Alunan musik classic lama mengisi kesunyian di mansion mewah ini. Alunan musik yang menjadi penanda bahwa sang pemilik mansion telah ada di kediamannya.
Mungkin yang untuk pertama kalinya mendengar alunan musik itu akan merasa merinding ataupun takut, namun itu tidak berlaku bagi seluruh penghuni yang ada di mansion ini.
Para maid sudah menyelesaikan seluruh pekerjaan dan tugasnya masing-masing yang di mulai dari jam enam pagi.
Dan tuan muda pun tengah duduk di meja makannya menikmati sarapannya yang sudah di siapkan dengan rapi dan lengkap oleh juru masak yang ia punya.
Tiga gelas berjejer di samping kanannya yang berisikan tiga macam minuman, air putih, susu, dan kopi.
Seperti sebelum-sebelumnya jika sang tuan muda sedang makan maka seluruh maid akan berjejer di sisi kiri samping meja makan menemaninya. Betul-betul terlihat seperti seorang raja yang di temani oleh para pelayannya.
Minji ibu Yuju sesekali memandang tuan muda yang menyuapkan makanan itu masuk kedalam mulutnya, cara makannya pun sangat tenang.
"Kalian, duduklah makan bersama ku." sontak saja seluruh maid terkejut di tempat mereka berdiri.
Pria tampan itu meletakkan garpu dan menoleh kearah seluruh maid wanita nya "Kenapa diam saja? apa kalian tidak mau?"
Minji membuka suara "T-tapi tuan..."
"Aku benci makan sendirian." ucap sang tuan dengan datar.
Minji dan maid lainnya saling melihat satu sama dan mulai melangkah ke meja makan lalu duduk bersama tuan mereka.
Pria tampan itu memandang satu-satu wajah maid wanita nya yang tidak kunjung mengambil makanan yang tersaji di depan mereka.
"Ada apa? apa makanannya tidak sesuai dengan selera kalian?"
Dengan cepat mereka kompak menggeleng dan mulai mengambil makanan di depan mereka, Minji makan dengan canggung begitu pun dengan yang lainnya.
Sedangkan tuan mereka kembali makan seperti semula. Di dalam Minji ia merasa sedikit aneh.
Bukannya tuan mereka tidak pernah memberi makan mereka tetapi ini yang pertama kali nya pria itu meminta para maid nya untuk ikut makan bersama nya, selama ini mereka selalu di beri makan tapi tidak satu meja dengan pria ini.
Ini sangatlah aneh. Benar-benar aneh.
...
Terlihat kantong mata yang sangat kentara dari wanita cantik itu. Pertanda bahwa ia tidak tidur semalaman.
"Hey! Yuju kau tampak menyeramkan, kau seperti zombie saja." ucap Bella sambil memiringkan kepalanya melihat wajah Yuju.
"Aku tidak tidur semalaman."
"Tidak tidur? apa terjadi sesuatu yang buruk?"
"Aku tidak tau ini buruk atau tidak tapi ini membuat ku ketakutan."
"Cerita kan pada ku, kau sebenarnya kenapa?"
Yuju menceritakan kejadian tadi malam yang membuat Bella mengeluarkan berbagai ekspresi bingung, dan takut ialah respon yang Bella berikan terhadap cerita Yuju.
Bella menelan ludah "Sekarang mana ponsel itu?"
Yuju merogoh kantong celananya "Ini, ponsel nya aku bawa bersama ku."
"Apa kau sudah coba untuk menyalakannya?"
Yuju menggeleng "Tidak, aku tidak berani... aku takut."
"Kita harus menyalakannya Yuju, agar kita tau apa isi ponsel itu." jelas Bella.
"Apa tidak bisa nanti saja kita menyalakannya?" ragu Yuju.
Bella memutar matanya malas "Apa beda nya jika kita menyalakannya sekarang dan nanti?"
Yuju mengeluarkan senyuman bodoh nya sambil menggaruk kepalanya.
"Aku hanya takut kalau Simon datang dan memarahi kita."
Bella tiba-tiba tersadar dan menjentikkan jarinya "Ah! sudah dua hari si Simon itu tidak datang, apa mungkin dia sakit?"
"Kau benar ini hari kedua tapi dia tidak datang, ahh... atau mungkin ia sedang enak-enakan bersantai sedangkan disini kita bekerja hingga malam."
"Sudahlah, tidak usah kita pikirkan si tua bangka itu, lebih baik kita nyalakan ponsel itu CEPAT!" ucap Bella dengan tidak sabar.
Yuju pun menekan tombol on pada ponsel itu dengan cukup lama, dan akhirnya layar yang tadi nya hitam telah berubah warna menjadi putih.
Ponsel mahal itu telah menyala sepenuhnya menampilkan deretan aplikasi di dalam ponsel itu.
