webnovel

21 - Retak

Sudah dua hari Seno tidak pulang kerumah. Winda semakin merasa bersalah serta bingung. Ponsel Seno tidak bisa dihubungi dan kata sekretarisnya di kantor pria itu juga tidak ada masuk kantor. Kalau tahu kejadiannya akan seperti ini Winda sangat menyesal mengiyakan ajakan Kevin. Winda sangat bergantung pada Seno.

"Seno, kamu dimana? Maafin aku." Ucap Winda dengan keadaan hati dan pikiran yang khawatir.

Winda tidak menyangka kalau Seno benar-benar bisa cemburu sampai seperti ini. Ya Tuhan, Winda menyesal.

****

Seno meregangkan tubuhnya di atas tempat tidur. Ia baru saja bangun setelah semalaman tidur seperti orang tidak bernyawa. Ia kemudian turun dari tempat tidur dan melihat sudah ada makanan di atas meja makan. Sudah pasti Mirna yang menyiapkan.

Karena kesal dengan Winda, Seno memutuskan tidak pulang sampai suasana hatinya kembali tenang. Walau sejujurnya ia sangat merindukan wanita itu namun tetap saja—Seno akan menentangnya habis-habisan.

Seno terdiam di depan makanan itu. Ia mencicipnya sedikit dan merasa kalau makanan yang Winda masak jauh lebih enak.

"Sayang.." Mirna yang baru keluar dari kamar mandi tersenyum senang saat melihat Seno yang sedang mencicip makanannya, "Kamu kalau mau makan duduk dong. Nih aku udah buatin sup ayam kesukaan kamu."

Seno tersenyum kecil, "Makasih."

Mirna tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya ketika Seno memilih tidak pulang kerumah dan menginap disini selama dua hari. Selama dua hari itu pula mereka terus bermesraan walau Mirna lah yang melakukan serangan-serangan terlebih dahulu pada Seno.

"Yaudah yuk kita makan." Ajak Mirna dan Seno langsung mengiyakan.

Seno fokus melahap makanannya sedangkan Mirna hanya fokus menatap kekasih kesayangannya itu, "Seno.."

"Ehm?"

"Kapan kamu ajukan gugatan cerai?"

Seno terdiam dan langsung menghentikan menyantap makanannya saat mendengar ucapan Mirna. Ia menatap wanita itu dan tidak mampu menjawab apapun.

"Kamu kan udah janji bakal cerai sama Winda kalau ayah kamu udah meninggal. Dan saran aku mending gak usah lagi deh kamu balas dendam sama Winda karena itu gak penting." Ucap Mirna.

"Mir--"

"Seno, aku tau kok kamu mungkin kesel sama Winda karna udah ganggu kehidupan kamu. Tapi yaudalah—toh sekarang semuanya udah selesai."

Selesai? Benarkah semuanya sudah selesai? Seno agak merasa sakit ketika mendengar ucapan Mirna barusan. Pria itu langsung berdiri dan tidak menyelesaikan makannya.

"Kamu mau kemana?" Mirna bertanya.

"Aku gak bisa terus-terusan disini."

"Kamu mau pulang? Ketemu sama Winda?"

Seno tidak menjawab dan langsung mengambil jaket serta kunci mobilnya. Tak peduli pada Mirna yang berusaha mencegahnya pergi.

"Sen--"

"Mirna, aku butuh waktu."

Mirna terdiam di tempatnya berdiri ketika mendengar ucapan Seno. 7 Tahun mereka bersama tidak pernah ia melihat Seno bersikap seperti ini padanya. Seno akan meletakkan Mirna di atas segalanya. Tapi sekarang? Seno sangat berubah. Seno bukan lagi Seno yang dulu.

Sementara Seno langsung pergi begitu saja tanpa mau peduli dengan bagaimana sakitnya perasaan Mirna.

****

Winda tertegun ketika mendapati Seno pulang kerumah pagi-pagi. Ia baru saja bangun karena semalaman tidak bisa tidur memikirkan pria itu. Dengan keadaan yang masih berantakan Winda langsung memeluk Seno sangat erat.

"Seno, maafin aku. Aku ngaku salah." Winda langsung berucap demikian, "Aku janji gak akan deket-deket Kevin lagi."

Seno memejamkan matanya. Kini ia mulai menyadari jika hatinya mulai goyah karena Winda. Seno mulai mengakui kalau ia sepertinya menyimpan rasa pada Winda.

Seno membalas pelukan Winda karena jujur, ia juga sangat merindukan wanita itu.

"Seno, kamu mau kan maafin aku?" Winda semalam sempat berpikir kalau bisa saja Seno akan Mengajaknya cerai karena sudah terlalu marah. Dan demi Tuhan—Winda tidak ingin hal itu terjadi.

Seno tidak menjawab, ia justru semakin erat memeluk Winda.

"Seno, kamu jangan pergi-pergi lagi. Aku frustasi nyariin kamu."

Mendengar ucapan lemah Winda membuat Seno langsung menatap wanita itu. Baru dua hari ia pergi tapi Winda sudah terlihat agak kurus.

"Kamu gak makan? Kok kurus banget?" Tanya Seno sambil menyentuh pipi Winda yang agak terlihat tirus.

"Aku gak selera makan karena gak ada kamu."

