Bara terkekeh pelan. "Kenapa, Sayang?"
Pradita terdengar seperti yang sedang merajuk. "Kamu mah gitu ih. Aku udah duduk nih. Oops. Suara aku kekencengan kayaknya."
"Kamu seneng ya aku telepon?"
"Iya. Aku nungguin kamu telepon dari tadi siang. Kamu gak SMS aku lagi. Gimana, gimana? Kamu udah ketemu sama nenek kamu belum?" tanya Pradita antusias.
"Hmmm, nenek aku udah meninggal, Yank," kata Bara.
"Hah?! Serius!" seru Pradita. "Aduh, Bara aku ikut sedih. Terus jadi gimana? Kamu gak bisa ketemu sama mama kamu dong."
"Udah kok. Hari ini aku udah ketemu sama mama aku," kata Bara dengan nada tanpa emosi.
"Wah, kok bisa? Gimana ceritanya?"
Bara mendesah. Ia mulai merasa tidak yakin untuk menceritakan segalanya pada Pradita tentang keluarganya yang sebenarnya. Bukan karena ia tidak percaya pada Pradita, tapi ia merasa malu.
Betapa keluarga sangat kacau balau. Bara jadi bingung bagaimana ia menceritakan semuanya pada Pradita. Haruskah ia bercerita atau diam saja?
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com