Namun, Kirana tidak menyetujui penjelasan Irfan. Dalam pengawasan, dia dengan jelas mendengar bahwa Irfan keluar setelah menjawab telepon.
"Bisakah Anda memberitahu saya nomor lain?"
Kirana kemudian teringat bahwa dia pernah melihat Irfan masih memiliki ponsel yang hampir tidak pernah keluar dari tubuhnya.
"Tidak."
Suara Irfan dingin, dan dia menolak begitu saja. Kehangatan yang tak mudah muncul di wajah pun langsung lenyap.
"Jika Anda tidak memberi tahu, mengapa repot-repot dengan reaksi peduli seperti tadi?"
Kirana tertawa mengejek, bahkan Irfan tidak ingin repot-repot memberikan nomor teleponnya, yang menunjukkan betapa rendah hatinya dia.
"Pergi keluar dan tunggu makan malam, dan bicaralah dengan Bima lagi."
Kirana berkata dengan pahit, jangan pedulikan dia, jangan pedulikan dia, cukup baginya untuk memiliki dua anak. Mulai sekarang, jika dia ingin memperlakukan pria sebagai sampah, dia harus memiliki mentalitas siap membuangnya kapan saja.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com