webnovel

Hopping, Goner, & Appear

Diriku mendapatkan perhatian dari Albert-sensei, itu membuatku sangat senang. Mungkin lebih baik bila aku membantu Aisa yang kewalahan melawan bawahan salah satu Grimoire yang selalu mengincarnya.

Kenapa bisa aku tahu? Itu karena kamera kancing yang kusematkan secara diam-diam pada baju nya. Kali ini gadget ini tak akan cepat rusak karena EMP alami dari dalam tubuh nya. Tanpa waktu jeda, aku pun berpindah menuju atas tiang lalu dengan timing dan tempo yang tempat. Aku mendorong tubuh saat kaki ku menyentuh bagian atas lampu kearah depan. Lalu kembali berpindah dan melakukan hal yang sama hingga aku serasa terbang seperti Shinobi.

Aku sendiri tidak tahu kalau Shinobi itu bisa terbang atau tidak, tapi biarlah.

Saat sampai aku pun melayangkan tendangan samping menuju arah salah satu minion yang akan menyerang Aisa dari belakang.

"Rin! Kenapa kau ada disini?" Ia terlihat kaget melihat keberadaan ku tiba-tiba, aku pun berpindah di samping nya.

"Tentu saja untuk melindungi Science City dari monster monster ini, juga aku pun bukan Nekoyama Rin yang tertangkap oleh Grimoire dengan mudah." ucapan ku entah kenapa membuatnya tersenyum walaupun terlihat samar.

"Boleh juga kau, kalau begitu kita basmi mereka semua!!!"

"Baiklah!"

Dalam waktu singkat, kami berhasil membasmi semua Minions yang menyergap.

"Jadi Aisa, apakah kau bisa jelaskan kenapa ada Minions Grimoire? Menurutmu siapa yang mengendalikannya?"

"Marionette, jalang yang bisa mengendalikan makhluk hidup layaknya boneka. Aku tak bisa hanya melihat orang tak bersalah menjadi mainan nya, saat ini masih belum ada korban jiwa tapi orang-orang menjadi terkena mental dan trauma. Mana bisa aku biarkan monster itu berkeliaran!" Aku pun menyentuh bahu nya.

"Rin."

"Aku tahu kau marah, tetapi jangan sampai membuat mu tak fokus dengan tujuan awal kenapa kau ingin menjaga dan melindungi orang yang tinggal di Science City ini." Aku pun sama seperti Aisa, marah dan kesal bercampur didalam hati ku. Tetapi fokus adalah hal yang penting.

"Aku mengerti Rin, bagaimana kalau aku mentraktir mu dengan crepe?"

"Ahh, aku hari ini sudah makan crepe. Bagaimana kalau es krim?"

"Kau ini, baiklah kalau begitu." Setelah ini kami pun saling tertawa, tak memperdulikan kejadian sebelumnya.

Kuharap setelah Aisa berhasil membasmi seluruh Grimoires momen seperti ini bisa terus berlanjut.

Setelah berpisah dengan Aisa, aku pun pulang menuju tempatku dan mendapati Miria-sensei terduduk didepan pintu nya.

"Sensei, kau tidak apa apa?" tanya ku seraya menghampiri nya dengan rasa khawatir, sebelumnya kelas tak didatangi oleh nya apalagi ponsel nya tak dijawab.

"Ahh Rin-chan, aku sepertinya menjatuhkan kunci." ucap nya lemas seraya memegang perutnya yang kelaparan, aku lantas menggendong nya dan membawanya menuju tempat ku.

Didalam aku pun menaruhnya di ruang tengah lalu menuju dapur untuk memasak.

"Ehh, ruangan gadis SMA Jepang memang berbeda dari yang aku bayangkan."

"Sensei sebaiknya jangan menggodaku, akan aku masakkan sesuatu untuk mu. Jadi bersyukurlah kau masih hidup!" Ucap ku kesal seraya mempersiapkan bahan yang kubutuhkan untuk memasak.

"Ehh, ucapan mu terdengar kejam, tapi baiklah Sensei bodoh ini menurut saja."

"Sejak kapan aku memanggilmu bodoh dasar Sensei bodoh!!!" dan tanpa sadar aku memanggilnya bodoh sesuai apa yang ia sebutkan.

"Lahh" sial malunya

Beberapa menit kemudian, aku menyajikan piring dengan omelet diatasnya. Sensei terlihat senang.

"Wahh Omelet nya terlihat enak, aku kesusahan membuat makanan ini. Lalu"

"Lalu apa?" Aku pun bingung dengan apa yang diinginkan Sensei ini.

"Mana 'mantra sihir' yang bisa membuat Omelet ini makin enak?" pinta nya dengan nada memelas, sudah kuduga Wanita Inggris ini salah satu dari banyak orang yang menginginkan mantra 'moe moe kyun' memalukan itu, Mau tak mau aku ladeni saja keinginan nya.

"Dengan sihir cinta akan kubuat makanan ini memiliki lebih banyak cita rasa, jadilah enak bak Omelet Surgawi yang diberkahi para dewi. moe moe kyun! " tangan ku pun membentuk bentuk hati menuju Omelet tersebut

"Wahhh!!!" mata Sensei terlihat berbinar senang, lalu menyantap masakan tersebut.

"Sudah kuduga masakan Rin-chan enak bukan main, kenapa kau tidak ikut eskul memasak saja?"

"Masakan ku masih perlu banyak diperbaiki, soalnya itu hanyalah makanan yang biasa kumakan tiap sarapan pagi."

