webnovel

ILLECEBRA

Soo Ara seorang gadis lugu yang dipaksa melihat ibunya mendapatkan ketidakadilan didepan matanya, dia sendiri juga mendapatkan bully selam ia menempuh pendidikan dan dipaksa melihat ibunya terbakar hidup hidup didepan pelupuk matanya. Beban hidup yang sangat berat harus ia tanggung di usianya yang sangat muda, menjadikan Soo Ara menjadi pribadi yang sangat tertutup. namun dengan seiring berjalannya waktu ia menjadi sangat kuat karna hantaman masalah yang terus ia hadapi. Tanpa di sengaja anak perempuan itu terseret dalam dunia model ketika seorang sutradara melihatnya di lokasi syuting dan menjadikannya seorang model. Namun identitas aslinya sangat dirahasiakan karena alasan khusus, jika identitas itu terbongkar maka ia akan membayarnya dengan nyawa. Kisah ini juga menceritakan game online yang akan mempertemukan Soo Ara dengan sahabat lamanya. Soo Ara di ibaratkan seperti dua sisi mata koin yang berbeda ketika dia menjadi remaja biasa yang sangat polos dengan kaca mata tebalnya dan ketika ia menjelma menjadi seorang model profesional.

Kim_mieya · Urban
Not enough ratings
20 Chs

BERMAIN MAIN DENGAN WAJAH LEE

Hari berikutnya semua cruw menanti dengan was-was semoga saja hari ini tidak seperti kemarin, banyak yang sengaja membuat sutradara sibuk agar tidak merasa menunggu Irene.

Satu jam berlalu dan belum ada kabar, mereka sudah sangat cemas sutradara Mang akan marah lagi, namun diruang rias tidak sepanas diluar kalau pun hari ini akan gagal syuting lagi itu pun bukan kesalahan mereka.

Karna bosan Amna meminta Lee untuk menjadi bahan prakteknya, dia baru saja membeli alat make up keluaran terbaru dan rencananya akan digunakan untuk Irene hari ini.

Pada awalnya Lee menolak dengan berbagai cara, bukanlah waktu yang tepat untuk berexperimen diwaktu genting seperti ini, namun karna bujuk rayu Amna ahirnya Lee luluh.

Amna tersenyum penuh arti karna sesungguhnya ini memanglah siasatnya kapan lagi Lee mau di make over, entah mengapa Amna sangat gugup padahal dia sudah merias begitu banyak artis dan model besar di bandingkan dengan Lee harusnya dia tidak gugup lagi.

Amna melepas kaca mata tebal Lee dan mulai membersihkan wajahnya sebelum memberi lapisan pertama, karna Lee tidak bisa melihat dengan benar jika tidak mengunakan kaca mata jadi dia menutup matanya, menikmati dengan bosan sentuhan yang di berikan oleh Amna.

Lee tidak tau sudah berapa lama Amna bermain-main dengan wajahnya, yang Lee tau dia sangat bosan dan mengantuk jika saja ini bukan di lokasi syuting pasti Lee sudah tertidur.

Yang dirasakan Lee mukanya sangat tebal tapi cukup nyaman untuk seorang pemula, Lee tidak mau tau apa saja yang dilakukan Amna pada dirinya yang dia inginkan sekarang hanya semua cepat berlalu dan mendapat kaca mata nya kembali.

"Bukalah matamu aku akan memasang soflen" dengan menguap Lee menurut apapun yang disuruh Amna.

Agak tidak nyaman untuk pertama kalinya Lee menggunakan soflen, dia mengedipkan matanya beberapa kali untuk beradaptasi dengan soflen.

"Buka matamu dengan benar dan lihatlah dirimu di kaca" Lee menatap pantulannya sendiri dikaca sambil memegang pipinya sendiri dengan satu tangan.

"Bagaimana bukankah ini sebuah keajaiban?" Amna mendekatkan wajahnya didekat wajah Lee sambil sama-sama melihat dalam cermin.

"Kakak sangat berbakat" kata Lee masih enggan memalingkan pandangannya dari cermin.

"Omong kosong, itu karna kau memang benar-benar cantik! aku hanya menambahkan bumbu saja" Amna tersenyum lebar.

"Ayo ikut aku kini tinggal sentuhan terakhir" Amna menarik tangan Lee untuk mengikutinya

"Akan kau apakan lagi aku?"

"Diamlah, ini takkan sempurna jika tampa kostum,"

"Apa kostum, aku tidak mau"

"Hanya sekali ini saja, setelah memakai kostum kita akhiri ini" Amna mendorong tubuh Lee kedalam ruang ganti dan membantunya memakai dress hitam dan high heels dengan warna senada.

"Sempurna" gumam Amna sambil manatab Lee yang baru keluar dari bilik ganti.

"Coba berputarlah" dengan enggan Lee berputar seperti permintaan Amna.

