"Hoaaamm.... (Ini mulai membuatku bosan,)" Neko menatap mengantuk di depan pembangunan museum. Ia dari tadi hanya melihat para pekerja yang membangun proyek museum.
Lalu Jun datang. "Boss, Ketua ingin bertemu dengan anda di kantor pertemuan."
"(. . . Aku baru saja dari sana... Dia benar benar membuatku harus bolak balik,)" Neko menghela napas.
Sesampainya di kantor pertemuan, Ketua meletakan sebuah dokumen didepan meja Neko.
"Aku sudah membuat persetujuan dengan Direktur Geun, berikan dokumen itu padanya."
"Kau membuat persetujuan padanya yang merupakan Boss hotel, benar benar kecil sekali jika ingin meminta uang."
"Jangan banyak bicara, temui dia di hotel itu berikan dokumen itu dengan segera!"
"Kenapa harus aku? Bukankah bisa menyuruh orang lain, aku hanya harus menandatangani ini kan bersama Direktur Geun?" Neko menatap.
"Itu memang benar, tapi permintaan itu dari Direktur Geun, dia ingin kau yang mengantar nya melewati gedung hotel nya itu."
"Aku akan mencolok nantinya."
"Kenapa kau berpikir begitu?"
"Di sana adalah kawasan orang orang yang pastinya menikmati fasilitas milik bisnis Direktur Geun, apakah aku harus berjalan dengan pakaian rapi begini?" Neko menatap, dia memang sedang menggunakan kemeja putih dan celana hitam panjang nya, di pundak nya juga ada mantel yang tidak terpasangkan di lengan nya.
"Kalau begitu pakai pakaian biasa," ketua membalas dengan nada kesal.
"(Pakaian biasa?)" Neko bingung.
Sementara itu, Matthew juga di tempat yang di ajak Suzune, dia membawa Matthew sampai sana.
"Lihat itu Matthew, ayo kita makan dulu," Suzune menunjuk restoran mewah.
"Suzune, aku tidak membawa banyak uang."
"Jangan khawatir, Ayahku adalah pemilik tempat itu, Direktur Geun, dia punya bisnis yang berlipat termasuk restoran yang terhubung dengan hotel ini, di sini juga ada kantor ayah ku jadi dia selalu ada di sini, aku yakin kau juga pasti tahu," kata Suzune.
Rupanya benar, dia adalah putri Direktur Geun, Direktur paling berpengaruh dengan banyak bisnis legal nya.
"(Ini membuat ku semakin ragu,)" Matthew terdiam.
"Apa yang kau tunggu, ayo..." Suzune menariknya.
--
Neko masih berpikir di dalam mobil dengan permen yang ia mut. "Hm...."
"Semuanya baik baik saja Boss?" dua penjaganya menatap dari depan.
"Aku tidak punya pakaian biasa, dan aku bingung harus memakai apa untuk tidak mencolok?"
"Bagaimana dengan rok yang pendek," kata Hyun.
"Huh... Kau pikir aku mau memakai pakaian seperti itu!?" Neko menatap kesal.
"Aku mengerti, aku tahu apa yang harus Anda pakai, Boss," Jun menatap.
Tak lama kemudian, Neko ada di ruang kamar nya. "Aku tidak yakin," Neko memasang wajah kesal dengan pakaian yang Ia pakai, ia memakai kaus putih dan celana jeans levis pendek abu abu, kemeja bercorak diikat dipinggangnya.
"(Terlihat seperti gadis remaja dan manis,)" Jun dan Hyun memegang jantung mereka masing masing karena terpesona dengan Neko.
"Aku tidak suka, kenapa harus mencolok begini, paha ku terbuka, lengan ku terlihat...."
"Bos, itu bukan mencolok, itu trend..." kata mereka.
"Cih... Awas saja jika kalian menipuku, kemarikan dokumen itu..." Neko mengulur tangan lalu Jun memberikan dokumennya.
Segera Neko berjalan meninggalkan mereka.
Mereka berdua yang mengintipnya dari belakang membiarkannya pergi.
"Kau sudah memotretnya?" tanya Jun.
"Yeah, sudah..." Hyun menunjukan hpnya.
Neko berjalan melewati orang orang di sana. Dia mengharapkan bahwa orang orang tidak akan melihat nya karena sudah memakai baju yang sama seperti mereka.