"Ehh ternyata kau bisa merendah juga." kata Sensei tersenyum, lalu pandangannya entah kenapa tertuju kepada satu objek.

"Rin, kau sepertinya mempunyai satu paket belum terbuka dan sepertinya sudah lama sekali. Tidak kau buka?" Ahh iya, benda yang terus menerus dikirim Ayah belum aku masukkan kedalam lemari.

"Iya, aku terlalu sibuk dengan pekerjaan kecil ku. Jadi terkadang aku jarang pulang, Sensei sendiri biasa nya melakukan kegiatan apa setelah pulang sekolah?" Aku pun mencoba mengalihkan arah pembicaraan, namun entah kenapa Sensei yang gugup. Seakan akan ia menyembunyikan sesuatu, aku tak terlalu penasaran.

"Ehh..." Dan iya, ia bingung alasan apa yang ingin ia tambahkan.

"Waktu itu aku bertemu dengan seseorang, setelah itu kami berbincang sangat lama hingga aku memutuskan untuk menginap di tempat nya." Terlihat dengan jelas kebohongan di wajah nya, tapi biarkan saja.

Kehidupan Sensei jelas berbeda dengan ku, tak ada alasan orang pelarian seperti ku ikut campur dengan kehidupan nya.

"Rin, kenapa kau terlihat sedih?" entah kenapa ia seperti memahami apa yang kurasakan hari ini, tanpa kusadari ia perlahan menyentuh wajah ku dengan kedua tangan nya yang lembut. Terasa dingin namun disaat bersamaan diriku terpaku dengan pandangan nya khawatir terhadap ku.

"Sensei." lirih ku balik menatapnya dengan nada bergetar, ingin aku melampiaskan kesedihan ku kepada nya namun kutahan.

Brak!

Pintu pun tiba-tiba terbuka dan terlihat Aisa seraya bertanya.

"Rin, apakah kau sudah masak? Kalau belum kita mak-" Seketika suasana berubah hening saat ia melihat aku dan Sensei dalam posisi yang jelas terlihat memalukan.

"Maafkan aku kalau menggangu kalian, silahkan lanjutkan." ujar Aisa seraya keluar dan perlahan menutup pintu.

"Ini salah paham Aisa!!!"

5 menit kemudian

Kami bertiga duduk di sisi meja dan masih terdiam, Aisa pun membuka pembicaraan.

"Hey Miria, kenapa kau ada disini?"

"Tolong panggil aku Miria-sensei, aku guru mu Aisa-chan." Sensei hanya tersenyum hambar setelah mendapatkan tatapan dingin Aisa, ia masih kesal karena pertarungan itu.

"Jadi Aisa, apa yang membuatmu kesini?" tanya ku dengan nada serius karena aku melihat sebuah dokumen ada di tangan nya. Aisa mengeluarkan isi dokumen tersebut lalu meletakkan nya diatas meja. Menunjukkan sesosok Grimoire yang waktu itu menyerang kami.

"Ini kan..."

"Marionette The Puppeteer, lawan yang merepotkan karena bisa mengendalikan manusia tak bersalah. Belum lagi para Minions yang ia ciptakan, kau tahu sendiri kan bahwa mereka lebih merepotkan dari Grimoire lain yang pernah kulakan sebelu- MIRIA KENAPA KAU MASIH ADA DISINI?! KELUAR SANA!!!" seru Aisa setelah sadar bahwa Sensei dari tadi diam menyimak briefing kami berdua.

"Aisa tak boleh begitu, panggil ia Miria-sensei." ujar ku menasehati Aisa, entah kenapa Sensei hanya tertawa pelan mendengarnya.

"Tak apa Rin, ia lupa bahwa aku adalah wali kalian berdua. Jadi kalau misalkan kalian perlu saran tanyakan saja, jadi nama nya Marionette yahh." Sensei entah kenapa seperti memahami sesuatu.

"Kau sepertinya mengenal Grimoire ini, apakah ia pernah muncul disuatu tempat yang kau ketahui?" Aisa bertanya dengan heran kepada nya.

"Tentu saja, apakah kalian pernah mendengar peristiwa 'Leeds Massacre'?"

"Iya Sensei, itu terjadi 5 bulan yang la-tunggu sebentar! Jangan bilang..."

"Iya, itu ulah Marionette dengan kekuatan merepotkan nya yang membuat Penjara Lokal terbesar di kota Leeds kebobolan lalu mengendalikan kebanyakan narapidana." kata Sensei lalu terdiam, sepertinya ia memiliki pengalaman tak mengenakkan disana. Dan kukira Sensei dulu tinggal di London, ternyata ia pernah berada di Leeds.

"Kudengar para korban adalah warga sipil tak bersalah yang dibunuh secara tidak manusiawi, waktu itu tak masuk akal karena sejahat jahat nya manusia tak mungkin bisa melakukan kejahatan tak termaafkan tersebut. Lalu Miria-sensei darimana kau mendapatkan informasi tersebut?" tanya Aisa dengan nada curiga, aku bisa melihat Sensei berkeringat dingin.

"I-Itu... Aku dulu Security di salah satu Gedung Pemerintahan, waktu itu aku tak sengaja mendengar perkataan perkataan dua karyawan disana." jelas Sensei, namun aku melihat raut wajah Aisa menunjukkan wajah tidak percaya.

Sebentar, aku tidak beritahu rapat ini berubah menjadi interogasi. Diriku juga penasaran darimana Sensei mendapatkan semua senjata waktu itu?

To be continued...