webnovel

Dibatas Senja

Lusi Aryani, 20 th, Mahasiswi FEB, semester IV, gadis dengan penampilan sederhana karena kondisi ekonomi keluarga yang hanya dibilang cukup namun keinginan begitu kuat untuk melanjutkan pendidikan berbekal dengan prestasinya. Dia ingin merubah kehidupan keluarganya, sesuatu yang harus diperjuangkan tidak menyerah untuk meraih harapannya. Janggan Pringgohadi, Mahasiswa Tehnik Arsitek semester 8, anak tuan tanah di salah satu kota kecamatan di Yogyakarta, anak panggung, tentu banyak penggemar, dijodohkan dengan Jihan anak temen orang tuanya. Bagaimana sikap janggan atas perjodohannya sedang dia mulai tertarik dengan lusi anak FE depan kostan. Apakah mungkin keluarga Janggan merestui hubungan mereka jika orang tuannya tahu Lusi bukan dari keluarga yang selevel dengan mereka. Bagaimana jika ternyata Janggan memilih mengikuti keinginan keluarganya. Disini kisah mereka diuji hingga dibatas perasaan Lusi dan Janggan, Dibatas Senja

Tari_3005 · perkotaan
Peringkat tidak cukup
91 Chs

Bab 61

Janggan mengingat kembali wanita yang pernah mengisi relung hatinya, dan sampai saat ini belum bisa dihapusnya. Dan masih ada rasa nyeri saat mengingat keberadaan kebersamaan ardan sahabatnya yang mengambil hati lusi. Bahagiakah kamu dengannya, sudahkah kamu melupakan kenangan kita meski aebentar.

"Ambil satu kamar pak ? mau doble bed apa single pak ?" sapa resepsionis hotel dengan ramah, Janggan dan Yoyok serentak, " satu kamar aja, doble bed mbak, " kompak keinginan mereka sama, "bapak berdua kompak banget, dibayar tunai apa kartu debit pak, " kata sang resepsionis. Yoyok menyodorkan kartu debit pada gadis muda di depannya,

kembali resepsionis ini tersenyum, dan menggesekkan kartu tersebut kemudian memberikan alat penggesek kartu pada pelanggannya untuk memencet sandi kartunya, berhasil alat penggesek pun mengeluarkan kertas kecil yang berisi jumlah yang telah dibayar pelanggan.

"Terima kasih, pak, " Resepsionis itu menangkupkan kedua tangannya, dia terlihat sangat senang melayani customer nya dua lelaki yang tampan dengan tubuh atletisnya, dia yakin kalo temen kerjanya yang lain tahu paling pada berebut melayani dua tamu yang gantengnya di atas rata rata, lagi rejekinya kali.

"Mari saya tunjukkan kamar anda," dua lelaki itu pun mengekor di belakang gadis muda usia duapuluh tahunan menuju kamarnya, " ini kamar bapak, nomor 103, silahkan, ini kuncinya" gadis itu menyerahkan kunci kamar yang berbentuk persegi dengan chip di tengahnya pada Janggan.

"kamar ini menghadap ke laut langsung, saat malam terkadang angin laut sedikit kencang, kalo bapak ingin keluar sebaiknya menggunakan jaket atau sweter maupun kaos berlengan panjang, maaf makan malam tidak termasuk dalam paket menginap, bapak bisa pesan di resto kami ada di samping respsionis tadi, saya permisi dulu, selamat menikmati istirahatnya " jelas gadis muda tersebut panjang lebar, dan beranjak meninggalkan kedua tamunya melongo dengan deretan kata yang tersusun rapi menandakan kecerdasannya " terima kasih dik, moga kamu secepatnya ketemu pangeran pujaanmu, " goda yoyok sengaja membuat si gadis wajahnya bersemburat merah dan cepat cepat meninggalkan mereka dengan tersenyum mengembang, " eee tunggu dulu, " ucap Janggan menghentikan langkah gadis resepsionis, "ini tips buat kamu, karna kamu sudah berlaku manis sama kami, " kata Janggan dengan memberikan selembar uang berwarna merah gambar proklamator, " terima kasih pak, moga anda puas dengan fasilitas yang kami sediakan, " ucapnya dengan sopan dan mengucapkan salam meninggalkan kedua arjuna wiwaha yang lagi jomblo karna jauh dari istri masing masing, dasar laki laki lihat wajah bening sedikit saja yang enggak enggak dipikirin.

