"Udah semua kan?"
"Udah."
"Yaudah ayo berangkat. Kasian Mama sama Papa belum ganti baju dari semalem."
"Oke."
CL dan Alex telah selesai menyiapkan keperluan LJ. Sebenarnya mereka tidak tahu apa LJ membutuhkan ini atau tidak dalam kondisinya yang seperti ini. Tapi, jadikan persiapan saja.
Alex pergi ke bagasi mobil untuk menyimpan koper ketiga yang mereka bawa dan CL yang bersiap, memakai helm dan menaiki motor.
"Hati-hati di jalan.", pesan Alex. Anak laki-laki itu kini berjalan ke arah tempat pengemudi.
"Wait!", langkah Alex terhenti saat itu juga.
"Cake gua yang di kulkas jangan dimakan."
"Lo nyimpen cake di kulkas gua?"
"Iyalah, masa iya gua mau makan sambil bawa motor."
"Ck, yaudah iya."
"Oke gua duluannya."
"Hmm hati-hati."
CL menyalakan motor dan menutup kaca helmnya. Kemudian meninggalkan kawasan apartemen LJ dan juga Alex yang masih berada disana.
~~
CL sebenarnya ingin pergi ke rumah sakit lagi. Tapi, ada satu hal penting yang harus dia kerjakan.
Lima puluh menit kemudian CL sampai di markas. Tak ingin membuang waktu dia segera masuk ke dalam dengan penuh sifat kepemimpinannya. Wajah yang baru saja terlihat konyol di depan Alex kini sudah berganti dengan wajah tegasnya. Langkah yang tadinya seperti anak kecil kini sudah berganti menjadi langkah gagahnya.
Aura kepemimpinan CL sangat kuat saat dia memasuki gedung tersebut. Para anggota yang bertemu dengannya langsung memberikan hormat.
Ada salah satu anak buahnya yang mengikuti langkahnya. itu sudah menjadi kebiasaan, kalau ayahnya tidak bisa hadir di markas pada hari itu. Maka CL lah yang mengambil alih untuk hari itu saja. Biasanya pada saat CL datang saat itu, anak perempuan itu langsung memberikan perintah. Hal itulah yang membuat selalu ada anak buah yang langsung mengikutinya.
"Siapkan aula untuk melakukan pertemuan. Panggil seluruh tim pengintai, penyelidik dan tim penyerang. Suruh mereka berkumpul disana", titahnya tegas.
"Baik, nona."
Anak buah yang sedari tadi mengikuti langkah CL, kini berbelok dan membiarkan CL melanjutkan langkah sendiri.
CL pergi ke ruangannya terlebih dahulu. Tapi, sesampainya di sana dia melihat Mr. Jason duduk di salah sofa ruangannya. CL menatap sosok itu dengan pandangan dinginnya.
Mr. Jason yang menyadari kehadiran CL menolehkan kepala dan tersenyum.
"Ah panglima perang kami sudah sampai.", ujarnya sambil berdiri.
"Selamat pagi, Nona Lee.", sambungnya sambil sedikit membungkukkan badan.
CL berjalan menuju sofa yang berada di seberang posisi Mr. Jason. Kemudian dia duduk di sofa dan diikuti Mr. Jason.
"Kenapa kau berada di ruanganku?", tanya CL langsung keintinya.
"Tadinya aku ingin bertemu ayahmu, tapi ternyata dia tidak datang. Lalu aku bertanya kepada anak buahnya dan dia bilang kalau ada kau yang kemungkinan menggantikan ayahmu datang. Dan benar saja kau datang."
"Ada apa kau mencari ayahku?"
"Tidak ada, aku hanya ingin bertemu temanku. Apa tidak boleh?"
"Kalau kau temannya kenapa kau sekarang ada disini dan tidak di rumah sakit?"
Senyuman Mr. Jason yang sedari tadi mengembang kini hilang perlahan-lahan.
"Kenapa kau diam?"
Mr. Jason kembali tersenyum dan kini malah berdiri.
"Untuk apa aku pergi ke sana? Apa aku memberikan belas kasihan pada bocah menyusahkan itu?"
Deg
"Dia selalu saja menyusahkan, entah dimanapun dia dan sedang melakukan apapun. Dan kau lihat sekarang. Dia sedang terbaring lemah di rumah sakit dan membuat ibumu jatuh sakit bahkan kau membuang banyak uang untuk menyelamatkannya. Menyusahkan bukan?", Mr. Jason mengatakan itu sambil berjalan memutar, mengelilingi CL.
