webnovel

Chapter 11 My Model

Tak lama kemudian dia terlihat berjalan di tengah kota, dengan pandangan tidak melihat ke sekitar dan hanya melihat ke depan bawah.

Hingga ia sampai di suatu kawasan yang sangat luas untuk pejalan kaki di sana, kawasan itu mungkin bisa dibilang agak sepi karena tidak ada banyaknya toko di sana tapi ada satu toko yaitu supermarket yang ada di tengah-tengah kawasan itu.

Kawasan itu mungkin tidak aman karena banyak sekali orang-orang yang nongkrong di sana atau disebut sebagai preman jalanan, mereka hanya akan menunggu dan mencari mangsa, tentu saja untuk melampiaskan kekesalan mereka.

Matthew terdiam melihat supermarket itu. Bagaimana bisa ada supermarket di tengah kawasan itu.

"(Apakah itu Supermarket serba ada berbahaya?)" ia terdiam.

Lalu melihat sesuatu di supermarket itu yakni sebuah kertas yang tertempel di sana dicarikan karyawan untuk kasir, sepertinya supermarket itu mencari karyawan untuk menjadi shift kasir di sana.

"(Apa mungkin aku harus ke sini saja,)" pikir nya, lalu dia berjalan masuk memutuskan untuk melamar pekerjaan di sana.

Sementara itu Neko ada di tempat yang berbeda.

"Bos kami sudah membereskan mayatnya dan memasukkannya ke mobil," kata Jun yang mendekat padanya, Neko sedang mengemut permennya dan duduk di salah satu bangku di pinggir jalan kawasan itu. Kebetulan juga dia ada di kawasan ini.

Ia lalu mengambil permennya dan memegangnya di jarinya sambil mengatakan sesuatu.

"Apa nama tempat ini tadi?"

"Kawasan perangkap, kawasan ini sangat terkenal dengan kejahatan mereka yang tanpa peraturan dan melakukan segalanya sesuai dengan kebebasan mereka."

"(Pantas saja tadi ada yang berani mendekat dan memaksa ku... Terpaksa aku harus membunuhnya....)" Neko terdiam. Dari sini sudah jelas kenapa dia membunuh orang di tempat itu.

"Ngomong-ngomong Bos, bisa kita masuk ke dalam mobil sekarang bos, kita harus mengantar mayatnya."

"Kenapa harus mengurus mayat itu, dia telah memulai pertengkaran ini duluan... (Mayat itu hanyalah salah satu dari semua di sini yang dengan beraninya mendekati ku dan aku terpaksa harus membunuhnya.)"

"Tapi bos, itu tetaplah mayat, dan ini tindakan ilegal dari emosi Anda," Jun menatap.

"Kalau begitu bawa mayat itu sekarang dan tinggalkan aku dan kembalilah lagi dengan cepat!"

"Ya mengerti, aku akan minta Hyun untuk mengantarkannya."

"Jangan dia sendiri, kau juga harus ikut," Neko langsung menyela.

"(Apa.... Apa dia bermaksud untuk aku meninggalkannya di sini, di sini terlalu berbahaya untuknya....) Tapi Bos, Anda harus segera-

"Cepat saja turuti perintahku, antarkan dengan cepat dan jemput aku dengan cepat juga!" Neko langsung melirik.

"Baik Bos!" Jun menundukkan badan lalu berjalan pergi.

Dan disaat itu juga Neko melihat supermarket itu dengan senyum kecilnya.

"(Sepertinya aku melihat tanda dicari karyawan di sini, apakah lelaki itu bisa diterima jika kerja di sini,)" pikir Neko yang memikirkan itu.

Tapi ternyata, tak disangka-sangka ada sesuatu terjadi.

Tak lama kemudian Matthew keluar sambil melihat bawah, terdiam bergumam sendiri.

"Kenapa aku bisa diterima dengan cepat begitu saja di sini?"

Tapi dia tak tahu bahwa saat ini Neko masih menatap nya.

"(Apakah ini adalah suatu kebetulan yang kebetulan sekali, ia benar-benar ada di sana, dan sepertinya dia tidak melihatku,)" Neko terdiam.

Setelah itu Matthew berjalan pergi tanpa menyadari bahwa Neko juga melihatnya.

Neko tidak mengejar, dia berjalan ke supermarket itu dan masuk ke sana.

Di sana ada kasir wanita yang sedang menyambutnya. "Selamat datang."

Lalu Neko menoleh dengan datar dan bertanya sesuatu.

"Bisa aku bertanya sesuatu, apakah yang dibeli lelaki tadi?"

