74. Pedang suci
"Apa yang kau katakan? "
Maxi menghentikan tangannya yang memegang pena itu setelah mendengar laporan dari tristan.
"Kuil suci Dan saintess Ariel Akan mengadakan upacara pembersihan masal di patung suci pusat kota. Yang mulia raja telah memberikan ijinnya. "
Merasakan keanehan dari tindakan kuil suci, maxi berusaha memikirkan tindakan ariel akhir-akhir ini. Wanita itu tidak mencarinya maupun mendesaknya untuk segera menikah lagi. Entah apa yang sedang direncanakan olehnya.
Saat ini kekuatan sihir penyihir hitam yang menjadi legenda itu sudah tidak ada. Kenapa mereka melaksanakan upacara pembersihan seperti itu? Apakah terdapat keanehan di Kerajaan emerland akhir-akhir ini? Ataukah ariel sedang melakukan sesuatu yang tidak pantas untuk menjebaknya?
Entah kenapa perasaan maxi menjadi tidak nyaman.
"Pangeran, pendeta mortinus vierre sicoz ingin bertemu dengan anda. "
'Pendeta suci? Untuk apa dia datang mencariku? '
Merasa sedikit curiga, kunjungan pendeta tertinggi di kuil suci itu pasti berkaitan dengan rencana pembersihan masal. Mungkin saja aku dapat menanyakan alasan kuil suci mengadakan upacara pembersihan itu.
Pendeta suci melangkah masuk kedalam ruangan pangeran maxi dengan membawa seorang bawahan kuilnya. Bawahan kuil itu memegang sesuatu yang terbungkus kain di kedua tangannya. Maxi melihat sosok Pendeta suci yang terlihat muda itu. Walaupun telah berumur ratusan tahun, wajahnya tampak tidak menua. Rambut panjang putihnya terlihat berkilau.
Pendeta mortinus adalah sosok yang sangat dihormati oleh rakyat emerland, untuk bertemu dengannya dan menerima berkatnya, para rakyat emerland harus menunggu bulan suci tiba di setiap tahunnya. Sosok penting seperti ini sekarang keluar dari kuil suci dan mengunjungi ruang kerja maxi. Ini adalah tindakan yang mengejutkan untuk maxi.
" Hormat kepada putra mahkota matahari kerajaan emerland. "
"Silahkan duduk Pendeta mortinus. Apakah ada sesuatu yang ingin anda sampaikan kepada saya hingga anda sengaja mengunjungi istana? "
Pendeta mortinus memberikan aba-aba kepada pengikutnya untuk maju dan memberikan barang yang di bawa olehnya. Setelah meletakkan benda itu diatas meja, Pendeta mortinus mulai membuka kain yang menutupi benda itu.
"I.. Ini... "
Maxi sedikit terkejut melihat benda itu.
Setelah membuka kain penutup benda itu. Pedang perak yang dihiasi gagang emas terlihat dari balik kain penutup. Dalam sekali lihat, maxi menyadari bahwa itu adalah pedang suci yang dijaga oleh kuil selama beratus-ratus tahun. Pedang yang mewarisi kekuatan dewa.
Dengan tenang Pendeta mortinus menjelaskan maksudnya kepada pangeran maxi.
" Saya ingin memberikan pedang ini kepada yang mulia. "
" Ke.. Kenapa pedang sepenting ini diberikan kepada saya? "
Seakan tidak mengerti maksud dari Pendeta suci memberikan benda seberharga itu. Pedang suci itu merupakan jantung dari kuil takdir. Selain merupakan warisan kekuatan dewa, pedang itu juga dianggap sebagai penjaga kuil dari segala kekuatan gelap.
"Saya mengerti yang mulia pangeran sedikit terkejut dengan maksud kuil suci. Seperti yang yang mulia ketahui, besok malam akan diadakan upacara pembersihan masal dari sihir hitam. "
"...sihir hitam? "
Kata sihir hitam membuat maxi menjadi bingung.
" Sesuatu telah terjadi yang mulia. "
"... "
" Seseorang yang berkaitan dengan sihir hitam telah mencuri buku takdir yang dijaga oleh kuil suci dan orang yang berkaitan dengan sihir hitam itu berada didalam kerajaan emerland. "
Mendengar penjelasan itu membuat maxi terdiam kaku. Jika memang ada sihir hitam yang masuk kedalam kerajaan emerland, maka tidak salah jika harus diadakan upacara pembersihan masal di pusat kota kerajaan. Tetapi yang membuat maxi bingung adalah kerajaan emerland yang telah dijaga oleh tower sihir di setiap sisinya. Seharusnya kekuatan penyihir hitam Farel tidak dapat masuk kedalam kerajaan emerland.
