Mendengar nama Berlin disebut oleh sang kekasih, Evan memperlambat gerakan mengunyahnya. Karena sejujurnya saja, dia jadi sedikit terkejut dengan pertanyaan sang kekasih tiba-tiba saja menyinggung tentang Berlin. Sementara, sedari kemarin Lia bahkan sama sekali tak terlihat ingin membicarakan tentang gadis yang dijodohkan dengannya.
"Jujur, kemarin ... sebenarnya aku ingin langsung menanyakannya padamu. Tapi aku memutuskan untuk menundanya dan menunggu waktu yang tepat untuk menyampaikan pertanyaanku ini. Karena tak bisa dipungkiri, aku sangatlah mengkhawatirkan keadaan Berlin." Ada nada simpati yang begitu tulus saat ungkapan itu terucap, dimana hal itu langsung membuat Evan memandang sang kekasih dengan cukup lekat.
"Aku ... tidak bisa mengatakan kalau Berlin baik-baik saja. Kamu pasti tahu."
"Berlin pasti sedih, karena hubungan yang dijalani dengan Angga harus berakhir. Ah ... perasanku jadi nggak enak."
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com