Tapi mereka malah melihat Neko dengan mata terus tertuju padanya. Dalam hati mereka, mereka pasti memikirkan hal lain. "(Oh, dia seperti model yang cantik.)"
"(Sialan... Mereka bilang bajuku tidak akan mencolok,)" Neko langsung berjalan buru buru.
Jun dan Hyun yang mengintip dari tempat mereka tadi menjadi terdiam. "Seperti nya Boss memakai pakaian apapun tetap akan di lihat semua orang," kata Hyun.
"Ya, itu karena yang mencolok bukan apa yang dia pakai, melainkan dirinya sendiri, dia begitu menawan di mata mereka yang tak pernah melihat nya," tambah Jun.
Neko terus berjalan hingga menemukan hotel yang besar, hotel yang memiliki fasilitas restoran juga di sana.
"(Jadi, ini...)" Neko menengadah menatap gedung hotel besar, hotel itu juga menyatu dengan restoran mewah, jadi ia masuk kesana.
"(Ini masih membingungkan, aku memakai pakaian aneh ini dari semua orang yang memakai pakaian formal di sini... Apa ini benar benar sudah betul... Tapi ini tetap membuatku kesal dan aku ingin cepat cepat memberikan dokumen ini, kenapa harus aku yang memberikan dokumen ini... Permintaan Direktur Geun benar benar aneh.)"
Sementara itu Suzune menarik baju Matthew dan memojoknya di tembok. "Suzune?"
"Matthew, kau lelaki yang tampan," Suzune menatapnya. Mereka ada di sebuah lorong depan kamar mandi hotel.
"Matthew, maukah kau jadi pacarku, aku ini cantik loh..."
Di sisi lain, seorang penjaga yang menjaga sebuah ruangan kantor melihat Neko yang berjalan mendekat. Ia akan membuka pintu itu namun penjaga tersebut mencegahnya dengan menghalanginya.
"Maaf gadis, ini bukan tempat umum," tatap nya dengan wajah datar.
Lalu Neko menengadah menatapnya, seketika penjaga itu terkejut dengan hatinya yang berdegup kencang, Ia juga hampir berwajah merah. "(Ada apa ini, kenapa dia sangat manis dan cantik, apa ini pandangan pertama cinta?!)"
"Buka pintunya, aku harus bertemu Direktur Geun."
"E... Direktur sedang tidak bisa diganggu, lebih baik kau pergi."
"Huh, pergi katamu... Aku sudah susah payah memakai pakaian begini kau mau menyuruhku pergi!!" Neko langsung menarik kerahnya membuat penjaga itu terkejut.
Brak!!...
Mendengar ada sesuatu di luar, Direktur Geun yang ada di dalam menjadi membuka pintu dan melihat penjaganya terbaring dengan Neko yang masih meremas kerahnya.
"Ada apa ini?" Direktur menatap tegas. Lalu Neko menatapnya dan berdiri, seketika Direktur terkejut.
"Apa kau Nona Neko?"
"(Nona Neko! Gadis paling mengerikan dalam organisasi terlarang!!)" seketika penjaga itu terkejut mendengarnya dan langsung pingsan tak berdaya.
"Maaf Nona Neko dia memang payah, ada yang bisa kubantu?" tatap Direktur Geun.
"Aku hanya ingin memberikan dokumen ini dari Chairwoman." Neko memberikan dokumennya di dalam kantor Direktur Geun.
"Ah baiklah, ngomong ngomong, kenapa anda memakai pakaian seperti itu, biasanya hanya celana panjang dan kemeja putih saja."
"Bukankah kau yang minta?" Neko menatap dingin membuat Direktur Geun terdiam bingung.
"Aku... Aku tidak meminta anda melakukan lebih dari menandatangani dokumen ini, anda tidak perlu sampai datang datang sendiri," kata Direktur Geun.
Di saat itu juga Neko terkaku dengan otot mata nya yang terlihat, dia sedang menahan marah nya. "(Sialan.... Chairwoman yang melakukan nya, dia menjebak ku hanya untuk mempermalukan ku.) Sialan!" Neko berteriak membuat Direktur Geun berkeringat tidak tahu apa yang terjadi.