"Bagaimana bisa...? "
Maxi mengeluarkan pertayaan yang dipikirkan olehnya. Pendeta suci mengerti maksud dari pangeran maxi bahwa tidak masuk akal jika kekuatan sihir hitam dapat masuk kedalam kerajaan emerland karena kerajaan ini dijaga oleh penyihir putih dari tower sihir.
" Pelantara.. "
"... "
"Tubuh pelantara dari orang yang membuat kontrak dengan Farel. Karena itu, sihir Farel dapat masuk kedalam kerajaan ini. "
"Ini benar-benar keadaan yang serius. "
Belum selesai mempersiapkan pemberontakannya, sekarang kerajaan emerland harus berhadapan dengan sihir hitam dan penyihir kejam yang menjadi legenda. Seakan permasalahan terus menghujaninya bertubi-tubi. Maxi tidak dapat berpikir dengan jernih, terlalu banyak yang harus dipikirkan olehnya saat ini.
" Yang mulia, orang yang mencuri buku takdir itu telah mengacaukan takdir dunia ini. Oleh karena itu kita harus bersiap menghadapi situasi terburuk. "
"Bagaimana bisa seseorang mengacaukan takdir? "
Pendeta mortinus menjelaskan lebih lanjut agar maxi dapat mengerti permasalahan yang harus dihadapinya.
" Takdir di dalam dunia ini telah diatur oleh dewa dan ditulis didalam buku takdir. Buku itu memuat semua kejadian penting didalam dunia ini, karena itu kuil suci takdir bertugas untuk melindungi dan menjaga buku itu untuk tidak di baca oleh siapapun didunia ini. Agar takdir didalam dunia ini tidak menjadi kacau. Hanya Pendeta tertinggi didalam kuil suci dari setiap generasi yang mengetahui isi dari buku itu. "
"..... "
"Karena untuk menjaga takdir, meski Pendeta tertinggi mengetahui masa depan yang sangat buruk sekalipun, pendeta tidak diperbolehkan untuk terlibat mengubah semuanya. Selama ini kuil takdir tidak pernah terlibat dengan siapapun. Karena sekarang takdir telah tergeser jauh dari yang sseharusnya, kuil suci terpaksa harus meminta bantuan kerajaan untuk mengadakan pembersihan masal. "
"..... Saya mengerti. "
Maxi melihat pedang suci yang ada di depan matanya itu. Tentu saja penjelasan tentang takdir itu membuatnya sedikit penasaran dengan takdirnya sendiri. Namun bagaimanapun juga Pendeta suci tidak akan membocorkan isi dari takdir maxi kepadanya. Yang dapat dilakukan olehnya hanya menutup rasa ingin tahunya itu.
"Apa hubungannya dengan saya dan pedang suci ini? "
Maxi meraih pedang itu dengan tangannya sambil mengamati ukiran yang ada diganggangnya. Sesaat setelah memegang pedang itu, pedang itu seakan beresonansi dengannya. Seakan pedang itu memang miliknya sendiri.
" Saya tidak dapat membuka lebih banyak tentang takdir anda, tetapi pedang ini memang ditakdirkan untuk menjadi milik anda. "
"Milikku? "
Kejadian apa yang akan terjadi kedepannya hinga aku dapat memiliki pedang berharga seperti ini? Tampaknya masa depan yang akan terungkap jauh lebih rumit dari apa yang dipikirkan olehnya.
" Hanya pemegang pedang ini yang dapat menebas sihir hitam Farel. "
"..... Ada kemungkinan aku akan berhadapan dengan Farel? "
"Hanya.... Kemungkinan terburuk saja yang mulia. "
Maxi menelan ludahnya dan mulai merasa cemas. Tampaknya legenda itu akan menjadi nyata. Penyihir itu sepertinya akan bangkit kembali. Teringat kembali cerita pengasuhnya saat maxi masih kecil, ratusan tahun yang lalu seorang penyihir yang menjadi legenda, penyihir hitam yang bernama farel. Sosok menakutkan yang menghanguskan seluruh kerajaan dan mengubahnya menjadi lautan api. Sosok itu akan bangkit sekarang. Mimpi terburuk seakan telah perlahan menjadi nyata.
"Saya akan menggunakan pedang ini dengan baik. "
******************************************
Hari ini maxi datang mengunjungi Venus dengan membawa tristan bersamanya. Pangeran membawa sekeranjang buah apel dan minuman pemulih stamina untuk nya. Dengan penuh perhatian maxi mengupaskan kulit apel yang dibawa olehnya untuk Venus. Walaupun Venus telah mencoba menolaknya, maxi tetap bersikeras untuk mengupas apel itu sendiri.
