webnovel

Fake Friends for Future

Setelah bersahabat 3 tahun lamanya, Rea mengaku kalau ia jatuh cinta pada Al, sejak awal menatapnya di rooftop kampus. Pada dasarnya, pasangan sahabat jadi cinta sudah menjadi hal yang sangat lumrah. Tapi, apakah Al bisa menerima Rea? Sementara selama ini, Al kerap berpaling hati dari satu wanita, ke wanita yang lainnya. Sebuah cerita sahabat jadi cinta, yang tidak semulus seperti dalam cerita novel, sinetron, maupun film layar lebar. Inilah, cerita sahabat jadi cinta yang sesungguhnya .... Selamat menikmati karya terbaru saya ^.^ Salam hangat, dari Between Him and Us

Ajengkelin · perkotaan
Peringkat tidak cukup
232 Chs

Fake Friends

"Aku sudah tidak memiliki hubungan apapun lagi dengan Rega, sejak kemarin sore. Aku melihat Rega meposting foto seorang perempuan yang tidak aku kenal dan ia privasikan dariku. Namun aku mendapatkan foto itu dari Grey. Awalnya Rega memang izin ingin pergi bertemu dengan teman-teman lamanya. Tapi … jika memang tidak ada yang spesial antara ia dengan perempuan itu, untuk apa ia memprivasikannya dariku?"

Deg!

Ferdinan dan Aldy kembali saling bertatapan.

'Luar biasa … ini adalah kesempatan emas bagi Aldy untuk dapat merebut hati Rea!' batin Ferdinan serasa ingin melompat karena kegirangan.

"Jadi … kamu sudah putus dengan Rega?"

***

Cheers!!!

Rea, Ferdinan dan Aldy mengangkat gelas mereka dan kemudian bersulang. Meski hanya dengan air soda, namun mereka bertiga bertingkah layaknya orang-orang dari Barat yang kerap meminum minuman beralkohol dengan sedikit mabuk.

"Soda nya bisa membuat aku mabuk," ujar Ferdinan berbicara dengan lunglai.

"Sudah bermain-mainnya. Sebentar lagi pesanan kita datang," gerutu Aldy menepuk bahu Ferdinan.

"Ah, aku benar-benar mabuk ini," sanggah Ferdinan, tidak ingin dianggap hanya meminum air soda saja. "Aku ingin mabuk agar berani mengutarakan sesuatu yang sulit untuk dikatakan. Apa kamu tidak ingin mencobanya?" tanya Ferdinan kepada Aldy. Sepertinya Ferdinan menantang Aldy untuk berpura-pura mabuk agar berani mengutarakan isi hatinya kepada Rea.

"Untuk apa?"

"Siapa tahu ada yang ingin kamu sampaikan, tapi … tertahan di dalam hatimu," tutur Ferdinan, sembari menunjuk dada Aldy.

Aldy melirik pada Rea yang tersenyum kepadanya.

"Sudah, makan saja dulu," ujar Aldy, berusaha membuat Ferdinan tidak bertingkah lagi.

"Sudah Ferdinan, kita makan dulu, baru mabuk lagi. Hahaha … aku juga ingin pura-pura mabuk, nih," sambung Rea, meminta Ferdinan melanjutkan tingkahnya nanti saja setelah selesai makan.

Mereka bertiga akhirnya memilih untuk menyantap sate yang telah dipesan dan menikmati kebersamaan mereka bertiga, setelah sekian lama sulit untuk pergi bertiga seperti itu, karena Aldy yang terlalu sibuk dengan gadis-gadis incaran yang ternyata hanya untuk pura-pura saja.

Mereka menghabiskannya dengan cepat, layaknya sedang mengikuti lomba makan. Mereka tidak sabar ingin menikmati air soda layaknya menikmati wine. Ferdinan yang lebih dulu selesai makan dan segera menuangkan soda kembali ke masing-masing gelas mereka.

"Habiskan cepat, kita mulai permainannya!" perinta Ferdinan, seperti tidak sabar.

"Siapa yang bilang kalau selesai makan kita akan bermain?" tanya Aldy, sepertinya ia tidak tertarik dengan permainan yang akan dimainkan oleh Ferdinan.

Ferdinan menarik Aldy dan mendekat pada telinganya.

"Bodoh! Aku membantumu agar kalian bisa segera pendekatan!" gerutu Ferdinan berbisik. Ia memiliki niat yan baik, yakni membantu Aldy agar bisa dekat dengan Rea yang baru saja putus cinta itu.

Aldy melirik pada Rea, berharap Rea tidak mendengar apapun yang dikatakan oleh Ferdinan barusan. Ia memilih untuk menuruti permintaan Ferdinan agar tidak terus-terusan disudutkan.

"Oke, aku akan ikut permainannya, jika Rea juga ikut," ujar Aldy, kini menoleh pada Rea seperti menantang.

"Siapa takut?!" balas Rea, memajukan posisi duduknya.