Tanpa mereka sadari ada seorang yang melewati ruang rias dan memperhatikan mereka sejak tadi kemudian dia segera pergi menemui sutradara Mang.

Diluar sutradara Mang sudah kehabisan kesabaran dia sudah menanyakan dua kali keberadaan Irene namun masih belum ada kabar, dia sudah ingin pulang dan membatalkan projek ini namun salah satu cruw datang dan membisikkan sesuatu padanya dan kemudian mereka berdua pergi keruang make up untuk menemui Amna.

"Kenapa menungguku sampai marah jika sudah ada model pengganti Irene" Sutradara Mang datang tanpa bosa basi yang sangat mengejutkan Amna terutama Lee.

"Maaf sutradara Mang ini salah paham, ini bukan pengganti Irene" Amna mencoba menjelaskan pada sutradara Mang dengan sedikit takut karna wajah sutradara Mang sudah tidak sedap lagi dipandang.

"Mulai sekarang aku yang menyuruhnya menjadi pengganti Irene" Lee terdiam ditempat tanpa sanggup berucap satu kata pun.

"Ganti dressnya dengan gaun yang semestinya" tanpa menunggu Amna dan Lee berkomentar sutradara Mang sudah berlalu.

"Cepatlah suasana hati sutradara Mang sedang tidak baik" kata staff itu kemudian mengikuti langkah sutradara Mang pergi.

Lee merasa kakinya seperti tidak punya tenaga lagi tubuhnya jatuh ke sofa, dia bertanya-tanya apa yang baru saja terjadi, sedangkan Amna mondar mandir didepan Lee seperti baling-baling.

"Benar katamu ini bukan waktu yang tepat untuk berexperimen" Amna bingung apakah dia harus senang dengan kemalangan ini atau sedih bagaimana jika Lee tidak memenuhi expetasi sutradara Mang.

"Kak Amna ini semua salahmu, bagaimana sekarang? aku tidak pernah ingin menjadi model aku juga tidak mungkin bisa melakukannya" Lee memegangi pelipisnya yang sakit.

"Maafkan aku, aku tidak tahu kenapa sutradara Mang tiba-tiba bisa datang kemari,"

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?"

"Lee aku juga tidak tahu, bukankah ini kesempatan yang bagus?" Amna tersenyum pada Lee.

"Jangan gila, seumur-umur aku tidak bernah bergaya didepan kamera, selfi pun aku tak pernah, lihatlah aku saja tidak bisa berjalan dengan benar mengunakan high heels?" mereka masih saja berdebat hingga staff yang tadi kembali lagi.

"Apa yang kalian lakukan? apa kalian ingin membuat sutradara Mang lebih marah dan projek besar ini akan dibatalkan?" staff itu sepertinya habis terkena semprot sutradara Mang dan dilampiaskan pada Lee dan Amna, karna nada bicaranya sudah berbeda dari yang tadi.

Amna segera membawa Lee ke ruang ganti meski Lee menolak ingin rasanya ia menangis, Amna membantu Lee memakai gaun merahnya dan menata rambutnya sedemikian rupa agar cocok dengan gaun merah panjangnya dirambut Lee diberi bunga merah besar yang menambah kecantikannya.

"Kakak apa aku bisa melakukan ini?" rasanya jantung Lee mau berpindah saja, dia sangat gugup.

"Kamu hanya tinggal membawa botol parfum itu didepan kamera dan tersenyum dan semuanya akan berakhir" kata Amna dengan masih memperbaiki gaun Lee.

"Kelihatannya tidak rumit tapi aku gugup, aku sangat berkeringat" Amna menangkap tangan Lee yang ingin mengusap keningnya.

"Jangan lakukan itu, riasan mu bisa rusak?" Amna mengambil tisu dan membantu Lee mengelap keringatnya.

"Ayo aku akan menemanimu syuting hari ini" Amna membantu Lee bangun dari kursinya.

"Ini sangat mengerikan" Lee duduk lagi.

"Lebih mengerikan lagi jika sutradara Mang sudah mengeluarkan taringnya"

"Kak Amna kau jahat"

"Aku bisa lebih jahat tapi ini untuk kesuksesanmu" mau tidak mau ahirnya Lee mengikuti Amna.

Amna membantu memegangi gaun merah Lee yang panjang, jarak antara ruang rias dan lokasi syuting hanya 20 meter tapi rasanya bagi Lee berjalan di atas bara yang tak kunjung ada habisnya.

Semua staff yang dilewati semua berbisik satu sama lain itu semua membuat Lee semakin gugup.

"Siapa model ini?"

"Aku belum pernah melihat model ini?"

"Kecantikan yang fresh!"

"Lihatlah lebih teliti, dia sangat mempesona,"

"Dia dari agensi mana kira kira?"

"Rasakan sekarang Irene, memangnya model yang cantik hanya dia saja."

"Semoga saja, dia tidak akan mendapatkan masalah dengan Irene."

Masih banyak lagi cuitan para staff ketika melihat Lee melintas.