webnovel

20 - Cemburu Berlebihan

Seno kembali mengambil ponselnya yang tadi ia lempar karena melihat foto Winda dan Kevin. Kini pria itu kembali melihatnya sambil berdecak penuh geram. Namun, ia langsung teringat kalau tidak berhak cemburu karena selama ini ia pun hanya akting agar bisa balas dendam pada wanita itu.

Walau demikian, Seno tetap merasa kesal karena ternyata Winda tidak menuruti apa yang ia suruh. Dimana Seno semalam memberi aturan pada Winda untuk tidak boleh dekat-dekat lagi dengan Kevin. Tapi nyatanya? Winda justru sarapan pagi bersama Kevin. Tak lupa saling melempar senyuman dengan enteng.

"Ah, bodo amat deh. Ngapain juga gue peduli. Mau Winda sama Kevin pacaran mah bodo amat!" Ucap Kevin..

Kemudian ia memilih meletakkan ponselnya dan kembali mencoba fokus pada pekerjaanya. Tapi nyatanya ia tidak fokus. Seno kembali memikirkan Winda dan Kevin yang mungkin saat ini sedang bersenang-senang tanpa dirinya.

Disaat itu juga ponsel Seno kembali berdering. Mirna menelfon nya karena mungkin tidak mendapat balasan tentang foto yang ia kirim barusan. Karena merasa emosi, Seno memilih memblokir nomor Mirna dan justru menelfon Winda.

"Kamu dimana? Sama siapa?" Seno bertanya judes.

"Ih, kok kayak orang lagi marah? Ini aku di kafe sama pegawai." Ucap Winda dengan heran pasalnya suara Seno terdengar tegas dan judes.

"Yaudah, kamu jangan ke mana-mana. Aku mau kesana sekarang!" Seno langsung mematikan ponselnya dan bergegas pergi menemui Winda. Padahal saat ini pekerjaan Seno sangat banyak, mengingat ia tidak datang ke kantor selama beberapa hari.

****

Seno masuk ke dalam kafe dengan wajah cuek dan masam. Ia mendudukkan dirinya di tempat duduk paling ujung sambil melirik Winda yang masih sibuk melayani pelanggan. Winda yang tahu kehadiran Seno langsung melihat suaminya dan tersenyum—seolah mengatakan kalau Seno harus menunggunya sebentar.

Namun yang ia dapat dari Seno justru buangan muka dan wajah judes. Sontak Winda langsung merasa aneh padahal semalam hubungan mereka sudah membaik. Apa Seno marah lagi?

Setelah hampir sepuluh menit menunggu, Winda akhirnya datang ke meja Seno. Wanita itu memeluk Seno dari belakang dan mengecup pipinya.

"Kamu kenapa sih, Seno? Kok mukanya judes banget gitu?" Tanya Winda yang tidak sadar kalau Yuni dan pegawai lainnya sedang menatapnya. Mereka yang tidak tahu kalau Winda sudah menikah agak kaget kalau ternyata Seno mungkin kekasih Winda.

"Tadi pagi pas aku anter kamu. Kamu langsung ngapain?" Tanya Seno.

"Ya nyiapin semuanya. Aku beres-beres terus nyiram taneman."

"Abis itu sarapan bareng Kevin?"

Winda sontak terkejut mendengar ucapan Seno. Ia tidak menyangka kalau Seno bisa tahu jika Kevin kemari tadi pagi. Winda tidak bermaksud mengkhianati Seno, hanya saja ia pikir—sarapan dengan seorang teman bukanlah hal yang perlu dicemburui. Apalagi Kevin tidak salah, karena memang pria itu tidak tahu kalau ia dan Seno sudah menikah.

"Oh, itu. Tadi tu Kevin mampir karena emang kebetulan aja. Dia ngajak aku sarapan dan udah beli makanan. Kan gak mungkin aku nolak—"

"Alesan!"

"Seno....."

"Seharusnya kamu bisa kasih pengertian kalau kamu gak bisa sarapan bareng dia. Buat alesan kek, entah lagi sibuk atau apa. Sama aku aja bisa alesan masa sama Kevin gak bisa!"

Winda yang panik langsung duduk di sebelah Seno. Ia menatap sang suami dengan rasa khawatir. Entah mengapa Winda sangat takut kalau memang Seno marah.

"Maaf, Seno. Tapi aku beneran gak bermaksud yang aneh-aneh kok. Lagian, gak mungkinlah Kevin berpikiran buat deketin aku. Kan kamu sendiri yang bilang kalau selera Kevin tu perempuan mahal. Kamu tenang aja."

"Siapa bilang?" Sanggah Seno, "Kalau Kevin beneran suka sama kamu gimana?"

"Ih, ya gak mungkin!"

