Disinilah mereka bertiga berada, di sebuah tempat makan yang cukup sepi, dengan Yuju yang duduk berhadapan dengan Jae dan Verse yang duduk di samping Jae.
Yang tentu saja di ajak oleh Jae saat dirinya bertemu dengan Yuju beberapa menit yang lalu. Dan jujur saja perasaan Yuju dan Verse saat ini sangat canggung.
Jae dengan tenang memakan hidangan steak yang berada di depannya, mata nya melirik kedua manusia yang sedang bersamanya lalu tersenyum tipis tanpa di sadari oleh siapapun.
"Apa kau tidak nyaman makan bersama ku?" tanya Jae.
Yuju menggeleng dengan cepat "A-ahhh tidak... tidak."
Yuju kemudian melihat Verse yang sedari tadi bersama Jae pada awal mereka bertemu, ia penasaran siapa pria ini.
"Kau penasaran dengan pria di samping ku ini?" Yuju tersentak.
Bagaimana bisa Jae tau pikirannya jangan-jangan pria tampan ini bisa membaca pikiran orang lain.
"Iya aku cukup penasaran jika kau tidak keberatan." ucap Yuju canggung.
Siku Jae menyenggol lengan Verse dengan pelan "Kau dengar? ia penasaran dengan mu."
"O-ohh iya tuan." jawab Verse lalu menatap Yuju "Aku Verse bodyguard pribadi tuan Jae."
"Kau memiliki bodyguard pribadi? tapi untuk apa?" tanya Yuju penasaran.
Jae tersenyum tipis yang terlihat seperti seringai "Tentu saja untuk menyelamatkan hidup ku."
Verse dan Yuju menatap satu sama lain, entahlah kenapa perkataan Jae membuat mereka merasakan sesuatu yang aneh.
Setelah menghabiskan makanan mereka dan berbincang-bincang seadanya kini mereka bertiga sudah berada si luar tempat makan.
"Kau yakin tidak ingin ku antar pulang?" tawar Jae.
Yuju menggeleng "Tidak apa-apa, aku masih harus bekerja teman ku menunggu ku di supermarket." tolak Yuju dengan halus.
Jae kemudian menjulurkan tangannya di hadapan Yuju yang di balas dengan kerutan heran di dahi Yuju.
"Berikan aku ponsel mu."
"P-ponsel?" ulang Yuju bingung.
"Yes! give me your phone."
Yuju pun memberikan ponsel yang sedari tadi ia niatkan untuk ke kantor polisi.
Jae mengambilnya dan terlihat mengetikkan sesuatu yang membuat ia penasaran apa yang sedang di lakukan pria satu ini.
"Ini." ucap Jae mengembalikan ponsel Yuju "Aku menyimpan nomor ku di situ, jadi pastikan kau menghubungi ku." lanjut Jae.
Yuju bengong, rupanya pria tampan ini menyimpan nomor ponselnya sediri pada ponsel Yuju.
Yuju mengangguk kecil sebagai jawaban.
Jae berjalan selangkah mendekat ke depan Yuju lalu tersenyum tampan "Kau percaya bukan dengan takdir? jika kau percaya kau harus menghubungi ki."
Yuju lupa berkedip sekita, astaga pasti wajahnya sedang merah saat ini. Jantungnya pun berdetak cukup kencang.
Maksud ku adalah wanita mana yang tidak akan deg-degan jika di hadapan mu terdapat pria yang sangat tampan.
Setelah menyelesaikan ucapannya Jae melangkah mundur dan berbalik pergi meninggalkan Yuju yang masih terbengong yang segera di susul oleh Verse.
...
"ASTAGA KENAPA MALAM INI DINGIN SEKALI!" keluh Kyle sang polisi muda itu.
Grey tertawa menertawakan teman nya sambil membaca koran harian "Berhentilah mengeluh kau seperti wanita saja."
Kyle mendatangi Grey dan duduk di samping nya "Apa yang sedang kau baca?"