"Oh dia, dia sedang melamar pekerjaan di sini dan aku sangat beruntung dia menggantikanku. Bekerja di sini benar-benar lelah dan tentu saja ini adalah neraka, aku berterima kasih padanya telah menggantikan shift ku," wanita itu membalas dengan tatapan yang ramah tapi kata-katanya penuh dengan hal yang tidak bisa digambarkan oleh ekspresinya itu.

Tentu saja bekerja di sana pastinya sangat berbahaya.

Neko terdiam dengan senyum kecilnya.

"(Oh berani juga lelaki itu, bagaimana jika aku berlangganan di sini agar aku bisa melihatnya seberapa berani lelaki itu,)" pikirnya dengan diam.

"Permisi Nona apakah anda membeli sesuatu atau hanya bertanya?" wanita itu menatapnya dengan penuh ramah tapi kata-katanya benar-benar tidak bisa digambarkan.

"Apakah di sini ada permen?"

"Tentu, di sini punya banyak jenis permen, ada permen tusuk permen muts dan yang lainnya."

"Kalau begitu kau harus menyediakan selama beberapa hari karena aku akan membelinya di sini," kata Neko, membuat wanita itu benar-benar terdiam bingung.

2 hari selanjutnya Matthew bertemu dengan manajer baru di supermarket itu. "Selamat datang Matthew, Kau akan bekerja disini, beneran kah?"

"Ya, Aku akan bekerja disini pada saat siang hari. (Aku akan mencari pekerjaan lain untuk libur di konstruksi.)"

"Tapi, kau berani kah, semua orang disini seperti gangster loh," Manajer menatap dengan gemetar karena dia punya pengalaman.

"Tidak masalah Manajer, aku akan berusaha," kata Matthew dengan wajah biasanya.

Hari berlalu, Matthew tampak sudah bisa bekerja di sana dalam waktu tertentu, dia bekerja di sana ketika sudah selesai pulang dari kampus nya, saat ini dia sudah memakai apron yang berbeda lalu memberikan harga pada pembeli yang baru saja membeli.

"Totalnya $$$..." ia menatap orang besar yang berdiri dihadapannya.

"Hah kenapa mahal sekali, aku tidak punya uang segitu, utang dulu lah..."

"Maaf Tuan, tapi Kau harus tetap membayar."

"Huh, kau mau berani padaku..." orang itu marah dan akan menghajarnya.

Tapi tiba tiba...

Kick...!!

Seorang gadis menendang pria besar itu dari belakang membuat pria itu terjatuh. Dan rupanya gadis itu adalah Neko, Neko terdiam melihat Matthew yang bekerja di supermarket itu.

Lalu ia terdiam dan menunjukan minuman padanya untuk dibayar.

"Neko..." Matthew terkejut bertemu denganya.

"(Apa ini kebetulan atau dia memang selalu berlangganan di sini?)"

"Grr... Hoi cilik, kau berani menendangkuuu!" Pria tadi berdiri dan marah akan memukulnya tapi Neko hanya terdiam, seketika pria tadi juga terdiam padahal pukulannya sebentar lagi mengenai wajah Neko. Pria itu terdiam kaku karena Neko menendang selangkangannya. "Ugh..." pria itu langsung terjatuh.

Matthew yang melihatnya tentu saja juga ikut terkejut dalam hatinya.

Neko lalu memberikan uang pada Matthew lalu berjalan pergi.

"Hah, Neko...!" Matthew memanggil lalu Neko berhenti tanpa menoleh.

"Apa kau datang malam itu?" Matthew menatap tapi Neko hanya terdiam dan berjalan keluar.

"(Kenapa, apa dia marah padaku? Sepertinya aku harus meminta maaf, harus nya aku paling tidak tahu bahwa yang datang itu dia, soal mantel nya... Apakah aku harus mengembalikan nya?)" Matthew terdiam.

Maksud perkataan Matthew tadi adalah dia membahas soal Neko yang datang ketika dia sakit, Matthew rupanya tidak sadar Neko yang datang dan memangku kepalanya karena saat itu dia tidak bisa membuka matanya karena sakit.

Dia dan Neko belum bertemu sejak terakhir kali dalam hal itu. Karena itulah dia membahas nya ketika Neko kebetulan datang di supermarket.

Hari selanjutnya Neko datang lagi dan menatap dingin Matthew yang menghitung harga barang yang dia beli. "(Rupanya dia selalu ke supermarket ini dan membeli barang yang sama... Permen, sepertinya dia memang suka pada permen,)" Matthew menatapnya.

Lalu Neko memberikan kartu dan Matthew menggosok kartu nya.