"Gak ada yang gak mungkin di dunia ini."

Wajah Winda berubah sendu, "Seno--"

"Kamu ya, Win. Aku udah percaya banget sama kamu. Tapi bisa-bisanya kamu justru ngecewain aku."

Winda merasa kalau Seno kali ini benar-benar marah padanya. Pria itu tidak seperti kemarin yang terlihat lebih santai, kali ini Seno kelihatan serius dengan ucapannya.

"Maafin aku." Ucap Winda menunduk.

"Capek sama kamu." Seno langsung beranjak dari kursinya, berniat pergi. Tapi Winda langsung menahannya.

"Kamu mau kemana? Kita makan siang dulu, yuk."

"Gak. Kamu aja sana makan bareng Kevin." Seno melepas tangan Winda kasar lalu pergi keluar kafe meninggalkan Winda. Sedangkan Winda yang ingin mengejar Seno tanpa tidak sengaja melihat Yuni sedang menatapnya. Dimana hal itu membuat Winda mengurungkan niatnya untuk mengejar Seno.

"Seno-" Ucap Winda. Masih tidak menyangka kalau Seno benar-benar marah.

****

Seno mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sudah setengah jam ia menyetir tanpa arah dan tujuan. Makian-makian kasar ia lontarkan, mengingat Winda yang berduaan bersama Kevin. Ia cemburu, ia kesal pada dua manusia itu.

Karena sedang emosi, Seno memutuskan untuk datang ke apartemen Mirna.

"Gue masih punya Mirna." Ucap Seno.

Setelah sampai di apartemen Mirna, Seno langsung masuk karena sebelumnya ia sudah tahu apa password apartemen kekasihnya itu.

Mirna yang melihat kedatangan Seno jelas sangat senang. Ia sudah sangat merindukan kekasihnya yang akhir-akhir ini jarang menemuinya.

"Seno?" Mirna memeluk Seno dengan erat, "Kamu kemana aja sih? Aku kangen banget sama kamu? Udah bales dendemnya?" Mirna bertanya penuh harap.

Seno yang sedang kesal dengan Winda tak menggubri pertanyaan Mirna, ia justru berucap, " Jangan bahas perempuan itu dulu sama aku."

Mirna terkejut, namun sesaat kemudian langsung tersenyum dengan senang, "Yaudah deh kalau memang kaya gitu. Oh ya, kamu udah makan siang belum?"

"Belum."

"Oke. Aku masakin makanan kesukaan kamu ya."

"Hm." Jawab Seno singkat sambil berjalan menuju sofa tempat dimana dulu ia dan Mirna saling bermesraan.

Mirna tersenyum senang. Hatinya berbunga-bunga. Ia yakin kalau foto yang dikirimnya pada Seno merupakan penyebab pria itu terlihat kesal pada Winda.

"Sebentar ya sayang.." Ucap Mirna.

****

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Terhitung sudah ratusan kali Winda mencoba menelfon Seno tapi tak mendapat jawaban. Winda menunggu dengan gelisah dan khawatir. Rasa bersalahnya pada Seno kian memuncak, apalagi jika mengingat raut kecewa dari wajah Seno tadi siang.

Winda bingung harus berbuat apa. Ia belum hafal bagaimana titik kota jakarta membuatnya hanya berdiam diri di rumah menunggu Seno pulang. Tak lupa menyiapkan makanan kesukaan Seno.

"Gue bener-bener gak nyangka kalau Seno bisa semarah ini." Winda berucap, "Bisa-bisanya tadi pagi gue nge-iyain ajakan Kevin.

Winda mengintip keluar melalui jendela. Sampai saat ini tidak ada tanda-tanda kepulangan Seno.

"Seno, maafin aku."

****

Mirna dan Seno sedang berpelukan mesra di depan TV sambil menonton acara komedi kesukaan Mirna. Seketika Seno melupakan Winda dan fokus pada Mirna yang hari ini sukses membuatnya merasa senang.

"Kamu nginep disini ya malem ini. Gak usah pulanglah." Pinta Mirna dengan sedikit mengerucutkan bibirnya.

"Oke." Jawab Seno singkat. Lalu Mirna mencium bibir Seno.

"Aku kangen." Bisik Mirna, "Kangen banget."

"Hm. Aku juga."

Mereka kembali berciuman penuh mesra. Kedua tangan Seno mulai merambat ke tubuh Mirna sehingga menimbulkan desahan nikmat dari wanita itu.

"Ugh, Seno.."

Seno kemudian menggendong Mirna menuju kamar. Tentunya, sambil berciuman penuh nafsu dan gairah.

Seno sepertinya memang benar-benar lupa pada Winda yang saat ini sedang menunggunya di rumah dengan perasaan khawatir.