webnovel

bab 9

Vanilla menatap kesal pada Devano yang terlihat begitu asyik dengan selingkuhannya. wanita bernama Intan itu baru saja sampai di sanghai dan langsung menemui Devano. karena keberadaan Intan, Vanilla sekarang hanya bisa diam menatap keduanya.

"huh, aku bener-bener gak bisa jauh dari kamu tau." rengek Intan dengan nada manja

"ini kan kita udah deket, bahkan kamu duduk tepat di samping aku sayang." ujar Devano sambil mengelus lengan Intan

"ck, sialan. gue jadi nyamuk!" umpat Vanilla begitu pelan

jengah dengan pemandangan di depannya, Vanilla memilih untuk pergi keluar tanpa berpamitan pada Devano. ia butuh waktu untuk menikmati liburannya dan menghilangkan rasa kesalnya karena Devano.

"kurang ajar si Devano, kenapa dia malah ajak pacarnya ke kamar hotel tempat dia sama gue sih. kenapa gak cari tempat lain aja?" dumel Vanilla, ketika sudah ada di luar hotel

dengan kekesalan yang amat besar, Vanilla terus berjalan tanpa arah. sampai seseorang memanggilnya dari sebrang jalan.

"hai Vanilla?" sapa Veer

"hallo." balas Vanilla dengan wajah lesu

"apa ada yang terjadi?" tanya Veer, sadar dengan sikap Vanilla yang berbeda dari kemarin saat mereka pergi bersama

"cuma lagi badmood aja," ujar Vanilla

"kamu bertengkar dengan pacar mu?" tanya Veer menebak

huh

Vanilla membuang nafas kasar mendengar kata pacar, ia jadi ingat dengan Devano yang terlihat begitu asik dengan pacarnya tadi. dan itu membuat moodnya menjadi semakin buruk.

"jangan bahas dia, lebih baik ayo temani aku pergi jalan-jalan." Vanilla menarik tangan Veer agar ikut dengannya

Veer hanya menurut, lelaki itu diam-diam tersenyum melihat tangannya yang masih di gandeng oleh Vanilla. bukankah ini hal yang memberuntungkan?

keduanya pergi ke salah satu mall yang ada disana untuk bersenang-senang. senyum dan tawa kegembiraan terlihat begitu jelas pada keduanya. Vanilla benar-benar menikmati kebersamaannya dengan Veer, bahkan ia dengan senang hati bermain game. padahal Vanilla sangat tidak suka bermain game apalagi di mal seperti sekarang ini.

setelah puas bermain, Veer membawa Vanilla persegi ke toko-toko lainnya yang ada di mall. sekarang mereka ada di toko kacamata, disana ada begitu banyak kacamata yang lucu-lucu. Vanilla mengambil satu kacamata berbentuk konyol lalu memakai, Veer yang melihat itu langsung tertawa melihat tingkah Vanilla yang lucu.

gadis itu juga tak lupa mengambil satu kacamata dengan hidung besar, sama seperti milik Spongebob. Vanilla pakaikan kacamata iti untuk Veer dengan sedikit memaksa, lalu ia mengambil foto bersama. Veer yang melihat wajahnya tampak begitu aneh malah tertawa.

"haha jelek banget." tawa Vanilla melihat Veer yang tampak begitu konyol dengan kacamata pilihannya

"ayo beli." ajak Veer

"eh, buat apa?" tanya Vanilla terheran

"buat kenang-kenangan, siapa tau nanti kita jadi teman baik kedepannya." jawab Veer sambil tersenyum manis

"oke, ayo beli yang sama sekalian biar kaya Spongebob sama Patrick." ujar Vanilla

keduanya pun membayar dua kacamata masing-masing, Vanilla bukan wanita yang suka di bayari jadi tidak mungkin dia akan menerima paksaan Veer. meskipun Veer terus mengatakan ingin membayar semuanya untuk salam pertemanan mereka.

"ayo ambil foto." ajak Veer penuh semangat

"oh, ayo." Vanilla kembali memakai kacamata miliknya sama seperti Veer

setelah mendapat beberapa kali foto yang dirasa cukup bagus, mereka melanjutkan untuk pergi ke tempat lain.

ketika asik berjalan bersama, keduanya tak sengaja berpapasan dengan Devano yang juga tengah ada disana bersama dengan kekasihnya Intan.

Vanilla mengalihkan tatapannya pada Devano yang menatapnya datar, dadanya sesak melihat tangan Devano bertengger manis di pinggang intan. terlebih wanita itu juga merangkul pinggang Devano mesra.