"Aku hanya sedang melihat hal-hal apa saja yang sedang terjadi di kota kecil kita ini dan seperti nya keadaan semakin memburuk saja."
Kyle mengintip koran yang di baca oleh Grey "Hah... aku sudah terlalu lelah mendengar ketidak adilan di kota ini. Ingin sekali aku memaki-maki para pejabat itu."
Grey tertawa dengan keras "Hahahaha... hey! yang ada kalau kau memaki-maki mereka kau akan berakhir seperti pemberontak lainnya yang hilang entah kemana."
Selama ini sudah ada beberapa orang yang memiliki jabatan di Agnieszka ini yang berusaha menghapuskan semua pembatasan bagi seluruh rakyat yang bukan penduduk asli di kota ini.
Namun semuanya berakhir sama. Semuanya entah menghilangkan kemana, mereka hilang dengan tiba-tiba tanpa jejak. Dan seakan-akan mereka menutup mata dengan itu.
Dan kini daftar hilang itu bertambah lagi dengan hilangnya salah satu anggota J.F.F yang tidak kunjung juga di temukan, mungkin bahkan orang-orang sudah tidak peduli lagi.
"Hey! hey! Kyle lihat ini." ucap Grey lalu menunjukkan koran itu pada Kyle.
"Apa? yang mana yang harus kulihat?" tanya Kyle bingung.
Grey berdecak "CK.. kenapa kau sangat bodoh hah? jelas-jelas tangan ku menunjukkan yang ini." lalu memutar matanya malas.
Kyle menggaruk kepalanya dan mengeluarkan cengiran bodohnya "Hehehe... i'm sorry."
Mata mereka berdua pun membaca setiap kata dan judul yang berada pada halaman ketiga koran itu dengan foto seorang Pria yang ada di dalamnya.
"THE YOUNG CEO OF THE FLAWS." judul salah satu berita itu.
"Jae Sim" nama yang tercantum dengan jelas pada deretan kalimat itu yang mengungkapkan seberapa sukses nya pria itu dia usia nya yang bisa di bilang masih cukup muda.
Tertuliskan bahwa pria itu merupakan anak satu-satunya penerus dari perusahaan game raksasa itu.
"Kyle, apa kau memiliki pemikiran yang sama dengan ku?" kata Grey lalu melirik teman nya itu.
"Sepertinya begitu."
"Kau tau kan siapa Jae Sim ini?"
"Ya ampun Grey apa kau menganggap ku sangat bodoh!? tentu saja aku tau, siapa yang tidak kenal dengan dia di kota ini."
Grey kemudian meletakkan koran itu di sampingnya "Aku sangat penasaran dengan pria itu."
"Penasaran? apa yang membuat mu penasaran?"
"Aku kadang melihat nya di televisi, dari yang kulihat dia memiliki pribadi yang dingin dan entahlah sangat irit bicara mungkin?"
Kyle mengangguk "Kau benar, tapi menurut ku seperti nya memang dia memiliki sifat seperti itu."
"Tapi harus ku akui, seluruh games yang di keluar kan oleh perusahaan miliknya sangat lah luar biasa dan terasa nyata. Bahkan memiliki rating yang sangat tinggi."
Kyle mengeluarkan ponselnya "Kau benar! lihat... aku bahkan mendownloadnya di ponsel ku haha."
"Haha... ternyata kita sama." Grey kemudian berdiri dan memakai topinya "Ayo, kita harus pergi untuk patroli di sekitar sini."
...
Di ruangan yang gelap dan terasa sedikit pengap, terdapat seorang pria yang terbaring di lantai. Dengan kedua tangan terikat di belakang dan kedua matanya yang di tutup oleh kain.
Suara langkah kaki mendekat kepadanya. Langkah itu semakin terdengar jelas hingga berhenti tepat di depan pria itu terbaring.
