Setelah puas menyantap beberapa hidangan di café, ketiganya kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah, pulang. Tapi, sebelum menuju rumah mereka masing-masing, Alex mengusulkan untuk pergi ke markas terlebih dahulu untuk mengecek tugas yang mereka dapatkan hari ini. Setidaknya kalau ada tugas baru, mereka bisa membawanya pulang dan mengerjakannya di rumah.
Setibanya di markas Alex segera memarkirkan mobil lali ketiganya langsung menuju ruangan. Karena tidak ingin mengulur waktu mereka bertiga tidak pergi menemui Mr. Graham atau Mr. Joel terlebih dahulu untuk menyapa dan sedikit berbincang, menceritakan hari pertama ketiganya bersekolah. Lagi pula saat ini semuanya sedang mengerjakan tugasnya masing-masing, jadi mereka tidak ingin mengusik.
Ternyata di atas meja mereka masing-masing sudah terdapat satu file dokumen. Dengan segera dibukanya dokumen tersebut dan ditelisiknya setiap tulisan yang tertera di atas lembar putih tersebut.
Beruntung ternyata itu adalah dokumen yang telah mereka kerjakan beberapa hari yang lalu. Jadi, ketiganya menyimpan dokumen tersebut di rak yang telah tersedia disana dan segera pergi dari sana.
"Ah akhirnya bisa tidur siang.", ujar Alex sambil merenggangkan tubuhnya.
"Alah lo kalo tidur kagak kenal waktu juga. Kalo ga tidur siang malah tidur sore trus kebablasan sampe malem.", pungkas LJ sedikit sinis.
"Y-ya kan namanya juga capek.", Alex menggaruk tengkuknya yang tidak gatal tersebut.
"Yi kin niminyi jigi cipik. Halah!", ledek LJ.
"Yeu!", merasa tidak terima, Alex melayangkan kepalan tangan ke arah LJ.
"Dah, banyak bicara ya!", kini giliran CL yang membuka suaranya.
Alex dan LJ masih saja bertengkar layaknya kucing dan anjing. Sedangkan CL hanya memutarkan bola matanya malas melihat keributan antar saudara tersebut.
Drrt drrt
LJ segera mengeluarkan ponsel nya ketika benda pipih persegi panjang itu bergetar disakunya. LJ menghentikan langkahnya saat membaca nama orang yang mengirim pesan tersebut. Tanpa pikir panjang ia langsung membuka pesan tersebut.
Pandangannya menajam, alisnya tertekuk, dan dahinya mengerut begitu saja saat membaca pesan tersebut.
"WOI KUTIL BADAK!"
LJ hampir saja menjatuhkan ponsel nya ketika teriakan nyaring tersebut.
"Apa sih, ngagetin aja lo setan!", ujar LJ ganas.
"Lo kenapa tiba-tiba berenti?", tanya Alex.
"Emang kenapa? Ga boleh?"
"Enggak sih. Lu baca apaan sih sampe berenti gitu?"
"Kepo banget!"
"Berisik banget sih lo pada dari tadi, udah tau sekarang yang laen pada kerja. Lo bedua malah berisik.", ujar CL menengah keduanya.
"Dia duluan!", Alex menyalahkan LJ.
"Dih kok gua, udah jelas tadi lu duluan yang teriak!", LJ tidak terima.
"Lagian lo malah diem di tempat, dipanggil panggil juga ga jawab."
"Ya suka suka gua dong!"
CL yang melihat keduanya malah semakin berisik hanya bisa menahan amarah. Ingin sekali rasanya ia menebas kepala kedua sahabatnya ini.
"AARGH!", LJ dan Alex refleks berteriak saat CL dengan tiba-tibanya menarik rambut mereka berdua.
Ya, CL menjambak rambut kedua sahabatnya yang sedari tadi hanya bisa bertengkar tanpa belas kasihan. LJ dan Alex hanya bisa mengaduh kesakitan karena tarikan CL di rambut mereka tidak main-main, rasanya kulit kepala mereka ingin sobek.
CL menyeret keduanya sampai di depan mobil.
"Lepas woi sakit!"
Akhirnya CL melepaskan tarikan di rambut keduanya.
"Sakit bego!", ucap LJ mengusap kepalanya.
"Lagian udah dikasih tau baik-baik malah ngelunjak!"
CL mengambil ancang-ancang ingin meninju, membuat LJ dan Alex refleks mengarahkan kedua tangannya untuk menutupi bagian depan mereka. Tapi, CL tidak melakukan hal tersebut karena ia masih mempunyai hati untuk meninju kedua makhluk yang berada di hadapannya saat ini.
