webnovel

bab 10

Vanilla kembali ke hotel tempat setelah jam makan malam, tubuhnya sudah lelah dan ia ingin istirahat. ketika sudah memasuki kamar, alangkah terkejutnya ia saat melihat Devano tidur satu ranjang dengan intan dalam keadaan tanpa busana. keduanya hanya tertutup selimut tebal, dengan nafas menggebu-gebu Vanilla mengambil ponselnya. memotret keduanya beberapa kali. lalu berjalan mendekati ranjang, setelah itu Vanilla mengambil ponsel Devano. memotret keduanya lalu mengirimkan pada orang tua Devano. dalam pesan itu Vanilla juga mengirimkan foto selfi dirinya yang menampakkan bagian belakang dirinya ada Devano dan intan.

Tanpa menunggu lama Vanilla menarik selimut yang menutupi keduanya dengan kasar. matanya menatap marah pada Devano dan juga intan yang benar-benar tidak tau malu.

"kurang ajar kalian berdua." teriak Vanilla kencang membuat keduanya terbangun

plakk

plakk

"dasar Jalang, gue gak nyangka ya. ternyata lo serendah itu" marah Vanilla setelah menampar kedua pipi Intan keras

"Vanilla stop." peringat Devano

"diaaam. lo laki-laki brengsek yang pernah gue temuin Devano, dan wanita sialan ini. dia harus diberikan pelajaran" marah Vanilla, tangannya menyeret Intan yang tidak mengenakkan apapun agar turun dari ranjangnya

brukk

Vanilla tersenyum senang melihat intan berusaha menutupi tubuhnya yang kini terjatuh ke bawah ranjang. hal itu membuat Devano terkejut karena Vanilla benar-benar berbeda dari biasanya.

"Vanilla!" teriak Devano marah

"apa? lo mau marah? yang berhak marah disini gue, karena dia udah berani tidur di kamar ini. dan dia bahkan berhubungan intim sama suami gue." teriak Vanilla penuh amarah

"dasar gak tau diri, lo yang harusnya malu karena Devano pacar gue. dan udah seharusnya dia ngelakuin hubungan intim sama gue bukan sama lo." ujar Intan berusaha menyadarkan Vanilla

bukannya merasa malu, Vanilla malah tersenyum miring pada Intan. ia kembali mendekati Intan dengan tersenyum miring yang terlihat jelas meremehkan wanita itu.

"oh ayolah, dimana-mana posisi wanita yang sudah di nikahi lebih tinggi daripada pacar yang hanya untuk ditiru. posisi gue lebih tinggi dari posisi seorang pacar, lo hanyalah pemuas nafsu Devano. sedangkan gue istri yang selalu di sayang keluarga Devano. jadi harap tau posisi, jangan sok memiliki posisi tinggi padahal posisi lo nggak lebih dari sekedar jalang yang bersembunyi dibalik nama pacar." desis Vanilla

Intan merasa marah dengan yang di katakan oleh Vanilla, gadis itu benar-benar terlalu berani. melihat Vanilla kini memperhatikan Devano, intan mengambil kesempatan untuk menyerang Vanilla.

bukkk

"ups, maaf kaki gue butuh peregangan." ujar Vanilla setelah berhasil menendang perut Intan yang akan menyerangnya

"Vanilla." geram Devano

"oi, stop stop. pake baju dong sayang, aku belum siap liat pedang kamu yang gak steril itu." ujar Vanilla sambil sedikit terkekeh melihat kemarahan Devano dengan sikapnya yang begitu berubah

Vanilla berjalan menuju pintu, lalu berteriak dengan keras membuat Devano dan juga intan panik melihat apa yang Vanilla lakukan. gadis itu juga menangis histeris saat ada beberapa orang datang menuju kamarnya.

ternyata Vanilla mengatakan jika suaminya di goda oleh seorang jalang dan mereka melakukan hubungan intim. Vanilla sengaja melakukan itu agar Intan dibawa pergi oleh para penjaga hotel. bahkan Vanilla juga membiarkan intan dibawah tanpa mengenakkan pakaian, hanya dibungkus dengan selimut. untungnya ia sempat membuang baju milik intan ke dalam tong sampah. Vanilla juga tidak membiarkan orang-orang itu membawa Devano karena ia harus menjaga reputasi suaminya. bagaimanapun nama baik Devano penting, karena dia seorang pengusaha yang cukup di kenal.

sekarang hanya tinggal Vanilla dan Devano berdua di kamar itu, bahkan tanpa rasa takut Vanilla mengunci pintu kamar. kini matanya Devano dengan tatapan mengejek.