"Coba kau buka galerinya atau note ponsel itu siapa tau ada sesuatu kan." Yuju mengangguk.
Jarinya menekan galeri ponsel itu, bohong jika mereka berdua tidak deg-degan. Bagaimana kalau di dalamnya terdapat foto-foto mengerikan yang tidak ingin mereka lihat dan bayangkan.
Namun sepertinya tidak seperti yang mereka pikirkan "Tidak ada apa-apa Bella, semua nya kosong."
"Kau benar, sekarang coba ke note nya!"
Yuju kembali ke menu utama ponsel dan menekan note pada ponsel itu. Dan mata keduanya membulat.
"Y-yuju... coba kau buka."
Jari Yuju membuka note itu dan membaca sebuah kalimat pendek "Kau suka permainan? ayo kita bermain! akan ku beri kau petunjuk 'MERAH' itu clue untuk mu."
...
Pria tampan dengan gaya rambut yang memamerkan jidatnya membuat seluruh wanita yang ada di ruangan itu tidak bisa bernafas dengan benar, katakan saja mereka terpesona.
Jae memutar-mutar kursi yang sedang ia duduki sambil menyilang kan kakinya, mata biru tajamnya memerhatikan setiap slide gambar dan penjelasan salah satu karyawan nya yang berdiri di depan sana.
Karyawan nya yang berada di depan sana menjelaskan rancangan game terbaru yang ingin perusahaan nya keluar kan.
Rapat sudah hampir satu setengah jam lamanya tapi CEO mereka tidak memberikan tanggapan apapun, yang membuat seluruh karyawan yang ada di ruangan rapat cemas bukan main. Hingga slide selanjutnya berganti.
"Hentikan."
Semua ruangan hening seketika, katakan saja mereka terkejut. Dan mengalihkan perhatiannya ke CEO mereka.
"A-apa ada masalah tuan Jae?"
Jae meletakkan pulpen yang sedari tadi ia pegang "Aku tidak menyukainya."
Satu kalimat yang membuat seluruh karyawan yang ada di ruang rapat itu membeku tidak tau harus berkata apa. Diam nya CEO mereka ternyata karena dia tidak menyukainya.
"T-tapi... tuan Jae..."
"Tuan Jae, tapi kami sudah merancang game ini selama 5 bulan lama nya." ucap Pria yang duduk di hadapan Jae.
"Lantas? kalian mengatakan kalian merancang game ini selama 5 bulan, namun hanya ini yang kalian hasilkan?"
Kepala mereka semua menunduk mendengar perkataan tajam Jae. Jujur saja mereka semua menganggap bahwa Jae akan menyetujuinya dengan mudah namun sepertinya dugaan mereka salah.
Mereka lupa bahwa CEO mereka bukan CEO biasa yang langsung menerima semuanya tanpa berfikir. Jae ingin segala sesuatu yang ia buat dari perusahaannya sempurna, dan kata sempurna itu tidak dia dapatkan dari rancangan game yang di buat oleh karyawan nya ini.
Jae berdiri dari duduknya dan merapikan jas nya "Aku ingin kalian membuat ulang game ini secepatnya! jujur saja kalian mengecewakan ku, dan jangan sampai kalian kembali membuat kesalahan yang sama."
Jae pun melangkah keluar dari ruangan rapat itu dengan wajah yang tambah dingin dan datar "Tidak berguna." gumam Jae.
Verse yang sedari tadi menunggu di luar ruangan yang mendengar kemarahan Jae langsung dengan sigap mengikuti Jae dari belakang.
...
Selepas dari rapat itu Jae, mengambil tas kantor nya dan pergi dari perusahaannya. Melewati begitu saja karyawan nya yang memberi salam.
Verse sedari tadi melirik ke arah Jae yang yang membuatnya cukup bergidik ngeri. Pasalnya aura di sekitar Jae saat ini sangat lah buruk jauh dari biasanya.
Jae meminta Verse mengantarkan nya ke suatu tempat, dan Verse tentu saja menurutinya.
Dan disinilah mereka di taman bermain yang sepi?
Verse pun tidak paham mengapa Jae ingin kemari, dan jujur saja itu membuatnya sedikit kaget, tapi mungkin saja Jae ingin menenangkan pikiran sehabis rapat tadi yang tidak berjalan lancar dan membuat Jae seperti ini.
"Kau tidak ingin duduk?" ucap Jae sambil melihat Verse yang berdiri di sampingnya.
"A-ahh... iya tuan." Verse mendaratkan bokongnya pada kursi kayu yang ada di taman itu.
Angin berhembus dengan sejuknya menerpa wajah Jae yang membuat pria itu menutup matanya menikmati angin itu.
