webnovel

Kebetulan Yang Terus Berulang

Setelah kue itu matang, mereka berdua menyantanya sambil melihat televisi berdua. Lord melihat Eira dengan penuh pertanyaan di pikirannya, tetapi hatinya ingin melihat Eira bahagia, Lord tahu menunggunya memang sangat membosankan, karena Lord juga tidak tahu kapan dia bisa bebas dari hukuman ini. Lord berpikir akan membiarkan Eira dekat dengan lelaki mana pun selagi mereka tidak kebablasan. Lord pun meneteskan air matanya saat melihat Eira yang sedang asyik makan kue dan menonton televisi di dekapannya.

"Kau kenapa Lord?" tanya Eira.

"Tidak," jawab Lord tidak ingin mengatakan apa-apa.

"Kenapa kau menangis?" tanya Eira.

"Eira, sudah waktunya kau kembali, sampai bertemu lagi Eira, aku menunggumu di sini, jangan lupa kau tunggu aku juga di sana ya," kata Lord.

"Tentu saja aku akan menunggumu dengan setia," jawab Eira sambil menganggukan kepalanya.

"Sampai jumpa!" kata Lord dan memetikan jarinya bersamaan dengan air mata yang menetes dari matanya.

Eira pun terbangun dari tidurnya, ternyata hari sudah pagi dia pun duduk bersandar ranjangnya sambil berpikir Lord sedang bertingkah aneh.

"Kenapa dia sebenarnya, apa mungkin dia mengetahuinya, tapi mengapa dia tidak marah atau bertanya, mengapa dia malah bertingkah seperti ini, dia malah membuatku jadi merasa bersalah sudah menyembunyikan semua ini," gumam Eira dan menghela nafas penyesalan.

Tak lama kemudian Ibu membangunkan Eira dengan mengetuk pintu kamar Eira.

"Eira sayang, apa kau sudah bangun? Ingatlah hari ini kau masuk kerja, cepat bangun dan bersiap makan pagi sudah siap!" kata Ibu.

"Baik Bu, aku akan segera datang," jawab Eira.

"Ibu dan ayah menunggumu di bawah ya," kata Ibu.

"Baik," jawab Eira.

Eira pun langsung bersiap mandi. Selang dua puluh menit Eira pun turun.

"Apa aku kesiangan Bu?" tanya Eira.

"Tidak," jawab Ibu.

"Ahhh aku kira aku kesiangan," kata Eira.

"Duduklah putriku tersayang, bagaimana dengan malam mu?" tanya Ayah.

"Baik saja Yah, aku tidur dengan nyenyak seperti biasanya," jawab Eira.

"Benarkah? Kalau begitu kau sudah siap untuk bekerja lagi?" tanya Ayah.

"Tentu saja Yah," jawab Eira.

"Sudah ayo kita mulai makan, nanti kalian berdua telat kerja loh," sahut Ibu.

Mereka pun makan, setelah selesai makan pagi, Ayah dan Eira pun berjalan ke garasi bersama dan memasuki mobil masing-masing.

"Eira kau hati-hati di jalan ya jangan ngebut-ngebut," kata Ayah.

"Ya, dengarkan kata Ayahmu, kau juga harus berhati-hati Yah," sahut Ibu yang melihat mereka masuk ke mobil.

"Iya Bu, aku akan berhati-hati," jawab Eira dan Ayah bersamaan.

"Kalian ini memang serasi jadi ayah dan anak," gumam Ibu.

Ibu pun melambaikan tangannya saat mobil ayah dan Eira berjalan.

Sesampainya di kantor, seperti biasa Yara sudah menantinya di depan lift dengan tangan di lipat di bagian perut yang membuat Eira terkejut.

"Apa yang kau lakukan berdiri di situ Yara?" tanya Eira.

"Apa kau tidak tahu jika aku sedang marah?" tanya Yara balik.

"Apa yang aku lakukan?".

"Pikir saja," jawab Yara.

"Aku pikir aku tidak melakukan kesalahan apa-apa," kata Eira.

Yara pun mendekati Eira dan tiba-tiba memeluk Eira.

"Eira otak kau ini terbuat dari apa?" tanya Yara.

"Mengapa?" tanya Eira.

"Kau baru saja membuat poin positif untukmu," jawab Yara.

"Apa maksudmu?" tanya Eira tidak mengerti.

"Kau sudah cek grup obrolan kantor?" tanya Yara.

"Ada apa?" tanya Eira dan membuka ponselnya.