--
"Tunggu Suzune, aku tidak bisa," Matthew menahannya tapi Suzune sudah menciumnya, bersamaan dengan seseorang yang membuka ruangan kamar mandi umum. Matthew melihat orang itu dan terkejut bahwa itu Neko.
Neko yang menoleh padanya juga terdiam dan seketika permen yang ada di tangannya jatuh. Tak di sangka sangka Neko ada di sana menyaksikan itu secara tidak sengaja.
Suzune menoleh padanya dan melirik. "Hei, apa yang kau lihat?"
"Apa?..." Neko menatap.
"Apa yang kau lihat, cepat keluar..." kata Suzune dengan nada sombong sambil menahan Matthew agar tetap terpojok di tembok.
Neko mengambil permen yang terjatuh itu dan membuangnya ke tempat sampah di dekatnya tadi lalu Ia berjalan keluar.
"Suzune..." Matthew menatap. "Berhentilah menahanku...." ia menyingkirkan tangan Suzune dan berjalan pergi.
"Hah, Matthew tunggu, kau mau kemana..." Suzune terkejut. Matthew berjalan menyusul Neko dan menahan tangan nya.
Neko berhenti dan melirik sedikit padanya.
"Neko... Kenapa kau ada disini?" Matthew menatap. Suzune mendekat dan melihat mereka, lalu Neko melepas tangan Matthew.
"Hm... Maafkan aku, sepertinya kau salah orang," kata Neko dengan senyuman kecilnya.
"Matthew ada apa denganmu?" Suzune menatap.
"Neko... (Itu pakaian yang cocok untuknya, dia bahkan tambah lebih menarik memakainya.)"
Neko menatapnya dengan mata menurun lalu berjalan pergi meninggalkannya.
"Tunggu, Neko..." Matthew berjalan dan menahan tangannya lagi.
"Ada apa, kenapa kau terus mengikutiku?" Neko menatap kesal.
"Pergilah, minum denganku..." kata Matthew membuat mereka terdiam.
"Matthew, apa yang kau lakukan, siapa dia?" Suzune menatap kesal.
"Suzune, dia adalah pacarku," Matthew membalas sambil menarik Neko membuatnya memeluk Matthew.
"Hah... Kenapa kau tidak bilang, uhh.... Tapi aku lebih cantik darinya, dia hanya gadis kecil, apa kau suka pada gadis kecil huh?"
"(Wanita ini bangsat juga,)" Neko menatap dengan menahan amarahnya.
"Maaf Suzune..." Matthew berjalan pergi dengan menarik tangan Neko.
"(Cih... Awas saja kau, lagipula dia hanya gadis kecil pastinya tidak punya kekuatan, awas saja, aku akan mencari tahu tentang mu melalui ayah, bisa bisanya Matthew suka padanya... Tapi aku akan menyingkirkan nya....)" Suzune tersenyum merencanakan sesuatu.
Tiba tiba handphone Neko berbunyi dan mereka harus berhenti, Neko mengangkatnya karena itu dari Jun.
"Boss, Ketua meminta anda untuk kembali mengawasi museum."
"Aku mengerti, aku harus pergi," kata Neko yang menatap Matthew.
"Neko, ada apa denganmu Neko, aku ingin kau disini, aku merindukanmu..." Matthew mendekat. Tatapan nya benar benar begitu memohon dengan wajah normal nya, mata hijau itu seharusnya tidak akan di tolak oleh Neko.
"(Ha.... Tetap saja... Aku tak bisa...) Jangan sembarangan Matthew, aku sudah bilang padamu akan datang setiap jumat malam bukan? Jadi tunggulah aku saja."
"Tapi... Bagaimana jika kau sibuk saat itu..."
Lalu Neko terdiam dan mendekat padanya, ia menarik pelan baju Matthew membuat Matthew menunduk mendekat padanya. Tak disangka Neko menciumnya membuatnya terkejut. Lalu Neko melepasnya dan berjalan pergi.
Hal itu membuat Matthew terdiam menatap tangan nya. "(Aku tidak mengerti, aku tak tahu apa yang terjadi dengan keadaan ini, aku juga... Aku suka pada gadis itu, tapi wanita yang begitu populer mencari perhatian untuk ku, tapi entah kenapa aku lebih tertarik pada Neko. Itu mungkin karena dia memang model ku yang sesungguhnya, model nyata pertama ku.)"