Jam 16:36 siang, Distrik 01, Kota Selatan.
Tanpa sadar Rio baru saja terbangun dari tidur. Walaupun untuk sesaat dia tak tahu kenapa dia bisa tergeletak di ranjang yang terasa tak asing itu.
"Dimana aku?"
Rio bangkit dan menyentuh ranjang yang seluruh kainnya berwarna putih. Aroma segar yang bercampur dengan obat-obatan memenuhi hidungnya.
Rumah sakit. Tak salah lagi dia sedang berada di rumah sakit saat itu.
Alasan yang bisa Rio temukan hanya satu.
Hal itu benar-benar nyata. Tampilan bar pemberitahuan yang menyerang kepalanya. Hal itu benar-benar nyata.
Rio baru saja mau berpikir dalam mengenai hal yang menimpa dirinya. Sampai seorang suster masuk ke dalam ruangannya dan memanggil seorang dokter.
Dokter yang datang itu adalah dokter yang sama yang memeriksa Rio kemarin.
"Kamu tahu apa itu keajaiban, anak muda?"
"Keajaiban?"
"Biasanya, keajaiban hanya terjadi satu kali setiap orang. Tapi untukmu – "
Dokter sengaja menghentikan perkataannya. Sepertinya sesuatu yang gawat sudah terjadi pada Rio.
"Apa yang terjadi padaku?"
Dokter meminta sebuah dokumen ke suster yang berdiri di sebelahnya. Kertas dokumen itu diberikan langsung pada Rio untuk dilihat hasilnya.
"Saat dilarikan kemari kamu sudah sekarat. Sesuatu seperti menyerang otakmu dan merusak banyak sel. Tapi, sebelum kami sempat melakukan pengobatan, tubuhmu mencoba mengobati dirinya sendiri."
Kesimpulan yang bisa Rio temukan hanya satu. Hal itu terjadi karena sesuatu seperti virus terus menyerang otak Rio.
"Anak muda, aku tahu kau adalah seorang ksatria, pekerjaanmu adalah menjaga kedamaian dunia. Tapi apa ada sesuatu yang aneh terjadi padamu?"
Dokter mulai menanyainya.
Kalau ditanya seperti itu, tentu saja Rio juga bingung. Dia sendiri tak tahu apa yang sedang terjadi padanya.
Tapi mungkin dokter itu bisa membantunya.
[Caution : Action is not allowed]
Namun, tepat sewaktu Rio membuka mulutnya, bar pemberitahuan yang baru saja membunuhnya muncul lagi.
"Ada apa, anak muda?"
Keringat dingin mulai membasahi Rio.
Waktu yang berlalu dalam sesaat membuat Rio memutuskan satu hal.
"Ah, itu, jangan khawatir. Sebenarnya, dulu aku juga sempat sekarat. Tapi Golden Knight menyelamatkanku dengan kekuatannya. Mungkin sisa-sisa kekuatan itu masih tersimpan dalam diriku. Aha, ha ha ha ha ha!"
Rio berusaha keras untuk mencairkan suasana yang terasa sangat dingin itu.
Meskipun sang dokter tak berpengaruh dengan tawa yang terpaksa itu.
"Baiklah, karena aku sudah di diagnosis sembuh, aku minta ijin untuk pulang."
Rio bangkit dari kursinya. Sang dokter tak menahan Rio dan membiarkan Rio mencoba keluar dari ruangan. Suster yang mendampingi mereka ikut dengan Rio, mencoba menghentikannya.
"Anak muda, satu hal yang perlu kuingatkan padamu."
Sang dokter menghentikan langkah kaki Rio tepat sebelum Rio keluar dari ruangan.
Senyap yang diciptakan sang dokter membuat Rio menelan ludahnya sekali karena rasa tegan.
"Jangan kembali bertugas selama seminggu. Sampai kau tahu apa yang sedang terjadi padamu."
Itu adalah sebuah saran yang terdengar seperti peringatan.
"B – Baiklah. Terima kasih banyak, dokter."
Akhirnya Rio bisa keluar dari ketegangan itu.
Menghilangnya Rio dari ruangan membuat Suster mempertanyakan keputusan Dokter.
"Dokter, bukannya seharusnya pemuda itu diperintahkan untuk istirahat setidaknya satu malam?"
"Itu tidak perlu."
Dokter bangkit dari kursinya. Meninggalkan jejak pertanyaan ke suster.
Dokter berhenti di pintu sebelum meninggalkan Suster yang masih harus membereskan kamar.