Ferdinan tersenyum melihat kedua temannya yang berambisi untuk ikut mempermainkan permainan konyolnya itu. Pura-pura mabuk dengan meminum air soda.

"Baik, aku yang pertama, yang akan memulainya," ujar Ferdinan, menengguk setengah gels air soda dan memejamkan matanya, seolah merasakan rasa tidak enak pada minuman itu. "Jadi, sebenarnya aku sudah bosan dengan Grey. Aku ingin mencari pasangan baru—"

"Gila ya kamu?!" bentak Rea tiba-tiba. Ia terkejut ketika Ferdinan mengutarakan isi hatinya yang ternyata ingin berselingkuh.

"Bukankah kamu pernah berkata kalau kamu tidak ingin selingkuh?" tanya Aldy, masih ingat dengan perkataan Ferdinan tadi siang.

"Siapa yang ingin selingkuh? Aku belum selesai bicara. Aku memang memiliki niat untuk berselingkuh, tapi sayangnya … aku sangat mencintai Grey."

Rea dan Aldy menggelengkan kepalanya Ia kesal pada Ferdinan yang sudah mempermainkan emosinya.

"Siapa selanjutnya?"

"Aldy dulu, baru aku," pinta Rea memberikan signal kepada Aldy untuk melakukannya duluan.

Tanpa menjawab iya atau tidak, Aldy segera menengguk air soda dalam gelasnya hingga tak tersisa dengan pandangan yang masih mengarah pada Rea.

"Katakan apa yang ada dalam benakmu, Al. Anggap saja kamu sedang mabuk dan tidak sadar dengan apa yang kamu katakan!"

"Aku pernah menyukai seseorang … dan hingga kini masih menyukainya. Aku rela kembali tinggal di kota ini dan pergi lagi ke luar kota, lalu kembali lagi ke kota ini hanya untuk mencari tahu keberadaanya dan bisa bertemu dengannya lagi," tutur Aldy, masih melihat Rea tanpa mengerjap.

"Wow … apakah itu cinta pertamamu?" tanya Ferdinan, menggoda.

"Bukan. Tapi seseorang yang mampu membuatku berani menjadi fake friends untuknya."

Deg!

Rea merubah raut wajahnya. Ia memalingkan pandangannya karena Aldy tidak berpaling darinya sama sekali. Entah mengapa ia merasa disudutkan, padahal yang dimaksud oleh Aldy bukanlah dirinya.

"Apa kami mengenal perempuan itu?" tanya Ferdinan lagi, seolah meminta clue dari Aldy.

"Sudah, sekarang giliran Rea," ujar Aldy mengalihkan pembicaraan.

'Memang bodoh temanku ini! Diberi kesempatan untuk mengutarakan perasaannya pada Rea, ia malah mengakhiri cerita dengan menggantungnya seperti ini,' batin Ferdinan menggerutu.

Rea mengangguk, ia segera menengguk air soda tersebut hingga habis dan kembali menuangnya lagi dengan porsi yang sedikit lebih banyak.

"Rea, sudah."

"Aku hanya ingin lebih mabuk lagi," balasnya kemudian menengguk minuman itu.

Ferdinan dan Aldy menurutinya dan menanti pengungkapan isi hati Rea. Mungkin Rea akan bercerita mengenai Rega atau ingin meluapkan emosinya karena telah mengakhiri hubungannya dengan Rega yang berselingkuh darinya.

"Apa yang ingin kamu ungkapkan, Rea?" tanya Ferdinan tidak sabaran.

"Aku menyukai Aldy," jawab Rea.

Deg!

Ferdinan menganga mendengar ucapan Rea yang sebegitu lantang dan beraninya.

Begitupun dengan Aldy yang diam dan membesarkan matanya melihat Rea.

"R—rea … minum lagi, ya. Lalu katakan terus terang, jangan main-main seperti ini," pinta Ferdinan, menuang kembali air soda untuk Rea.

"Aku tidak perlu berpura-pura mabuk untuk mengatakan ini, Ferdinan. Aku bukan seorang pengecut yang harus berpura-pura menjadi seorang pemain, berganti pasangan, dan menjadi fake friends hanya untuk bisa dekat dengan seseorang yang disuka," sanggah Rea menuturkan isi hatinya yang sesungguhnya.

"Re—"

"Jika suka, mengapa harus diam?" tanya Rea.

"Kenapa kamu bertanya padaku?! Yang menyukaimu itu Aldy, bukan aku," gerutu Ferdinan karena sejak tadi Rea selalu melihat dan bicara kepadanya, sama sekali tidak melihat Aldy. "Aldy, kenapa kamu hanya diam saja?!"

"Aku harus pulang, antarkan aku Ferdinan," pinta Rea, beranjak dari tempat duduknya.

"R—rea—"

"Biar aku yang mengantarmu," sahut Aldy.

"Aku meminta Ferdinan untuk—"

"Aku hanya tidak ingin menyi-nyiakan lagi orang yang sudah bertahun-tahun aku perjuangkan, Rea. Mohon bantuannya."