sudah bekerja keras semuanya dalam dua hari ini" suara sutradara Mang meninggi agar semua cruw mendengarnya kemudian sutradara Mang pergi dengan senyum smike dibibir miliknya.

Tidak perlu ditanyakan lagi betapa jeleknya muka Irene, kemudian dia mencari target pelampiasan kemarahan yang tak tersalurkan kepada sutradara Mang.

Irene memegang kerah editor orang yang paling dekat dengannya.

"Dimana model itu sekarang? aku ingin melihat bagaimana tampangnya model sialan itu, yang berani berani nya menginjak injak harga diriku?"

"Maaf nona saya tidak tau mungkin masih diruang make up atau mungkin juga sudah pergi" Irene segera kembali ketempat make up dan disana hanya menemukan Amna yang sedang gugup dan Lee yang masih tertidur pulas tanpa mengetahui jika lokasi syuting sudah seperti simulasi padang pasir.

Dengan kecewa Irene pergi dengan membanting pintu kemudian Amna mengambil ponselnya memanggil satu satunya orang yang bisa membantu mereka.

"Sore wanita cantikku, apa kau merindukanku hari ini" goda suara berat diujung telefon.

"Bukan waktunya untuk menggodaku tuan Kang Fu ada masalah yang lebih penting dan genting" Amna bicara dengan sangat serius.

"Ada apa katakanlah" Kang Fu ikut bicara serius.

Amna menceritakan semuanya dari ia meng make over Lee, sampai Irene datang hari ini, Amna menceritakan dengan jelas sejelas jelasnya tanpa meninggalkan sedikitpun atau membumbuinya.

Kang Fu sangat kaget dengan cerita Amna bukan karna kemarahan Irene, namun ia lebih takut efek karena wajah Lee yang terexpos, meski Lee tidak pernah bercerita semua tentang masa lalunya namun Kang Fu tau alasan garis besar kehidupan Lee yang membuat datang ke kota ini dan meninggalkan kehidupan masa lalunya.