Mata CL mulai memanas. Jadi, dugaannya semalam benar, bahwa dialah dalang dibalik kasus LJ.
"Untung saja sekarang dia sudah tidak bersamaku, jadi aku tidak merasa disusahkan. Tapi, aku malah kasihan kepada kalian yang malah disusahkan. Ck ck ck."
CL mengepalkan tangannya dan air mata mulai berjatuhan dari tempatnya.
"Ja-jadi benar kau lah-"
"Ya, kau benar. Akulah dalangnya dan akulah yang membuat bocah itu berbaring lemah di rumah sakit saat ini.", bisiknya pada telinga CL dari arah belakang.
"Astaga seharusnya aku tidak memberitahumu. Kau pasti akan mengadu kepada orang tua itu."
"Orang tua?"
"Ya. Ayahmu. Bukankah dia sudah tua?", ledeknya sambil berjalan kembali ke depan.
"Haah.. bahkan kau menjelekkan teman mu sendiri.", CL tersenyum meremehkan.
"Teman? Apa itu teman?", kini Mr. Jason yang tersenyum meremehkan.
"Maksudmu?"
"Hahahaha lupakan saja, aku hanya bercanda.", Mr. Jason malah tertawa.
"Mau apa kau sebenarnya hah?"
"Mauku? Mudah, mauku hanya ingin menghancurkan ayahmu."
Deg
"Apa?"
"Ya, aku ingin ayahmu hancur dan merasakan apa yang aku rasakan."
CL yang sudah geram merasa semakin geram. Matanya mulai memerah tangannya benar-benar mengepal. Badannya bergetar menahan amarah.
"O ow, apa aku sudah membangunkan singa betina yang tertidur? Bagaimana aku bisa menidurkannya kembali? Aku sangat takut saat ini.", ujar Mr. Jason semakin membuat CL geram dengan meledeknya.
"KAU-"
Tok tok
Ucapan CL terhenti dan langsung melihat ke arah pintu. Begitu pula Mr. Jason.
"Maaf tuan mengganggu, tapi kau harus segera pergi."
Ternyata itu adalah anak buah Mr. Jason yang datang bersamanya. Mr. Jason menolehkan kepala menatap CL dengan senyuman menyebalkannya.
"Baiklah, tunggu aku di luar."
Anak buah Mr. Jason membungkukkan badan dan pergi.
Mr. Jason menghelakan napasnya sambil tersenyum. Tak lupa menatap CL yang sudah dipenuhi amarah. Dia tersenyum semakin lebar sebelum berdiri.
"Ah sayang sekali pertemuan kita sangat singkat. Tapi, sepertinya aku harus pergi saat ini. Urusan ku terlalu banyak.", CL hanya terdiam dan memandang kosong ke depan walaupun dalam keadaan dipenuhi amarah.
Mr. Jason membenarkan jas nya lalu mulai melangkahkan kakinya. Tapi, baru saja sampai di pintu dia berhenti dan berbalik menatap CL untuk terakhir kalinya.
"Oh ya ada satu lagi."
CL menolehkan kepala.
"Terimakasih sudah membeli darah di JR pharmacy."
Dan setelahnya Mr. Jason benar benar pergi.
CL yang masih diam di ruangannya mencoba untuk menetralkan amarahnya.
Tok tok tok
"Permisi, Nona Lee."
Orang yang dipanggil itu menolehkan kepala.
"Seluruh tim sudah bersiap di aula dan sedang menunggu kehadiranmu.", itu anak buah CL.
"Ya, baiklah. Tunggu aku disana, aku akan segera datang."
Anak buah CL membungkukkan kepala dan pergi dari sana. Persis apa yang dilakukan anak buah Mr. Jason tadi.
CL benar-benar harus menetralkan rasa marahnya. Tidak mungkin dia memulai rapat dengan keadaan seperti ini.
Setelah merasa sudah benar benar baik, CL melepaskan tas selempang dada dan jaket bomber hitamnya. Lengan panjang kaos yang ia gunakan, ia gulung sampai setengah lengan atasnya terlihat. Dan pergi dari sana.
Sebelum pergi ke ruang aula, CL pergi ke kamar mandi terlebih dahulu untuk membasuh wajahnya agar terlihat lebih fresh.