Verse menatap wajah Jae yang terlihat begitu tenang untuk pertama kalinya, sangat tenang.
"Menyebalkan." ucap Jae membuka suara.
"Tuan?"
Jae membuka matanya dan menoleh melihat Verse "Kau tidak lelah?"
Verse menggeleng "Tidak tuan. apakah anda merasa lelah?"
Jae terdiam "Lelah, sangat lelah."
"Tuan boleh saya bertanya?" ucap Verse dengan ragu.
"Hmmm..."
Sejak untuk pertama kalinya ia bekerja Verse sangat ini menanyakan hal ini namun ia takut hal ini membuat Jae tersinggung.
Verse menelan ludahnya "A-apa tuan selama ini tinggal s-sendirian?"
"Kenapa? apa kau penasaran dengan hidup ku?"
Astaga! bunuh ia sekarang juga! seharusnya ia tidak usah bertanya jika seperti ini, sungguh Verse sangat tegang saat ini. Ia menyesal sudah bertanya seperti itu.
Jae melihat jelas bahwa Verse tengah takut, dan itu cukup menghibur untuknya melihat pria di samping nya ini yang terlihat kikuk.
"Tidak tuan, aku hanya sekedar bertany----"
"Yah, aku tinggal sendirian." jawab Jae. "Aku sudah menjawabnya bukan? kita pergi dari sini. Aku bosan."
Jae beranjak memasukkan tangannya di kantong nya "Kau ingin di sini saja?"
"ahhh, maaf tuan Jae." Keduanya pun berjalan meninggalkan taman itu mengingat langit yang sudah mulai berubah warna.
...
"Yuju! kau yakin ingin ke kantor polisi?"
Yuju mengangguk "Iya, aku yakin aku harus memberikan ponsel ini ke kantor polisi."
Bella menahan tangan Yuju "Tapi bukankah akan lebih baik jika kau simpan saja? coba kau pikirkan baik-baik Yuju mungkin saja lewat ponsel ini kau bisa tau siapa yang memberikan mu ponsel ini."
Yuju dilema, ia bingung namun juga takut. Jika sudah begini sudah sangat jelas bahwa ada seseorang yang selalu mengikutinya.
"Kau tunggulah di sini, aku akan kembali sebelum supermarket tutup."
Bella pasrah, sepertinya Yuju tetap bulat akan keinginannya.
"Baiklah, aku akan menunggu mu."
Yuju pun memakai jaketnya dan berjalan meninggalkan supermarket. Kantor polisi tidaklah terlalu jauh dari tempat ia bekerja.
Yuju melirik ponsel di genggaman nya, dan kembali menatap jalan yang cukup ramai. Jujur saja ia sedikit bimbang namun mau bagaimana lagi ia takut akan terjadi hal buruk padanya.
Setelah cukup lama berjalan Yuju melihat kantor polisi di ujung sana yang menyala dengan terang. Yuju kembali berjalan mempercepat langkahnya dan mengeratkan jaketnya.
"Yuju?"
Yuju berhenti, seperti nya seseorang telah memanggil namanya. Dan sebuah tangan menepuk bahunya lembut.
Ia segera berbalik dan terkejut yang menyebabkan ponsel yang sedari tadi ia pegang terjatuh.
Ponsel miliknya dia ambil oleh pria itu.
"J-jae?"
Senyuman tipis muncul dari wajah itu "Kau mengingat nama ku rupanya."
Yuju menatap wajah tampan serta manik biru itu yang terlihat seperti safir yang sangat indah. Tentu saja ia ingat bagaimana mungkin ia bisa melupakan mata biru itu.
"Kau ingin kemana?" tanya Jae.
"hmm.... aku hanya ingin membeli sesuatu."
Tidak mungkin kan ia berkata bahwa dirinya akan ke kantor polisi, yang ada pasti Jae akan berfikir yang tidak-tidak.
Jae menatap ponsel yang berada di genggaman nya "Ponsel yang bagus."
"Huh?"
Jae mengulurkan ponsel itu di hadapan Yuju "Milik mu bukan? kau tidak menginginkannya?"
Yuju tertegun "A-ahh... terima kasih." lalu mengambil ponselnya.
Verse yang berada di belakang Jae yang sedari tadi memperhatikan merasa bingung. Pasalnya baru kali ini ia mengetahui bahwa Jae memiliki teman wanita atau... mungkin pacar?
Yuju merasa canggung ia tidak tau harus berkata apa. Apakah sebaiknya ia pergi saja? lagi pula ia tidak dekat dengan pria di hadapannya ini.
"Mmm... aku akan kemba---"
"Sudah ku bilang bukan kita akan bertemu lagi? destiny is on my side." ucap Jae sambil tersenyum tipis menatap wajah Yuju.