"I-iya maaf.", ujar LJ dan Alex bersamaan sambil sedikit menundukkan kepala.
"Dah lah cepet buka mobilnya. Darah tinggi gua lama-lama!", titah CL.
Alex dengan segera mengeluarkan kunci mobil dan membuka pintu mobilnya. CL memutar arah untuk duduk di tempatnya.
"Eung, kalian duluan aja. Gua ada urusan!"
CL dan Alex menghentikan langkahnya untuk masuk.
"Urusan apaan?", tanya CL.
"Ada deh pokoknya. Udah kalian duluan aja, bye!"
LJ berlari berlawanan arah, menjauhi keduanya.
Kedua anak yang tadinya ingin memasuki mobil kini menatap LJ dengan tatapan heran. Tidak ingin ambil pusing, keduanya langsung saja melanjutkan aktivitas yang tadi tertunda, masuk ke dalam mobil.
Mobil itu langsung saja meninggalkan area markas dan LJ yang entah akan pergi kemana.
Dua puluh menit kemudian Alex dan CL akhirnya sampai di rumah CL. CL keluar dari mobil tetapi tidak dengan Alex.
"Ga mau masuk dulu?", tanya CL sambil menyenderkan diri ke mobil.
"Ga, gua mau tidur."
"Cih tidur mulu lo."
"Bodo."
"Yodah, thanks!", CL menegapkan dirinya kembali.
"Sama-sama, gua balik ya!"
"Be careful."
"Always. Bye!"
Alex menutup jendela mobil yang tadi ia buka agar ia bisa mendengar apa yang dikatakan CL lalu pergi dari sana. Ia ingin segera mengistirahatkan tubuhnya diatas kasur yang empuk.
~~
Di ujung kota terlihat sebuah gedung yang cukup sederhana. Setiap sudut dari gedung tersebut banyak penjaga berseragam hitam dengan sebuah senjata panjang di tangannya. Gedung tersebut sangat sulit dijangkau, bahkan pelacak handal pun akan kesulitan menemukan lokasi gedung tersebut berdiri.
Seorang perempuan dengan santainya berjalan menuju sebuah ruangan. Tatapannya terlihat santai tetapi sangat mengintimidasi. Banyak penjaga yang berdiri disepanjang jalannya.
Saat sampai di depan ruangan yang ia tuju ada satu penjaga yang membungkukkan tubuh hormat lalu membukakan pintu ruangan tersebut. Orang-orang yang duduk di ruangan tersebut seketika berdiri saat perempuan itu memasuki ruangan.
Sosok perempuan itu langsung menuju kursinya yang sudah menjadi tempatnya. Dia mendudukkan diri dan menyuruh orang-orang tersebut untuk duduk kembali.
"Ada apa kalian memanggilku? Apa kalian sudah mendapatkan apa yang ku suruh?", tanya perempuan tersebut dengan nada yang santai.
"Ya nona. Kami telah mendapatkannya.", ucap salah satu pria kemudian memberikan sebuah berkas yang berisikan beberapa lembar kertas putih ke sosok perempuan itu.
Perempuan itu mengambil berkas tersebut dan membacanya. Senyuman miring perlahan-lahan terbentuk di wajahnya saat membaca berkas tersebut.
"Kerja bagus. Tetap awasi, karena mereka bermain terlalu pintar sampai aku pun tidak tahu bahwa salah satu dari mereka sudah menyusup perlahan.", titahnya.
"Baik nona."
"Kalau begitu kalian boleh bubar."
Orang-orang tadi segera berdiri dan membungkukkan badannya ke arah perempuan itu lalu pergi dari sana. Kecuali ada satu orang yang masih menetap di tempatnya.
"Bagaimana hari-hari mu berada disana?", tanya orang tersebut.
"Ya seperti biasanya. Berlatih, mengerjakan dokumen, rapat, dan lainnya layaknya seorang karyawan."
"Kau tidak terlihat seperti seorang bos mafia jika bersama mereka."
"Seperti yang kau tahu, mereka adalah anak remaja pada umumnya sedangkan aku tidak. Mereka dibesarkan dengan kasih sayang orang tua, sedangkan aku tidak. Jadi, jelas aku harus menyesuaikan sikapku dengan mereka."
"Ya ya ya aku tahu itu.", ucap orang tersebut lalu tersenyum.