webnovel

Calon Istrimu Sudah Tidak Ada

Penerjemah: Wave Literature Editor: Wave Literature

"Apa ini sangat berbeda dengan diriku?"

"Tentu saja tidak begitu…" jawab Qin Ge. "Saat pertandingan balapan, kamu benar-benar Xing Jiu'an yang aku kenal."

"Kalau begitu, kamu lebih suka aku yang seperti apa?"

"Aku lebih suka Xing Jiu'an." Qin Ge langsung menjawab pertanyaan Xing Jiu'an tanpa ragu dan tanpa jeda sedikit pun. "Katakan saja apa yang ingin kamu katakan. Lakukan saja apa yang ingin kamu lakukan. Itu semua tidak apa-apa. Aku menyukai semuanya."

Xing Jiu'an tidak bisa menahan perasaannya lagi. Dia tersenyum dan berkata, "Ini seperti memainkan drama."

"Kalau begitu, kamu pastilah pahlawan wanitaku," ucap Qin Ge. Dia mengibaskan rambut gimbalnya dengan tangannya dan bertanya, "Apa boleh kita berhenti di supermarket ini?"

Xing Jiu'an melihat ke arah luar, lalu menjawab, "Tentu saja boleh."

"Aku akan cari tempat parkir."

***

Saat Lu Zhichen pulang ke rumah, sosok pria tua sedang duduk di ruang tamu.

"Pulang juga kamu akhirnya," kata pria tua itu.

Lu Zhichen berjalan dengan langkah pela dan balik bertanya, "Kakek, ada apa?"

"Ada sesuatu yang sangat penting." Suasana hati pria tua itu jelas buruk. Dia menatap Lu Zhichen dengan sorot mata penuh kebencian. "Calon istrimu sudah tidak ada."

"Hal seperti itu sebenarnya tidak pernah terjadi."

"Sayang sekali… Gadis kecil itu sungguh luar biasa. Kakek beri tahu kamu… Kamu mengabaikannya dan dia benar-benar sudah tidak ingin lagi bersamamu," ujar Kakek Lu dengan nada kecewa.

"Kalau tidak ada, ya memang tidak ada… Kakek, aku sudah pernah berkata kepadamu, jangan sembarangan mengatur pernikahanku."

"Jelas-jelas kamu yang menentukannya, jangan menyalahkan aku," ujar Kakek Lu yang melayangkan protes.

"Apa aku…?" Ucapan Lu Zhichen terhenti, sepertinya dia ingat sesuatu. Saat masih kecil, dia pernah bertemu dengan seorang gadis kecil. Dia pun bertanya, "Kakek, siapa namanya?"

"Xing Jiu'an. Apa kamu lupa nama yang kamu beritahukan pada keluargamu?" Kakek Lu bertanya dengan nada tinggi sambil menatap Lu Zhichen dengan tajam.

"Calon… istriku?" Jantung Lu Zhichen berdegup kencang.

"Sekarang dia bukan lagi calon istrimu," ucap Kakek Lu sambil memandang Lu Zhichen.

"Awalnya, aku memegang tangan gadis kecil itu dan bicara baik-baik padanya. Semuanya sudah ditentukan sejak dulu dan setelah dewasa akan dinikahkan," ujar Kakek Lu.

"Memang benar kalau kalian tumbuh dewasa, tapi akhirnya menantuku hilang," ucap Kakek Lu. Dia kemudian mengeluarkan sepotong batu giok dan berkata, "Ini adalah hadiah pertunanganmu. Ambillah…"

Lu Zhichen mengambil batu giok yang memiliki teksturnya yang sangat bagus itu. Batu giok tersebut adalah simbol masa kecilnya yang damai. Ketika menyentuh batu giok itu, timbul perasaan yang nyaman di dalam hatinya. Dia dibesarkan oleh sang kakek hingga usia 10 tahun, jadi tentu saja dia bisa mengingat dengan jelas.

"Awalnya, aku pikir gadis itu akan segera berusia 20 tahun. Kalau kamu tidak membawa gadis itu kembali, mungkin dia sudah dibawa pergi oleh orang lain. Aku tidak menduga kamu dan gadis itu sama-sama membatalkan pernikahan…" tutur Kakek Lu. "Pernikahan yang baik sudah tidak ada lagi…"

Ekspresi Lu Zhichen tampak rumit saat ini. Dia menyentuh batu giok di tangannya dan berkata, "Kakek, sudah malam. Tidurlah…"

"Aku juga sebenarnya tidak ingin mengkhawatirkanmu," sahut Kakek Lu. Nada suaranya terdengar marah dan kecewa. Dia lalu berdiri dan bersiap ke kamar.

Sementara itu, Lu Zhichen duduk cukup lama di sofa sendirian.

***

"Cukup, Xing Jiu'an… Jangan makan es krim lagi, makanlah buah lebih banyak," sahut Qin Ge dengan panik. Dia memperhatikan Xing Jiu'an yang mengambil lebih banyak es krim dan tidak tahan lagi.

"Sekarang musim panas. Cuacanya panas sekali," balas Xing Jiu'an.

"Di sini ada pendingin ruangan, jadi sama sekali tidak terasa panas."

"Aku ingin makan."

"Sehari makan sepotong es krim saja sudah cukup."

"Masih kurang," kata Xing Jiu'an yang tidak menyerah, namun Qin Ge menahannya.

"Berhenti! Jangan makan es krim lagi. Ayo kita pergi mencari buah," ujar Qin Ge.

Xing Jiu'an hanya bisa meletakkan es krim itu dengan enggan dan mengikuti Qin Ge untuk membeli buah. Saat ini, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, jadi tidak ada begitu banyak orang di supermarket, namun tidak bisa dibilang sedikit juga.

"Nona, apa kamu seorang bintang? Apa kamu sudah merilis debut pertamamu?" tanya seorang gadis yang seusia Xing Jiu'an. Dia berjalan mendekati Xing Jiu'an.