"Hah! Gila, apa yang sedang terjadi?" tanya Eira terkejut.

"Bukankah aku yang harus tanya padamu seperti itu? apa yang kau lakukan pada ceritamu yang terakhir?" tanya Yara.

"Kapan kau menguploadnya?" lanjut Yara.

"Aku? Emmm…sepertinya hari terakhir kita menghabiskan malam di hotel paris," jawab Eira.

"Kau tahu kau sudah melebihi penayangan dari yang biasanya," kata Yara.

"Sungguh?" tanya Eira.

"Ya, dan apa kau tahu? Perusahaan memberikan mu bonus banyak kali ini," kata Yara.

"Kalau benar begitu aku akan mengajakmu dan rekan kerja yang lainnya makan siang bersama di restoran sebelah," kata Eira.

"Benarkah? Chek saldo kau sekarang!" jawab Yara.

"Gila! Aku semalam mimpi apa, kenapa bonusnya sangat banyak?" tanya Eira.

"Itu hasil kau sendiri, jadi bagaimana? Apa kita jadi makan siang?" tanya Yara.

"Kalian tenang saja, aku yang akan menlaktir kalian semua siang ini," sahut William.

"Pak Will!" Eira pun terkejut.

Mereka bedua pun langsung menundukan kepalanya untuk menghormati CEO yang super baik hati itu.

"Aku harapp kalian tidak menolaknya," kata William.

"Tapi Pak, aku tidak ingin merepotkan Bapak, biarkan saya saja yang menlaktir mereka," jawab Eira.

"Aku tidak repot, justru aku ingin memberikan bonus padamu juga, selamat atas pencapaian kamu selama ini, aku sangat bangga padamu, kau benar-benar sangat berbakat Eira," kata William.

"Terimakasih Pak, baiklah kalau memang itu yang Bapak mau, kami tidak akan menolaknya," sahut Yara.

"Tentu saja, sampai bertemu di restoran sebelah ya!" kata William.

Mereka pun mengangguk dan menundukan kepalanya lagi. William pun meninggalkan mereka berdua.

Jam makan siang pun tiba, Eira, Yara, dan rekan kerja yang lainnya sekitar lima orang pun pergi ke restoran yang sudah di pesan oleh William. Sesampainya di Restoran mereka belum melihat William di sana, akhirnya mereka memutuskan untuk menunggunya.

"Permisi apa di sini ada meja pesanan atas nama William?" tanya Yara.

"Ahhh ada, di sebelah sana nona," jawab pelayan sambil menunjuk tempat yang begitu mewah dan santai.

"Terimakasih," jawab Yara.

Mereka menuju ke meja yang sudah di pesan. Saat di jalan Eira tidak sengaja di tabrak oleh pelayan sampai akan terjatuh. Beruntung ada tangan yang sigap menyelamatkan tubuh Eira yang hampir saja menyentuh lantai juga hampir kejedot meja.

"Maafkan saya, saya sedang buru-buru, sekali lagi saya minta maaf," kata pelayan itu.

"Apa yang kau lakukan, jalanlah dengan benar, apa yang membuatmu terburu-buru sampai tidak melihat ada orang berjalan?" sahut suara ora yang menolong Eira.

"Suaranya sangat familiar," gumam Eira mengeritkan keningnya dan berbalik melihat lelaki itu.

"Vee!" gumamnya lagi di dalam hati.

"Maafkan saya tuan, saya sungguh tidak sengaja," kata Pelayan.

"Bagaimana jika dia kenapa-kenapa, apa kau akan bertanggung jawab?" tanya Vee.

"Sudah Vee, aku tidak papa, jangan terlalu keras seperti itu, kasihan dia," kata Eira tidak tega.

"Pergilah, selesaikan pekerjaanmu," lanjut Eira.

"Terimakasih banyak," jawab Pelayan itu.

Vee pun menoleh dan mengecek keadaan Eira.

"Kau baik-baik saja? Apa ada yang terluka?" tanya Vee.

"Aku baik-baik saja Vee," jawab Eira.

"Kau kenapa ada di sini?" tanya Eira.

"Saya hanya mampir saja mengecek keadaan di sini," jawab Vee.

"Kau pemilik restoran ini?" tanya Eira.

Vee hanya bisa menganggukan kepala saja.

"Kenapa kita jadi sering ketemu belakangan ini ya?" tanya Eira lirih.

"Aku juga tidak tahu, tapi aku sungguh tidak sedang menguntitmu loh," jawab Vee.