webnovel

Akhir pertarungan

Arya menatap tidak percaya pada Leo yang masih saja bisa berdiri, meskipun sudah menerima luka yang cukup parah dari pertarungannya dengan wanita yang saat ini berada di pelukan Arya. Luka yang diterima oleh Leo juga nampak akan sembuh dalam hitungan menit. Seperti penampilannya, dia benar-benar seekor monster.

"Aku tidak menyangka akan menerima luka seperti ini.."

Kata-kata keluar dari mulut Leo dapat terdengar jelas di telinga Arya, lalu menyusul kata-kata itu adalah darah. Darah segar tiba-tiba saja dimuntahkan dari mulut Leo. Sepertinya dia menerima kerusakan pada organ dalamnya.

"Itu juga adalah kata-kataku... kau lebih merepotkan dari pada penampilanmu!"

Arya kemudian mendengar suara dari wanita yang sedang dia peluk. Wanita itu kemudian dengan perlahan melepaskan pelukan Arya padanya dan mencoba berdiri kembali.

"Terima kasih, karena telah melindungiku... berkatmu Aku tidak menerima luka yang parah sedikitpun!"

Meskipun dia tidak memiliki luka yang parah pada tubuhnya, tapi sudah jelas jika dia sdah menghabiskan banyak staminanya dalam pertarungan tadi. Arya menatapnya dengan pandangan khawatir, tapi tidak mencoba untuk menghentikannya, karena Arya tahu bahwa percuma menghentikannya. Wanita itu tetap dipaksa untuk bertarung, jika dia tidak ingin dirinya dan Arya terbunuh oleh pria rubah di hadapan mereka.

Meskipun terluka parah, Leo tidak sedikitpun menunjukan tanda-tanda akan menyerah. Dia dengan perlahan menggerakan kembali tubuhnya yang penuh luka.

"Mahluk sepertimu benar-benar menyusahkan, meskipun terluka parah, kalian tetap bisa bertarung dan luka kalian akan dengan cepat sembuh."

Wanita di depannya berkata sambil menyiapkan kembali tinjunya, lalu dia menembakan kembali pukulan anginnya ke arah Leo. Kali ini tinjunya mengarah ke kaki Leo. Dengan tubuh yang sudah sangat berat untuk digerakan, Leo hanya dapat membiarkan kaki kirinya terhantam oleh pukulan angin milik lawannya dan jatuh berlutut di hadapannya. Raut wajah kesal nampak sangat jelas di wajah rubahnya.

"Bagaimana rasanya Wind Fist-ku!? Kau sudah tidak bisa berdiri lagi, kan!?"

Nampaknya nama jurus si wanita itu adalah Wind Fist. Baik Arya ataupun Leo tidak nampak terkesan sedikitpun dengan nama yang diberikan wanita itu pada jurus yang dia gunakan.

Wanita di depan Arya kemudian menumpuk angin di tinjunya, lalu melancarkan serangan tinju yang sangat kuat, tapi kali ini dia tidak mengarah pada Leo, tapi pada langit-langit yang berada di atas kepala Leo. Langi-langit yang sudah nampak rentak di beberapa bagian akibat pertarungan mereka itupun mulai berjatuhan.

"Apa!?"

Leo nampak sangat terkejut saat melihat langit-langit di atas kepalanya mulai runtuh dan menimpa tubuhnya yang sudah terluka. Arya bisa melihat dengan jelas ruangan lantai pertama dari apartemen tempat mereka berada saat ini dari langit-langit yang telah menghilang.

"Dengan begini, seharusnya dia sudah tidak bisa bergerak lagi."

Arya hanya bisa mengangguk setuju dengan perkataan wanita peri yang berdiri di depannya. Arya akan sangat terkejut jika Leo masih bisa berdiri kembali, setelah tertimpa oleh langit-langit yang sangat berat itu. Meski Arya merasa bahwa Leo sebetulnya bisa menahan reruntuhan itu, jika dia dalam keadaan sempurnanya.

Arya akhirnya bisa menghembuskan nafas lega. Sepertinya dengan ini, Arya bisa mengatakan bahwa pertarungan mereka sudah berakhir.

Arya kemudian melihat ke arah wanita yang telah menolongnya. Dia nampak sedang mencari sesuatu di sela-sela mobil yang terhempas akibat pertarungan mereka. Arya lalu teringat jika wanita itu pada awalnya mengenakan jaket, sepertinya dia sedang mencari jaketnya yang telah menghilang entah kemana akibat pertarungannya dengan Leo.

Arya kemudian menghirup udara sekelilingnya untuk membantu wanita itu menemukan kembali jaketnya. Dalam hitungan detik kemudian, Arya dapat menemukan jaketnya berada.

"Jika kau mencari jaketmu, dia berada di sebelah sana!"

Arya kemudian menujuk ke arah mana dia mencium jaket wanita itu. Si pemilik jaket melihat Arya sebentar, sebelum akhirnya mengikuti arah yang ditunjuk oleh Arya.

"Kau bisa mencium bau jaketku dari jauh... entah mengapa itu Aku tiba-tiba merasa jijik!"

Kata-kata kasar keluar dari mulut wanita itu. Arya sebetulnya tersinggung dengan perkataan wanita itu, tapi dia memutuskan untuk tidak mengatakan apapun. Bagaimanapun wanita itu telah menyelamatkan nyawanya, jadi dia tidak bisa tidak bersyukur padanya.