Kedua sahabat itu pun memasuki kamar dan meletakkan tas bawaan masing masing di tempat almari yang tersedia, terdapat rak sepatu di samping pintu kamar, lumayan buat istirahat sejenak sih, kamar dengan ukuran 3 x 4 dengan doble bed, terdapat tv dengan ukuran 40 inc menempel di dinding, lampu berdiri menghias dipojok kamar. "lumayan, aku mandi dulu, yok, badan lengket semua," Janggan mengeluarkan perlengkapan mandi yang dibawanya, handuk, pasta gigi dan sikat gigi, serta baju gantinya "kamu ribet banget sih gan, orang dinhotel tuh mesti disediakan handuk, dan perlengkapan mandi komplet, kita dah bayar mahal ngapain repot, " uh dasar kebiasaanmu yang perfectionis ndak berubah ternyata, "aku ndak bisa pakai handuk yang belum tentu bersih, " jawab Janggan.

Janggan masuk ke kamar mandi, membersihkan badan, ditengah membasuh tubuh dengan sabun cair, air kran yang diputar janggan mati, oh GOD perih banget nih mataku batin Janggan, dia pun berteriak memanggil sahabatnya "Yok, yoyok, " kemana sih tuh orang, umpat Janggan.

"Ayo dan masuk, kenapa bisa ketemu di sini sih, gimana kabarnya dan," tanya Yoyok pada sahabatnya ardan, "aku mau nganter lusi pulang ke rumahnya," jawab ardan. Tiba tiba mereka berdua dikejutkan dengan suara keras dari arah kamar mandi, "yok, yoyok, woi, " teriak si empunya suara, "ada apa gan, teriak teriak, di dengar tetangga kamar hoi," yoyok balas teriak, "air kran mati," Janggan melongokkan kepalanya ke luar pintu kamat mandi, dilihatnya sekilas Yoyok bersama seseorang siapa kayak kenal ya batin Janggan, " kau bersama siapa sih Yok, " oceh jangan jengkel setengah penasaran, jengkel karna temennya ndak tanggap dengan keadaan Janggan yang masih setengah jalan mandinya belum selesai, " bisa ndak bilang ke pelayan hotel benerin krannya," ucap Janggan.

"nih aku sama ardan, " jawab Yoyok dan dibenarkan ardan, "iya aku Gan, kamu bisa mandi di kamarku, hanya 2 kamar di sebelah kanan kamarmu, nomor 107, " ardan menawarkan kamarnya tanpa memikirkan di kamar ada istrinya yang tentu saja akan sangat keberatan kalo mendengar suaminya menawarkan laki laki lain untuk ikut mandi di kamar hotelnya, apalagi status laki laki itu adalah mantan kekasih dari istrinya.

"Baiklah, antar aku ke kamarmu aku pakai piyama mandiku dulu, " Janggan dengan sebagian tubuhnya lengket karna sabun, ia melangkah mengikuti ardan membawa barangnya yang tadi sudah dipersiapkkan untuk acara mandinya.

"ayok, kamu ndak sekalian yok mandi, " ardan menawari sahabatnya itu yang diikuti dengan gelengan kepala, " aku mau ketemu si reaepsionis untuk nyampekan krannya macet, " ujar Yoyok ikutan keluar kamar ke arah resepsionis, "alah alesan lo yok, ngomong aja mau ketemu reaepsionisnya, " Janggan tertawa karna tingkah yoyok.

"Assalamualaikum, dik," karna tidak ada sautan dari dalam ardan membuka pintu kamar ternyata tidak dikunci, " masuk gan, tuh kamar mandinya, pakai aja," ardan menyilahkan temennya menunju ke arah kamar mandi yang terlihat kosong. Janggan bergegas masuk kamar mandi, karna udah ndak tahan lengket di badan, Janggan lupa menanyakan sama siapa ardan di kamar kenapa pakai salam artinya ada orang lain yang sekamar dengannya.

Selesai mandi yang dipercepat dengan masih memakai piyama mandinya, Janggan menggosok gosokkan handuk di kepala untuk mengeringkan rambutnya. "kamu sama sapa dan kemari," tanya Janggan penasaran, "kamu lupa ya, aku dah punya istri," jawab ardan santai tanpa bermaksud lain.

"Assalamualaikum, kak ardan sama siapa," suara perempuan yang masih diingatnya, ada rasa takut bertemu dengannya, takut terbaca perasaannya yang masih belum tertutup lukanya.

"waalaikumsalam, " jawab ardan dan ibersamaan dengan istrinya membuka pintu dengan senyum mengembang, di tangan kanannya membawa bungkusan martabak telor kesukaannya, "aku beli di depan tadi pas jalan keluar ada yang jual martabak" lusi kaget ada sosok laki laki dengan piyama mandi di samping sang suami.