webnovel

Awal Pertemuan

Andrea menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya. Tangisnya semakin terdengar keras. Pikirannya berkecamuk tak menentu. Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Apa benar ia akan berakhir sama seperti para gadis kecil yang telah tertangkap sepertinya? Sungguh rasanya Andrea tidak menginginkan hal seperti itu.

`Siapa pun tolong aku—Hiksss!' jerit Andrea dalam hatinya.

Sayangnya jeritannya tidak ada orang yang bisa mendengarnya. Hanya terdengar suara beberapa langkah kaki yang semakin mendekatinya. Andrea menangis tanpa berani melihat sekelompok orang jahat itu. Tidak terbayangkan olehnya hidupnya selalu seperti ini. Penderitaan selalu datang menghampirinya tanpa henti. Bahkan kesepian dan kesendirian juga telah menemaninya di setiap hari.

Seperti itukah takdir hidupnya?

Andrea juga ingin merasa kebahagiaan meski sebentar. Namun apakah itu mungkin? Di saat kehidupan masa kecilnya yang sedang terancam itu, apa keinginannya akan terkabul atau malah sebaliknya.

"Nah diam seperti itu lebih baik gadis kecil. Kami tidak akan menyakitimu," ucap ketua dari kelompok orang jahat itu. Senyuman devil di perlihatkannya.

Andrea tidak menghiraukan ucapan orang itu. Ia terus menangis membayangkan kehidupannya selanjutnya. Tidak ada siapa pun yang bisa menolongnya.

"Berhentilah menangis dan ikutlah bersama kami, gadis kecil! Kami pastikan kamu bahagia," seru laki-laki bertato naga di lengannya.

"Sudah, jangan banyak omong lagi! Bawa gadis kecil itu sekarang! Uang sudah menunggu kita," perintah ketuanya tidak sabaran lagi untuk menjadi kaya lewat para gadis di jualnya.

"Baik, boss!" sahut laki-laki bertato naga itu, seraya memberi isyarat pada temannya yang lain.

"Ayo ikut kami, gadis kecil!" ajak laki-laki dengan jahitan di dahinya.

Laki-laki itu terdengar lembut dalam mengatakannya. Di sela berjalan mendekati Andrea bersama temannya yang bertato naga. Keduanya tinggal 1 langkah lagi untuk mencapai Andrea. Pasrah—Satu hal yang tersisa untuk Andrea lakukan. Mungkin takdirnya memang berakhir di tangan sekelompok orang jahat itu. Namun belum sempat kedua orang itu berhasil mencapainya, tiba-tiba terdengar ada yang terjatuh.

Brukkk...

Suara itu terdengar dari hadapannya tapi Andrea tidak berani melihatnya. Kedua tangannya masih menutupi wajahnya yang terus di aliri air matanya.

"Siapa kau!? Berani sekali menendang anak buahku. Ingin mati hah!?" bentak ketua kelompok orang jahat itu. Rahangnya mengeras, matanya memerah menatap orang yang tengah berdiri di hadapan Andrea.

"Kalian lah yang ingin mati!" suara bariton itu terdengar sangat dingin.

Andrea tersentak mendengarnya. Perlahan ia menurunkan kedua tangannya yang menutupi wajahnya. Ia memberanikan diri menatap si pemilik suara bariton nan dingin itu. Kepalanya harus sedikit mendongak sebab orang itu sangat tinggi. Andrea tidak bisa melihat wajahnya, hanya punggungnya yang tampak kekar dalam balutan jaket kulit hitam.

'Siapa dia? Apa malaikat yang akan menyelamatkanku... Hiksss,' batin Andrea

"Cih kau yang ingin mati! Siapa sebenarnya kau!?" ketua kelompok orang jahat itu berdecih meremehkan orang yang baru saja menendang kedua anak buahnya.

"Apa itu penting? Ku rasa tidak. Aku tidak butuh berkenalan dengan para orang gila," cibir orang itu dingin sekali sambil bersedekap dada.

Matanya menatap tajam bak ujung pisau yang kapan saja siap melukai. Siapa pun akan takut terhadapnya.

"Kau menyebut kami gila!?? Boss lihat orang ini! Berani sekali dengan kita," geram laki-laki bertato naga yang sudah berdiri kembali.

"Bagus kalau kalian merasa seperti itu. Terkadang negara ini memerlukan orang yang sadar diri akan kegilaannya," balas orang si pemilik mata tajam itu.

"Kau—Dasar sialan! Cepat bunuh si sialan ini!" teriak ketua kelompok orang jahat itu memerintahkan para anak buahnya.

"Ini bukan hal yang sulit, boss! Serang!" seru laki-laki dengan jahitan di dahinya, tampak sekali kemarahan sekaligus semangat dari raut wajahnya.