"heh, cuma temen yang baru ketemu." sinis Devano

Vanilla yang mendengar itu hanya diam tak ingin membalas sindiran Devano, karena Veer hanya teman yang baru ia temui. jadi kenapa Vanilla harus merasa bersalah atau takut? toh, Devano lebih parah. lelaki itu mengundang kekasihnya ke acara bulan madu mereka, bahkan tidak sungkan saling mengumbar kemesraan didepan umum.

"duh sayang, ternyata istri kamu murahan ya. pantesan dia gak marah liat kita mesra-mesraan, orang ida jalan sama laki-laki lain juga." sindir Intan

"jaga ya mulut lo, gue bukan wanita murahan seperti lo yang tidak tau malu datang ke acara bulan madu seseorang." balas Vanilla

"cih, orang Devano yang ngajak. lagian gue udah ada si sisi Devano sebelum lo datang. jadi jangan sok," ujar intan merendahkan Vanilla

"wanita gila." dengus Vanilla, lalu segera pergi meninggalkan Devano bersama intan. tak lupa ia menggandeng tangan Veer untuk pergi dari sana

hal itu membuat Devano kesal sekaligus marah, bisa-bisanya Vanilla bersikap acuh pada dirinya di depan laki-laki lain. dan gadis itu juga lebih dulu menggandeng tangan Veer.

mood Devano jadi hancur karena melihat tingkah Vanilla, bahkan pikirnya terus teralihkan pada gadis itu. dari kejauhan ia bisa melihat bagaimana Vanilla tertawa gembira bersama dengan lelaki lain. gadis itu juga sesekali mencubit pipi Veer karena gemas dengan tingkah laki-laki di depannya.

"sialan!" umpat Devano pelan

Intan yang sadar dengan wajah kesal Devano segera membawa lelaki itu pergi menjauh, agar tidak bisa melihat Vanilla tengah asik bersama lelaki lain. kini mereka berdua berada di salah satu tokoh baju, Intan langsung mengambil beberapa baju untuk di cocokan pada Devano. lelaki itu hanya menurut dengan yang di lakukan boleh Intan. dari wajahnya yang datar terlihat tidak berminat dengan baju-baju yang intan berikan.

"sayang, coba deh ini bagus kan?" tanya intan

"hem" balas Devano tanpa minat

"kok, hem aja sih Dev. aku udah semangat cari baju-baju yang cocok buat kamu, kenapa kamu malah gini sih." omel Intan

Devano segera mengubah mimik wajahnya berubah menjadi tersenyum dan melembut.

"iya bagus, sini biar aku coba bajunya." ujar Devano sambil tersenyum

melihat Devano Kemabli seperti biasanya, intan dengan semangat memberikan baju yang di pilih pada Devano. setelah Devano masuk ke dalam ruang ganti, intan menghilangkan senyum di wajahnya. tangannya terkepal kuat mengingat Devano yang fokus pada Vanilla.

"gue harus menghabisi Vanilla. dia bisa jadi penghalang dalam langkah gue mendapatkan Devano seutuhnya." gumamnya penuh amarah

"ini kayaknya cocok deh sama aku, gimana kalo ini?" ujar Devano yang baru keluar dari ruang ganti

intan tersenyum manis melihat Devano sudah keluar dari ruang ganti, ia segera mendekati kekasihnya.

"iya bagus banget. makin ganteng lagi." puji Intan

"aku ambil ini aja. sekarang kita cari baju buat kamu aja ya, ayo." ajak Devano

intan mengangguk setuju. wanita itu suka berbelanja jadi kekesalannya pasti akan hilang jika sudah asik berbelanja.

selesai belanja mereka pergi makan siang, sebelum akhirnya memilih untuk kembali ke hotel. intan tersenyum menang karena Devano tak lagi kepikiran Vanilla.

senyum manis intan terpancar jelas, ia tengah merencanakannya sesuatu untuk membalas Vanilla. dengan perlahan ia membuka bajunya tanpa pikir panjang, toh ia sudah beberapa kali melakukan hubungan intim dengan Devano.

"aku rindu kamu." bisik Intan

Devano tersenyum mendengarnya, ia pun langsung membawa kekasihnya ke atas ranjang. Keduanya saling bercumbu, memuaskan satu sama lain.

"lakukan Sayang." pinta Intan

Devano mengangguk senang lalu melakukan apa yang Intan inginkan. keduanya sudah larut dalam kesenangan masing-masing, sampai tidak memikirkan perasaan Vanilla yang mungkin melihat mereka.