"Aku sudah menangani banyak ksatria selama beberapa puluh tahun ini. Tapi aku tak pernah mendapatkan kasus seistimewa pemuda itu. Pemuda yang menyandang nama keluarga dari pria itu."
Dokter memberikan Suster petunjuk mengenai kepercayaannya. Namun Suster muda yang baru saja memulai pekerjaannya di rumah sakit itu sama sekali tak mengerti.
"Kamu tak perlu memaksakan diri untuk tahu, suster muda. Yang ingin kusampaikan hanya, pemuda itu mungkin saja punya kekuatan untuk mengubah dunia."
Itu adalah kata-kata terakhir yang diberikan Dokter sebelum pergi.
Kata-kata dokter itu seperti sebuah ramalan yang mengandung harapan. Di dalamnya juga terdapat pesan yang berasal dari masa lalu.
Dari waktu di mana dokter itu sedang berada dalam masa kejayaannya.
Kembali ke tokoh utama kita.
Setelah mengambil Dignity Weapon miliknya yang sebelumnya diamankan, Rio melangkahkan kakinya untuk berjalan pulang.
Saat itu kepalanya penuh dengan pertanyaan mengenai tampilan bar pemberitahuan yang terus muncul dalam beberapa kesempatan.
'Apa sebenarnya hal itu?'
[Do you want to use special service?]
[Y/N]
'Huh?'
Tampilan bar pemberitahuan yang lain muncul.
Kali itu adalah sebuah pertanyaan. Pertanyaan yang sempat membuat Rio bingung bagaimana harus menanggapinya.
Do you want to use special service?
Kedengarannya seperti sebuah pelayanan yang akan diberikan kalau Rio menjawab, "Ya?"
[Searching for : Answer]
[Status : On Progress]
<*><*><*><*><*><*><*>
[Result : Found a Person who Knows the "Answer"]
____________
Jam 22:12 malam, Distrik 02, Kota Selatan.
"Huh?"
Rio perasaan sedang berdiri di bawah terik matahari barusan. Tetapi entah kenapa dia sedang berdiri di lapangan dekat sungai tak jauh dari rumahnya.
Kalau diingat-ingat lagi, setelah dia pulang dari rumah sakit, dia langsung menuju rumah. Sebelum sore dia menghabiskan waktu sendiri dengan menonton tv, sedangkan Riana sedang pergi bersekolah.
Sewaktu sore hari dia sempat menghabiskan waktu untuk berolahraga. Sedangkan Riana berada di rumah untuk memasak makan malam.
Mereka berdua melewati malam hari dalam damai. Sampai Rio terbangun jam 10 malam, pergi keluar dengan membawa Dignity Weapon ke tempat dimana dia berdiri sekarang.
Tetapi entah kenapa, dia melakukan semua hal itu secara tidak sadar. Walaupun dia masih mengingat semuanya dengan baik.
"Kau sedang mencariku, Singularity?"
[Caution]
[Major Arcanian : The Moon]
[Status : Appeared]
Seseorang bersama dengan Rio di dekatnya. Rio berbalik dan menemukan seorang pria duduk di atas batu.
Seorang pria berpenampilan rapi. Memakai jas dan kacamata. Penampilan yang sangat cocok dengan kata 'orang kantoran'.
Rio tahu kalau pertemuan mereka bukan tak disengaja. Tapi hanya saja agak aneh rasanya bertemu dengan seseorang berpenampilan rapi tiba-tiba seperti itu.
"Maaf, tapi, anda siapa?"
Pria kantoran di depannya sempat bingung ditanya begitu.
"Bukannya kau yang memintaku untuk datang kemari? Dan juga, bukannya 'itu' sudah memberitahumu siapa aku?"
Rio yang meminta orang itu datang, dan 'itu' sudah memberitahunya, berarti itu seperti yang Rio pikirkan.
"Hei! Itu berarti kau tahu apa yang terjadi padaku sekarang? Tolong aku! Tampilan-tampilan bar bodoh terus bermunculan di kepalaku dan itu membuatku sangat pusing!"
Rio berperilaku seperti orang yang sedang dikejar-kejar hutang. Pikirannya stress dan dia bertingkah sedikit gila.
"Pfft, ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha!"
Rio sedang kesusahan, tapi pria kantoran di depannya malah menertawainya.
"Maaf-maaf! Karena kau 'yang terpilih' kupikir kau orang yang lebih bijak dan pintar! Ternyata kau orang yang lebih menarik dari itu!"