Tanpa menunggu lagi, mereka mulai menyerang orang bermata tajam itu. Menyerang secara bersamaan, layaknya pengecut yang beraninya main keroyokan.

"Hmmm ini mau kalian. Jangan salahkan aku jika nantinya berlebihan," orang itu berdehem ringan, seraya menunggu serangan.

"Banyak omong!!"

Sekelompok orang itu memulai serangan mereka. Serangan yang mengepung segala arah, hingga orang bermata tajam itu terkepung. Meski sudah begitu, tidak sedikit pun terlihat ketakutan di sana. Orang itu menangkis, menghindar dan melakukan serangan balik terhadap mereka yang menyerangnya. Sekelompok orang itu tidak tahu, bahwa orang yang sedang mereka lawan adalah seseorang dengan kekuasaan tinggi dan kuat di negara ini. Andai nantinya mereka sadar, itu pun sudah sangat terlambat. Nyawa mereka pasti akan melayang hari ini juga.

Pertarungan yang sedang terjadi itu, tidak luput dari tatapan Andrea. Matanya tidak lagi meneteskan air mata. Terlihat secercah harapan untuknya berhasil selamat dari sekelompok orang jahat itu. Harapannya benar-benar terwujud. Dalam hitungan menit, sekelompok orang itu berhasil di kalahkan dalam keadaan tak bernyawa. Entah bagaimana caranya, kejadiannya begitu cepat. Bahkan ketua dari kelompok orang jahat itu tampak terkejut. Seakan tidak percaya melihat para anak buahnya kalah melawan satu orang saja.

"Berani sekali kau membunuh para anak buahku!!! Rasakan ini!" ketua dari kelompok itu berlari kencang sambil memegang sebuah pisau di tangannya. Ia tengah bersiap menyerang orang itu tapi gerakannya kalah cepat dengan sebuah tembakan.

Door...

Satu tembakan itu berhasil mengenai kaki kanannya. Seketika ia ambruk ke tanah sebab kehilangan keseimbangannya.

"Kau sudah terkepung. Menyerahlah!" seketika beberapa orang berseragam hitam datang mengepungnya. Salah satu dari merekalah yang menembaknya tadi.

Ketua kelompok orang jahat itu meringis kesakitan pada kaki kanannya. Sebelumnya matanya membulat sempurna melihat lambang dari beberapa orang yang tengah mengepungnya.

"Ka—Kalian SF!?" sentak ketua itu terbata-bata.

Siapa yang tidak mengenal SF[Special Force]. Sekelompok pasukan khusus yang bekerja untuk negara. Kekuatan mereka berada di atas keamanan negara. Hal itu di sebabkan karena mereka di latih secara khusus. Baik fisik, hingga mental. Mereka yang bergabung dalam SF tentunya sudah terlatih. Dalam satu wilayah di negara Inggris, pasti terdapat SF. Ini tentunya bertujuan untuk menjaga keamanan.

"Kau sudah sadar? Sayangnya sudah terlambat," ucap salah satu anggota SF seraya segera mengamankan ketua itu.

"Komandan, kami sudah mengamankan para gadis yang mereka tangkap! Apa ada yang perlu kami lakukan lagi?" tanya anggota SF lainnya pada orang—Pemilik mata tajam.

Sebelumnya pasukan SF memang sudah bergerak untuk menyelamatkan para gadis yang di tangkap. Mereka mendapat perintah untuk itu langsung dari pimpinan keamanan. Hilangnya para gadis yang di ketahui karena di tangkap sekelompok orang jahat, membuat pihak keamanan tidak bisa berdiam diri. Kejadian seperti itu sangat meresahkan. Terutama bagi para orang tua. Sehingga pasukan SF harus turun untuk menyelesaikannya.

"Tidak ada. Kalian bawa orang itu ke kantor. Para gadis yang sudah di amankan, tidak perlu di minta keterangan malam ini. Pulangkan dulu para gadis itu pada keluarga mereka. Mengerti!?" perintah orang itu yang tidak lain adalah komandan SF.

"Di mengerti, komandan!" sahut para anggota SF bersamaan.

"Misi kali ini selesai. Kalian bisa bubar!" seru orang itu memberitahukan misi telah selesai dengan tertangkapnya ketua dari kelompok itu.

"Baik, komandan!"

Para anggota SF memberi hormat terlebih dahulu, sebelum membubarkan diri. Tidak lupa pula mereka membawa ketua dan para anak buahnya yang telah mati tadi ke dalam jet pribadi pasukan khusus. Di sana juga sudah terdapat para gadis yang telah di amankan. Kemudian jet pribadi SF mulai terbang meninggalkan wilayah tersebut. Meninggalkan komandan SF bersama Andrea pastinya.