"Jangan gitu. Kamu seharusnya tetep makan. Aku gak mau kamu sakit."

Winda tersenyum sambil meneteskan air matanya. Rasanya seprti mimpi bisa melihat Seno ada di hadapannya.

"Seno.." Ucap Winda sedikit merengek. Ia kembali memeluk Seno.

"Sekarang kita makan ya. Kamu mau makan apa, hm?" Tanya Seno lembut.

"Aku mau makan semuanya. Aku mau makan banyak sama kamu."

Seno tertawa kecil, "Oke, oke. Ayok kita pesen aja."

"Ehm." Winda tidak mau melepas pelukannya sampai membuat Seno memilih opsi menggendong wanita itu dimana Winda akhirnya menjerit kegirangan karena tingkah sang suami.

"Seno... ih kamu ni."

"Ini kan mau kamu?" Seno bertanya menggoda.

"Ih, enggak. Turunin aku, Seno!"

"Gak. biarin aja. Aku mau keliling komplek sambil gendong kamu."

Winda semakin menjerit tidak karuan mendengar ucapan Seno. Tanpa ia tahu kalau selama dua hari ini Seno bersenang-senang dengan kekasihnya Mirna.

****

Siang itu, saat sedang mengurus tanamannya Julia dikejutkan dengan kehadiran Mirna di rumahnya. Mirna terlihat berantakan dengan rambut acak-acakan dan baju yang sangat kusut. Julia ingat, terakhir kali ia bertemu Mirna adalah saat dimana ia mengunjungi Seno di Amerika beberapa tahun yang lalu.

"Tante inget aku kan?" Mirna bertanya pada Julia dengan raut wajah sendu, "Aku Mirna—pacar Seno."

"Mantan pacar?"

"Gak." Sanggah Mirna cepat, "Pacar. Karena status kita berdua belum berubah."

Seingag Julia, Winda pernah mengatakan kalau hubungan Seno dengan Mirna sudah berakhir. Apalagi sekarang Seno dan Winda terlihat sangat akur.

"Kamu jangan ngada-ngada ya. Anak saya sendiri yang bilang kalau dia udah putus sama kamu." Julia mulai terlihat kesal.

Mirna tersenyum miring, "Dan tante percaya gitu aja?"

"Bukan cuma anak saya yang bilang tapi menantu saya juga bilang begitu. Kamu kalau mau ngancurin rumah tangga orang lain mending pergi aja dari sini!"

"Apa? Aku? Ngancurin rumah tangga orang lain? Gak salah? Bukannya Winda yang ngancurin hubungan aku sama Seno, tante?"

"Kamu jangan sembarangan bicara ya. Menantu saya gak pernah ngancurin hubungan kalian. Kamu aja yang rese bikin ayah Seno gak respect sama kamu. Wajar kalau kami sebagai orang tua mau anak kami menikah dengan perempuan baik-baik. Bukan perempuan liar macem kamu!"

Astaga, hati Mirna sangat sakit mendengar penuturan Julia. Padahal kenakalannya sama-sama ia lakukan bersama Seno. Tapi kenapa orang-orang menganggap kalau itu semua hanyalah ulahnya sendiri.

Julia semakin kesal. Ia tidak akan Terima kalau Winda si menantu kesayangannya di usik oleh orang lain.

"Apa? Kamu gak Terima saya bilang gitu? Pasti kamu berpikir kalau Seno juga nakal?" Julia berucap, "Tapi perlu kamu inget ya, Mirna. Kalau aja kamu gak habisin uang Seno sebanyak 2 Milyar pas di Amrik pasti saya dan mantan suami saya gak akan sekesel ini sama kamu. Kamu selalu morotin Seno, memanfaatkan perasaannya yang tulus sama kamu. Kamu kira saya gak tau kalau kamu yang ngabisin uang Seno selama ini? Sampe Seno telat lulus demi jajanin perempuan macem kamu. Orang tua kamu aja udah males sama kamu apalagi orang lain? Kamu harus ngaca ya Mirna, kalau emang Seno udah gak mau sama kamu. Gak usah ngejer-ngejer dia lagi dan saya rasa wajar Seno gak mau sama kamu karna kamu matre!"

Niat hati ingin mengadu pada Julia, Mirna justru mendapat perkataan pedas dari wanita tua itu. Julia sejak dulu memang memiliki mulut yang pedas, bahkan Winda pernah menjadi korbannya ketika masih tinggal bersama Julia. Bedanya, sekarang Julia sudah menyukai Winda.

"T-tante.." Mirna tak sanggup berkata-kata. Orang tuanya sudah tidak peduli lagi padanya dan sekarang perempuan yang ia anggap sebagai calon mertuanya juga menentangnya dengan kasar.

"Pergi kamu. Saya gak mau denger drama dari kamu!" Julia langsung masuk kedalam rumahnya dan menutup pintu rumah tersebut dengan kasar.

Mirna meneteskan air matanya. Kedua tangannya mengepal geram. Menurutnya, semua ini merupakan salah Winda karena sudah berani mengambil hati Seno. Mirna bersumpah—ia akan kembali merebut Seno dan membuat Winda menderita.

Perempuan itu mengusap air matanya, "Liat pembalasan gue ya, Winda!"