"cih, gak bermodal. harusnya kalo mau melakukan hubungan badan di kamar lain, bukan di kamar ini." ejek Vanilla

"lo udah kurang ajar Vanilla. berani-beraninya lo mempermalukan gue sama intan kaya gini." geram Devano

"stt, sayang. udah bagus gue gak biarin lo dibawa sama mereka, gue juga udah berbaik hati untuk menjaga nama baik lo. harusnya berterimakasih dong sayang." ujar Vanilla terlihat seolah istri yang sudah membantu suaminya

Devano mendengus kasar mendengar perkataan Vanilla, ia bangun dari ranjang. berjalan menuju kamar mandi tanpa rasa malu meskipun tidak menggunakan apapun.

Vanilla langsung membalikkan badannya, pipinya memanas karena tidak sengaja melihat benda keramat milim Devano yang terlihat begitu jelas.

setelah Devano pergi ke kamar mandi, Vanilla Kemabli mengambil ponsel Devano. ia tersenyum menang saat melihat ponsel itu sudah terhubung panggilan dengan ayah Devano. ini akan menjadi poin plus untuk dirinya karena sudah menyelamatkan reputasi suaminya bukan?

"halo pa?" sapa Vanilla

"halo sayang, papa sama mama udah denger semuanya. kami minta maaf ya karena Devano sudah menyakiti kamu dengan membawa wanita itu. kami tidak tau kalau mereka belum berakhir." ucap mama Devano

"gak apa-apa kok ma. Vanilla juga udah tau soal intan mau kesini, tapi vanilla gak tau kalo mereka mau melakukan itu di ranjang Vanilla." adunya kesal. Vanilla benar-benar tidak terima karena intan tidur di ranjang miliknya, bahkan wanita itu dengan tidak tau malunya melakukan hubungan intim dengan suaminya

Vanilla mendengar suara pintu kamar mandi terbuka, ia segera menghampiri Devano dan menyodorkan ponselnya yang masih terhubung dengan kedua orang tua Devano. laki-laki itu melotot kaget saat melihat nama pada layar ponselnya.

"halo, Pa?" sapa Devano gugup

"kamu sungguh keterlaluan Devano, kenapa kamu membawa wanita murahan itu? apa kamu gak memikirkan perasaan Vanilla sebagai istri?" marah sang Ayah

"Pa, Ma. Vanilla mau pulang hari ini boleh?" tanya Vanilla dengan wajah yang dibuat kecewa karena perlakukan Devano

"iya sayang, gapapa kalo mau pulang sekarang. karena wanita itu ada disana juga, lebih baik kalian pulang hari ini. Papa akan minta seseorang untuk atur penerbangan kalian."

mendengar hal itu membuat Vanilla tersenyum senang, ia memang ingin segera pulang. jadi kejadian hari ini sudah membantu dirinya untuk pulang bukan.

Dengan penuh semangat, Vanilla membereskan barang-barangnya. ia tidak peduli dengan Devano yang tampak frustasi, pasti lelaki itu tengah memikirkan pacarnya. Vanilla tidak peduli dengan itu, biarkan saja Intan tetap ada di sini

"lo keterlaluan Vanilla, lo kirim foto gue sama Intan dan ngadu sama orang tua gue. gue akan balas semua itu. " desis Devano marah

"gue cuma melakukan apa yang harus gue lakukan sebagai istri, yaitu melindungi suami gue dari godaan wanita ular itu. lagian lo udah dapat tubuhnya, bagus kan kalo dia segera pergi. biar gak jadi pengganggu." ujar Vanilla tanpa rasa takut