"Andres, harusnya kamu bersama Alba sekarang," desak Zizi, setelah kesadarannya pulih usai ciuman yang panjang itu.
"Alba mencariku?" tanya Andres sambil lalu. Punggung tangannya sibuk membelai pipi Zizi.
Andres sedang mengaguminya, seolah-olah dia perempuan tercantik yang pernah dilihatnya. Hmm. Kalau saja ini baru terjadi sekali, Zizi akan mengira malaikat tampan ini sedang mabuk. Bibir Andres tertarik membentuk senyuman. Zizi memperhatikan bayangan bakal kumis dan jambangnya. Bulu-bulu tipis itu yang menciptakan sensasi ciuman yang berbeda. Geli tapi merangsang. Duh, bukannya Zizi tidak menyukai pria berkumis?
Zizi pura-pura memasang raut kesal dan berkata dengan ketus, "kamu belum bercukur juga."
"Nanti aku cukur," jawab Andres dengan kesabaran tingkat dewa lalu mengecup bibirnya kemudian turun menjelajahi lehernya.
Sekujur tubuh Zizi meremang setiap kali anak bulu kumisnya digesekkan di kulit leher dan sekitar tulang selangkanya.
Bagaimanapun ini harus dihentikan.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com