Venus duduk dengan cemas melihat situasi yang terjadi di ruangannya. Wajah tristan yang terlihat tidak senang karena atasannya mengupas buah untuk rakyat jelata seperti dirinya, membuat Venus merasa sangat bersalah. Bagaimanapun juga maxi adalah putra mahkota, walaupun Venus memanggil namanya tanpa sebutan gelar, tetap saja mengupas buah untuknya itu tindakan yang tidak seharusnya dilakukan oleh pangeran. Selain itu wajah bawahan Elliot terlihat semakin menakutkan, mereka memandang sinis dari belakang pundak maxi seakan ingin membunuhnya.
'Apakah ini normal? '
Entah kenapa Venus menjadi semakin lelah melihat situasi seperti ini.
"Ng... Max"
"Kenapa? "
Maxi yang sedang mengupas apel itu memandang Venus dengan penuh senyuman.
Venus ingin meminta maxi untuk menghentikan perbuatannya sekarang juga, tetapi wajah itu terlihat sangat tulus. Seakan ditusuk oleh pisau tajam di jantungnya, Venus tidak dapat mengatakannya.
".....Tidak apa-apa "
Salah seorang ksatria bayaran yang berjaga diruangan Venus mulai membuka suaranya.
"Ehm, apakah yang mulia tidak sibuk? Seorang pangeran kerajaan memiliki begitu banyak waktu luang untuk mengunjungi wanita. Bukankah itu termasuk melarikan diri dari tanggung jawab anda yang mulia? "
Walaupun telah mencoba mengatakan dengan suara yang sopan dan tenang, wajah yang ditunjukan oleh bawahan Elliot itu sama sekali tidak terlihat tenang. Mata itu terus menatap maxi dengan tajam.
Keringat dingin mulai mengalir membasahi punggung Venus, menyadari bahwa bawahan Elliot telah mengatakan hal yang kurang sopan kepada putra mahkota. Dengan panik Venus mencoba mencari cara untuk menutupi perkataan Ksatria bayaran itu.
Sebelum Venus mencoba berbicara, maxi yang diam sambil mengupas apel itu hanya menjawab pertanyaan itu dengan tenang.
"Berapapun waktu yang terpakai untuk mengunjungi Venus itu berharga untuk dihabiskan. Walaupun harus melarikan diri dari tanggung jawab. "
Senyuman hangat menghiasi wajah maxi. Jawabannya membuat Ksatria bayaran itu tidak dapat berkata apa-apa lagi.
Mengatakan bahwa dirinya sendiri melarikan diri dari tanggung jawab itu bukan tindakan yang mudah. Venus sedikit tersentuh dengan perubahan maxi, akhirnya pengeran yang tidak mengerti apapun ini telah berubah menjadi semakin bijak. Venus merasa bangga kepada dirinya sendiri yang telah mendidik maxi dengan baik. Saat ini maxi telah menjadi teman yang dapat diandalkan olehnya.
Tidak menutup kemungkinan jika nantinya maxi dapat mengubah masa depannya, agar tragedi kematian Elliot tidak terjadi. Bagaimanapun juga maxi adalah pemeran utama didalam dunia ini.
"Saya telah pulih, anda tidak perlu terlalu khawatir max. "
"Tetap saja aku ingin melakukan hal ini untukmu Venus. "
Tristan mengerutkan alisnya, wajah datarnya terlihat jelas ketika terjadi perubahan ekspresi. Setiap maxi memuji dan melakukan sesuatu untuk Venus, alis tristan sedikit mengerut seakan tidak senang dengan tindakannya. Venus melihatnya dengan bingung dan menghela nafas panjangnya. Jika kau begitu tidak suka dengan situasi ini, harusnya kau tidak datang kemari bukan? Didalam buku takdir juga tidak dijelaskan lebih lanjut tentang sifat asli tristan van trochel.
Yang diketahui oleh Venus hanyalah perasaan tristan kepada ariel. Mungkin saja saat ini tristan telah jatuh cinta kepada ariel dan tidak suka jika putra mahkota yang terus mengunjungi Venus. Mungkin saja dia telah salah paham denganku, mungkin aku harus menjelaskan lebih lanjut tentang hubungan ku dan maxi yang tidak seperti yang dipikirkan olehnya. Aku tidak memiliki maksud untuk merusak pertunangan pemeran utama novel ini.