webnovel

Elegi Duka

Mentari Chamissya Damayanti tak pernah menyangka kalau pernikahannya bersama Adi Surya Dimitri nyatanya tak berjalan sesuai dengan apa yang dia harapkan selama ini. Surya seakan dengan sengaja membangun tembok pemisah yang akan sulit untuk Mentari robohkan. Mampukah Mentari bertahan dengan sikap dingin nan angkuh sang suami? Apakah Mentari bisa sepenuhnya bertahta di hati lelaki yang telah berikrar sehidup semati dengannya di hadapan penghulu? IG Author: @cerita.alwa

ALWA1196 · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
202 Chs

Apakah Akan Menyerah?

"Aku kaget aja, Mas," kilah Mentari dengan nada yang terdengar cukup menaruh prihatin.

Surya maupun Mentari sama-sama terdiam tak ada di antara mereka yang mau membuka suara terlebih dahulu. Sampai pada akhirnya, "Kamu kalau mau melanjutkan karirmu sebagai pengacara di sini aku siap dukung kok." Ucapan yang terlontar dari mulut Surya membuat Mentari ambigu. Bukan apa-apa sih sebenarnya, tapi Mentari sudah terlanjur untuk menandatangani kontrak dengan salah satu Firma Hukum di Yogyakarta. Jika Mentari membatalkan hal tersebut, maka biaya yang harus dibayar cukuplah besar.

Surya sepertinya mengerti kalau saat ini, Mentari sedang gamang hatinya. Surya juga tak tahu bagaimana bisa Surya seakan memiliki empati tinggi pada wanita yang selama ini tak terlalu dekat dengannya.

"Are you okey?" tanya Surya karena dia merasa ada yang tak beres dengan wanita ini.

Karena tak kunjung mendapat jawaban akhirnya Surya memutuskan untuk mengulang tanyanya. "Aku sudah terlanjur tanda tangan kontrak dengan salah satu Firma Hukum di sini, Mas," cicit Mentari. 

"Ya … tinggal batalkan saja. Apa susahnya coba?" Mentari terkesiap mendengar ucapan Surya.

"Mas--"

"Biaya penalti? Aku yang bayar!" sergah Surya. Semakin lama, Mentari seperti tak mengenali kekasihnya saja, padahal dahulu Gerhana begitu gencar untuk mengajari Mentari caranya bertanggung jawab. Gerhana selalu berkata seperti ini, "Yang sulit itu bukan memilih, tapi bertahan pada pilihan kita."  

"Tau ah." Mentari lalu memutuskan sambungan telepon mereka secara sepihak manakala yang diberikan oleh lelaki itu bukanlah solusi melainkan jalan menuju masalah baru.

~~~ 

40 hari kemudian ….

"Gita, yang mau di lamar kakakmu, tapi kenapa kamu yang menegang, sih?" tanya Alika.

Ketegangan yang sedang dirasakan oleh Gita bukan tanpa alasan. Tentu saja itu memiliki alasan yang sangat kuat kenapa sampai begini. 

Setelah kecelakaan yang merenggut nyawa almarhum Adi Gerhana Dimitri dan setelah kembaran dari almarhum yakni Adi Surya Dimitri menggantikan posisi Gerhana ini adalah pertemuan perdana mereka. 

Gita takut saja kalau Mentari mengetahui kalau yang akan melamarnya bukanlah Gerhana melainkan Surya. Pasti hati dari wanita yang memiliki dua manik mata jernih tersebut akan merasakan sakit yang teramat perih. Apalagi jika mengetahui kalau pria yang Mentari harapkan menjadi suaminya itu telah berpulang menghadap sang pencipta. 

"Nggak kok, Ma." Namun, jawaban yang diberikan oleh Gita tidak serta merta membuat Alika menaruh percaya pada apa yang dikatakan oleh putri semata wayang.

Sebelah tangan Alika lalu terulur mengelus rambut sang putri dengan sangat lembutnya. "Mama ini yang mengandung kamu, berbagi perasaan juga makanan dengan kamu selama di kandungan, mama yang bertaruh nyawa agar kamu bisa melihat dunia. Apa yang kamu rasakan itu juga yang mama rasakan, akan selamanya seperti itu, Nak." 

Diamnya Gita saat ini Alika anggap sebagai pembenaran kalau saat ini sang putri semata wayang sedang tidak dalam keadaan yang baik-baik saja.

KREK~~~

Pintu kamar Gita terbuka tanpa persetujuan dari sang empu terlebih dahulu. "Ada apa, Pa?" tanya Gita pada Rangga Pramudya, papanya, cinta pertama untuk Gita dan cinta kedua untuk Mentari.

"Mas Dimitri dan keluarga sudah dekat katanya."

DEG~~~

Bisakah untuk saat ini seorang Gita Ariyani memiliki kekuatan layaknya tokoh Krisna dalam serial Mahabarata? Gita sungguh ingin memiliki kemampuan tersebut.

"Git, kamu temani kakakmu ya, Nak?" Untuk sejenak Gita menghela napas dalam-dalam untuk sedikit saja melapangkan rongga dadanya yang sekarang seolah sedang terimpit oleh beban yang lumayan berat. 

"Iya, Ma," jawab Gita dengan kedua garis senyum yang dia paksa untuk dilengkungkan.

Rangga juga Alika turun untuk menyambut calon besan sedangkan Gita diberikan amanah untuk mendampingi Mentari sampai waktunya wanita tersebut menemui sang calon suami.

Ternyata bukan saja Alika yang bisa melihat ada gurat menegangkan di wajah Gita, Mentari pun bisa merasakan kalau saat ini ada hal yang sedang dikhawatirkan oleh sang adik. 

"Git, kamu kenapa sih?" Pertanyaan dan sentakan kecil yang diberikan yang diberikan oleh Mentari sukses membuat Gita teralihkan atensinya.

"Nggak kok," jawab Gita dengan cepat.

Respon dadakan yang diberikan oleh sang adik membuat Mentari yakin kalau ada hal yang sedang ditutupi oleh Gita saat ini. Bukannya Mentari tak menaruh sedikit saja rasa peduli pada kekasih dari Adi Badai Dimitri.

Namun, Mentari saat ini juga sedang berselimutkan rasa tegang yang maha dahsyat. Baru lamaran saja dia sudah menegang seperti ini apa kabar nanti jika dia tiba harinya untuk ijab qabul.

"Kak … kalau nanti di tengah jalan pernikahanmu dan Kak Gerhana nggak sesuai dengan ekspektasimu kamu bakalan menyerah nggak?" 

Mentari yang saat ini masih asyik berputar-putar di hadapan cerminnya hiasnya sontak teralihkan saat mendengar pertanyaan yang sang adik.

"Menyerah? Bercerai maksudmu?" Mentari berusaha untuk meyakinkan dirinya agar dia tak salah mengartikan maksud ucapan sang adik. Karena dalam kacamata perdata jika rumah tangga tak bisa lagi diselamatkan maka jalan akhirnya yang harus ditempuh ada perceraian entah itu dari pihak suami ataupun istri yang mengajukan terlebih dahulu.

Bersambung ….