Pria dengan kedua tangan terikat itu mendongakkan kepalanya "SIALAN! LEPAS KAN AKU DARI SINI SIALAN!" umpat pria itu dengan lantang.
Pria yang berdiri di hadapannya hanya terdiam menunduk melihat pria paruh baya itu yang terlihat sangat menyedihkan dimata nya.
"Kau sangat berisik." jawab pria berbaju abu-abu itu dengan santai. Membuat amarah pria itu semakin membara.
"BEGITU AKU LEPAS DARI SINI AKU AKAN MENANGKAP DAN MEMBUNUH MU!"
Suara tawa yang kencang menggema di ruangan gelap ini "HAHAHAHA.... menangkap ku kau bilang?"
"AGHHHH!!" tarikan kuat pada rambut nya membuat pria paruh baya itu berteriak kesakitan.
"Dengar baik-baik... berhentilah bermimpi karena kau akan bertemu malaikat maut mu." Tarikan pada rambutnya kemudian terlepas dan suara langkah kaki kembali ia dengarkan.
Pria paruh baya itu kemudian di tarik paksa dan di dudukan di sebuah kursi kayu "MAU KAU APAKAN AKU SIALAN!?"
"Sssstt... bukannya sudah ku bilang kau sangat berisik!?"
BUGH
BUGH
"AAGHHH!! UHUKK... UHUKK..." dua pukulan keras mendarat pada perutnya yang membuat dirinya terbatuk-batuk mengeluarkan darah.
Sang pelaku pemukul kemudian menyamakan tinggi nya dengan pria itu "Kau tau? aku sangat membenci mu, apa kau sama sekali tidak mengenali pemilik suara ini?"
Pria yang tengah di culik itu dengan nafas yang memburu berhenti seketika setelah mendengarkan ucapan pria di hadapannya itu.
"A-apa yan---"
"Hah... kau sama sekali tidak ingat?"
Tiba-tiba putaran ingatan pria paruh baya itu terputar, ingatan yang membuatnya membeku di tempat. Detak jantungnya bertambah dua kali lipat dari sebelumnya.
"A-apa.. k-kau..." bibirnya terasa kering dan lidahnya mendadak keluh "T-ta---"
"AAGHHH!"
JLEB...
"Berani sekali kau ingin menyebutkan nama ku!? dengan mulut kotor mu!"
JLEB...
"AAHHHH! AAAGHHHH.... A-AHH..." teriak penuh kesakitan memenuhi seluruh ruangan itu dengan sebuah mata pisau yang tertancap dan tertanam dengan dalam pada perutnya.
Darah mengalir dan berjatuhan dari perut pria itu. Sang pelaku penusuk membuka penutup mata pria yang di bunuh nya sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.
Kedua matanya pria itu melebarkan matanya dengan terkejut, mulut nya terbuka dan tertutup berusaha mengeluarkan suaranya "K-kau..." ucap nya gagap.
"Merindukan wajah ini, tuan LAWSON?" ucap nya dengan seringai yang menghiasi wajahnya di bawah cahaya lampu yang redup.
Pria bernama Lawson itu kehabisan kata-kata dengan mata yang masih setia melihat wajah menyeramkan itu. Wajah yang sudah berhasil membunuhnya. Hingga malaikat maut menjemput nya.
Saat melihat pria di hadapannya itu telah kehilangan nyawa sepenuhnya, senyuman lebar kepuasan muncul pada wajahnya dan tertawa layaknya orang tidak waras.
"HAHAHAHA.... kau merebut sesuatu yang berharga dari ku apa kau puas!? APA KAU PUAS HAH!?"
Pria itu menatap kedua tangannya yang berlumur darah "Hehehe... dan kini aku yang merebut nyawa mu tuan Lawson."
Ia mencabut pisau yang tertancap pada perut Lawson yang membuat darah mengalir dengan deras akibat tusukan. Tapi sepertinya ia sangat senang melihat itu.
"Tua bangka menjijikkan!"