"Kau bekerja disini, pekerjaanmu berlipat lipat rupanya..." Kata Neko.

"Aku hanya mencari uang sampingan, (Akhirnya dia bicara padaku,)" balas Matthew.

Tapi suasana kembali terdiam dengan Neko yang menatap datar pada arah lain.

". . . Neko..." Matthew menatap lalu Neko menoleh dengan tatapan biasa.

"Apa kau benar benar datang hari jumat saat itu, ketika aku sakit, jika iya maafkan aku, sepertinya aku tidur, aku benar benar tak bisa menahan tubuh ku yang sakit."

"Tidak 'sepertinya', tapi kau memang tidur."

"Karena itu aku minta maaf, aku yakin kau sedang marah padaku."

"Kenapa kau berpikir aku marah pada mu?" Neko menatap.

"Itu karena ekspresimu, kau tidak mau bicara dari kemarin dan kita sudah beberapa hari tidak melakukan kontak mata, apa kau marah?" Matthew menatap.

". . . Tidak juga, kartu..." Neko mengulur tangan, wajahnya seperti tak peduli dengan pembicaraan yang sedang mereka bahas, lalu Matthew memberikannya tapi ia terkejut karena kartunya tidak ada. "(. . . Kemana?)" ia bingung dan mencarinya.

"Ada apa?" Neko menatap bingung.

"Sepertinya... Kartumu hilang, maafkan aku, jika aku menemukannya aku akan memberikannya..."

". . . Aku pergi..." Neko langsung mengambil barangnya dan berjalan pergi.

Tapi Matthew mendadak melompat dari meja kasir, langsung di hadapan Neko membuat Neko terdiam menyaksikan itu, Matthew ada di depan nya dan langsung menarik tangan Neko, memegang pinggang nya untuk berciuman, mereka berdua berciuman disana.

Setelah itu, melepasnya membuat Neko terdiam menatap.

Matthew juga menatap dengan mata putus asa nya. "Aku mohon, jangan marah lagi padaku..." kata Matthew, Neko hanya menunjukan wajah yang membosankannya lalu ia mendorong Matthew untuk menyingkir lalu berjalan meninggalkannya.

Matthew kembali menjilat bibirnya sendiri.

"(Permen?)"

Setelah itu, Matthew berjalan ke sekolah. Sepertinya shif kasir supermarket tadi adalah jam pagi, dia bisa menggunakan waktu nya sebelum masuk kampus di jam siang, tampak saat ini semua orang menatapnya dengan aneh. Lalu saat di kelas ada seorang Murid baru.

"Hari ini akan ada murid baru, Dia bernama Suzune," kata Profesor lalu muncul perempuan masuk kedalam, dia sangat cantik dan memiliki tubuh yang bagus. "Mohon bantuannya, aku Suzune..." dia menundukan badan.

"Hei lihat, tubuh nya bagus juga."

"Aku dengar dia putri dari seorang Direktur yang paling berpengaruh."

"Wah, jika itu benar, itu wanita yang sempurna pastinya," mereka malah menggosip tidak jelas.

"Suzune, kau bisa memilih bangkumu," tatap Profesor.

Suzune kebetulan melihat Mathhew yang dari tadi hanya menatap biasa, lalu Ia duduk di sampingnya. "Hei, salam kenal, aku Suzune."

"Matthew," Matthew membalas.

"Kau terlihat kekar ya, wajahmu juga tampan, apa kau punya pacar?" Suzune menatap.

"Kau bisa tanyakan itu nanti saat pelajaran telah berakhir," balas nya sekali lagi, dari tadi Matthew hanya menatap fokus pada buku yang ia tulis membuat Suzune terdiam dengan sikap itu.

Selesai pelajaran, Matthew berjalan pulang, tapi Suzune berlari mendekat dan memanggilnya.

"Matthew, aku ingin jalan jalan, apa kau mau menemaniku?" ia langsung mendekap tangan Matthew.

"Maaf aku tidak punya waktu."

"Ah... Ayolah..." Suzune menariknya membuat Matthew tertarik tubuhnya.

Dilihat dari logatnya, Suzune pasti adalah wanita putri dari seorang Direktur ternama, mereka yang menggosip tadi seperti sudah tahu dan sekarang Suzune benar benar mengincar Matthew.

Tak ada alasan yang jelas kenapa dia bisa dekat dengan Matthew, mungkin di pandangan nya Matthew memang tampan. Jika di bicarakan, wajah Matthew juga tidak akan kalah dan tubuh nya juga pasti menjadi tipe dominan semua orang.