Begitu menemukan jaketnya, wanita itu segera memakainya dan menutupi punggungnya yang sudah tidak memiliki sayap kupu-kupu lagi. Sedangkan Arya kembali menghirup udara di sekitarnya untuk menemukan tasnya yang dia lempar entah kemana. Begitu dia menemukan bau dari tasnya, dia segera berjalan menghampirinya dan mengambilnya. Dia mengenakan kembali tas itu di punggungnya.

"Terima kasih, karena telah menolongku!"

"Iya, tidak masalah... pada awalnya Aku juga berniat untuk menghentikannya."

Setelah mengambil kembali barang-barang mereka, Arya dan wanita itu kembali bertemu.

"Kau tadi menggunakan smartphone, kan? Bisakah kau memberikannya padaku?"

"Bisa, tapi untuk apa?"

"Sudah berikan saja!"

Arya dengan ragu mengeluarkan kembali smartphone dari dalam tasnya. Beruntung bagi Arya, tasnya tidak mengalami kerusakan apapun, selain ditutupi oleh debu. Arya melihat sekilas smartphone-nya, sepertinya tidak ada kerusakan apapun yang dialami oleh ponsel yang dia menemaninya setiap hari itu.

Saat Arya akan menyerahkan smartphonenya pada wanita itu, tiba-tiba saja angin berputar-putar di sekitar smartphone-nya, lalu merusaknya dan menjadi smartphone itu menjadi serpihan rongsokan yang tak berguna.

"Apa yang kau lakukan!?"

"Apa? Tentu saja menghancurkan smartphonemu... berkat panggilanmu tadi, kemungkinan ATS sedang bergerak ke sini sangat tinggi, jadi kalau kau tetap membawa smartphone-mu, posisi bisa dilacak oleh ATS!"

"Bukankah jika Aku mematikan smartphon-ku, maka masalah akan selesai?"

Wanita di depannya berhenti bergerak selama beberapa saat, sebelum menggaruk pipinya yang tidak gatal dengan jari telunjuk kanannya. Arya masih tidak paham apa hubungan antara ATS dengan keadaan mereka saat ini, tapi jika dia ingin mereka melarikan diri tanpa dilacak, maka Arya hanya perlu mematikan smartphone-nya. Meski mereka bisa melacak keberadaannya saat dia menghidupkan kembali smartphone-nya, tapi tetap saja tidak perlu sampai menghancurkan smartphone berharganya segala.

"Ini hanya langkah pasti agar aman! Jadi kau tidak perlu marah! Mereka bisa melacakmu saat kau berada di rumah, kan? Jadi bisa bahaya jika kau menggunakan kembali smartphone-mu saat berada di rumah!"

"Kurasa itu sudah terlambar... Nomorku sudah terdaftar dengan berbagai informasiku, jadi kurasa jika polisi ingin mengetahui alamat rumahku, mereka bisa menemukannya, bahkan tanpa melacak keberadaan smartphone-ku!"

Wanita itu tidak bisa mengatakan apapun. Dia kemudian membersihkan tenggorakannya dengan batuk beberapa kali dan memberikan senyuman canggung. Arya akan berbohong jika dirinya mengatakan bahwa dia tidak marah, tapi wanita itu tetap saja telah menyelamatkan nyawanya, jadi Arya memutuskan untuk tidak terlalu mempermasalahkan smartphone-nya yang rusak. Meski ada beberapa nomor penting yang berada di smartphone-nya, tapi Arya bisa meminta Rio untuk menghubungi nomor itu, jika dia membutuhkannya. Saat Arya mendapatkan smartphone baru mungkin akan sangat lama.

"Sudahlah, kau tidak perlu membahasnya lagi, kan! Aku sudah menyelamatkan nyawamu, jadi kau bisa mengatakan bahwa kita impas!"

"Ya, Aku mengerti!"

"Eh!"

Wanita itu nampak terkejut saat melihat Arya tidak nampak marah sedikitpun. Dia biasanya mendengar bahwa akan sangat marah dan kesal saat smartphone-nya hilang atau rusak. Apakah pria di depannya tidak peduli lagi dengan smartphone-nya yang dirusak olehnya.

"Kau tidak nampak marah, apakah kau tidak peduli lagi dengan apa yang telah Aku lakukan?"

"Kalau sudah rusak mau apa lagi... bukannya Aku tidak marah, tapi bukankah ada hal yang lebih penting lagi untuk kita lakukan?"

"AH! Kau benar, kita harus cepat pergi dari sini, sebelum ATS sampai di sini!"

Wanita itu kemudian meraih tangan Arya, lalu menuntun Arya untuk segera meninggalkan area parkiran yang sudah sangat berantakan.

Pandangan Arya sempat melirik tubuh Leo yang sudah tertutup oleh langit-langit beton yang besar dan berat. Arya sangat yakin akan melihat berita heboh esok paginya tentang runtuhnya langit-langit sebuah area parkir bawah tanah dari sebuah apartemen. Bagaimanapun lubang yang tercipta di atas sana sangat mencolok.

Karena penciumanan Arya yang sudah sangat menajam, Arya juga bisa menemukan kembali mayat dari wanita yang tidak bisa diselamatkan olehnya. Dia tidak tahu apa yang membuatnya bisa menjadi mangsa dari Leo, tapi Arya tetap saja merasa sedih dengan nasib yang menimpa wanita itu.

Arya hanya bisa mengepalkan tangannya dengan sekuat tenaganya dan menggertakan gigi-giginya. Arya menahan sekuat tenaga agar air mata tidak keluar dari kedua bola matanya. Aryapun lari dari lokasi itu dengan perasaan yang campur aduk.