Rio menggenggam tangannya karena geram. Sangat ingin dia memukul pria kantoran yang ada di depannya. Tetapi itu sepertinya bukan ide yang bagus.
Karena kesal Rio menyempatkan diri untuk berpikir.
"The Moon? Orang yang bisa memberiku jawaban?"
Rio membisikkan dua kalimat itu.
Pria kantoran di depannya bereaksi puas.
"Nah, itu kau tahu!"
Rio baru saja mendapatkan satu jawaban. Beberapa jawaban lagi untuk dicari tahu.
Meskipun begitu, Rio masih tetap tak mengerti kenapa dia dan pria kantoran itu berdiri di lapangan yang sepi hanya berdua di tempat itu, "Itu yang sedang kau pikirkan, kan?"
'Apa dia sedang membaca pikiranku?'
"Tidak juga."
"Kau baru saja membaca pikiranku!"
Perasaan apa yang sedang Rio dapatkan. Perasaan itu datang seiring Rio berlama-lama berkomunikasi dengan pria kantoran itu. Rasanya seperti kutub magnet bertemu dengan kutub senama.
"Tapi kita berdua saling membutuhkan, tak salah lagi."
Rio memasang wajah aneh pada pernyataan pria kantoran di depannya.
"Kau benar-benar pemuda yang jujur dengan perasaannya, ya."
Rio adalah pemuda seperti itu sejak dia kecil. "Kau punya masalah dengan itu?"
"Enggak, itulah kenapa kubilang kau lebih menarik dari yang kubayangkan."
Rio tak tahu jalan pikir pria kantoran di depannya. Aura di sekitarnya benar-benar misterius. Rio sama sekali tak bisa membacanya.
Akan tetapi itu tidak penting sekarang.
"Lalu, kau mau memberiku jawaban atau tidak?"
"Tentu saja aku akan. Tapi sebelum itu, seperti yang orang bilang, tak kenal maka tak sayang. Jadi mari berkenalan dulu, namaku, hmm, kau bisa panggil aku, Cain. Kalau kau?"
Rio merasa ada yang aneh dengan perkenalan itu.
"Itu bukan nama aslimu, kan?"
Rio takkan mau mempercayai orang yang berbohong padanya.
"Kenapa begitu? Tunggu, untuk membangun kepercayaan kau memang harus jujur dengan orang lain. Hm-hm, tapi, perlu kau tahu, aku sendiri sudah melupakan namaku setelah hampir 700 abad terlewati."
Rio memasang wajah yang lebih aneh, kali itu penuh dengan ketidakpercayaan.
"Kau benar-benar tak mau mempercayaiku, ya."
Pria kantoran tiba-tiba berdiri lalu berbalik. "Kalau begitu aku juga tak mau membantumu. Sampai jumpa."
"Huh?"
Begitu saja, pria kantoran mulai berjalan menjauh.
Rio tak tahu apa salahnya, tetapi dia tak mau kehilangan kesempatan itu. Jadi dia berlari mengejar pria kantoran.
"Tunggu-tunggu-tunggu!"
Rio baru saja menemukan seseorang yang mungkin bisa menjadi petunjuk mengenai apa yang sedang terjadi padanya. Dia tak mau kehilangan itu hanya karena sebuah miskomunikasi.
"Baiklah, aku yang salah karena terlalu arogan. Jadi, tolong, jawab semua pertanyaanku."
Pria kantoran menghela nafas lelah. Harapannya seperti memudar seiring Rio menjadi keras kepala.
"Kalau kau tak mau mempercayaiku, kenapa kau tak coba cari tahu sendiri mengenai identitasku?"
"Mencari tahu identitasmu?"
[Name : Unknown]
[Identity : The Moon]
[Status : Neutral]
Rio hanya membisikkan kata 'cari tahu identitas' secara tidak sadar. Tetapi sesaat setelahnya tampilan bar sistem menunjukkan identitas dari pria di depannya.
"Nama, tidak diketahui?"
Seperti itulah yang tertulis dalam tampilan bar.
"Kau takkan bisa mencari tahu nama seseorang kalau orang itu sendiri tak mengetahui namanya. Karena itulah sistemnya berkata seperti itu. Ngomong-ngomong kau juga bisa melakukannya pada dirimu sendiri."
"Maksudmu, mencari tahu identitasku?"
[Name : Rio Nugraha]
[Identity : The Devil Holder]
[Status : Human-side]
Tampilan bar sistem menunjukkan nama, identitas, dan status yang Rio miliki.
"Apa sebenarnya ini?"
"Itu, anggap saja itu adalah 'Hero System'."