webnovel

Dibatas Senja

Lusi Aryani, 20 th, Mahasiswi FEB, semester IV, gadis dengan penampilan sederhana karena kondisi ekonomi keluarga yang hanya dibilang cukup namun keinginan begitu kuat untuk melanjutkan pendidikan berbekal dengan prestasinya. Dia ingin merubah kehidupan keluarganya, sesuatu yang harus diperjuangkan tidak menyerah untuk meraih harapannya. Janggan Pringgohadi, Mahasiswa Tehnik Arsitek semester 8, anak tuan tanah di salah satu kota kecamatan di Yogyakarta, anak panggung, tentu banyak penggemar, dijodohkan dengan Jihan anak temen orang tuanya. Bagaimana sikap janggan atas perjodohannya sedang dia mulai tertarik dengan lusi anak FE depan kostan. Apakah mungkin keluarga Janggan merestui hubungan mereka jika orang tuannya tahu Lusi bukan dari keluarga yang selevel dengan mereka. Bagaimana jika ternyata Janggan memilih mengikuti keinginan keluarganya. Disini kisah mereka diuji hingga dibatas perasaan Lusi dan Janggan, Dibatas Senja

Tari_3005 · Urban
Not enough ratings
91 Chs

Bab 60

Ardan membelokkan mobil masuk ke kawasan Pantai kota Tuban, sebuah kota perbatasan antar propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, terbentang pantai memanjang, warna laut yang biru terpampang diujung pandangan mata, angin berhembus sepoi sepoi, sore yang indah, dengan panorama yang pas dikelilingi pohon cemara yang sengaja dibuat tumbuh disekitar pantai hingga dinamai wisata pantai cemara.

Pantai ini dikelola oleh para pemuda sekitar yanf bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat dalam hal pendapatan daerah.

Ardian memberikan uang lembar sepuluh ribuan untuk retribusi masuk pada penjaga wisata dan memarkirkan mobil diantara berderet mobil lain yang sudah terparkir.

Ardan mengajak lusi turun dari mobil dan menikmati indahnya pemandangan laut, ardan mengambil kamera untuk mengabadikan panorama di sekitarnya, pasti istrinya akan senang.

caklik ceklik beberapa gambar bernuansa pantai dengan pasir yang bersih.

waw memukau sekali hasil jepretan

dengan ardan, kaki jenjang yang indah tanpa alas milik wanita pujaannya mendarat di pasir laut dengan air yang tenang karna air laut lagi surut, ardan menatap dengan sorot mata yang terpesona, memang ndak salah dia telah jatuh hati pada si pemilik kaki indah itu, tak akan pernah dia membuatnya menangis dan menyakiti hatinya janji ardan dalam hati.

Lusi memercikkan air ke arah ardan yang memegang kamera dari tadi mensyot dirinya yang lagi bermain air, dengan tertawa lusi mengejar suaminya yang terus mengarahkan kamera sambil berjalan mundur dan tiba tiba kaki ardan terperosok karna di belakang bukan pasir tapi genangan riak air laut, ardan kaget dan hampir saja kamera jatuh dan di tangkap lusi tapi tubuh wanita itu menindihnya, aaach, seru lusi pelan karna saat ini semua pasang mata tertuju pada sepasang suami istri yang saling tindih. Alangkah malu nya lusi, sesaat mereka tanpa sadar saling menatap dengan satu tangan lusi terangkat keatas takut kameranya terkena percikan air bisa hilang semua kenangan yang tersimpan di dalam kamera tersebut batin lusi.

Ardan pun menatap istrinya dan merengkuh pinggang ramping diatasnya dan kemudian mengangkat tubuh lusi yang ikutan basah, ardan meninggalkan pantai mengendong istri dengan tubuh basah keduanya, lusi menutupi wajahnya dengan kedua tangannya karna malu.

Kenapa jadi seperti ini pikir lusi yang madih ingin berlama lama bermain di pantai jafi terganggu karna tragedi kecil. Bagi ardan sih ndak masalah malah senang bisa beradegan mesra di depan umum dengan sang istri sendiri ndak ada yang salah, di mana letak salahnya coba, malunya woi dasar laki laki yang dipikir cuma adegannya.

Ardan menuju tempat parkir mobilnya, dan mendudukkan istrinya di kursi depan sebelah jok kemudi, " kita ke hotel ganti baju dulu, untung tadi belum cek out, jadi masih bawa kunci kamar, " sambil tersenyum melihat baju yang basah nempel ditubuh istrinya terlihat lekuk tubuh indahnya, ardan meneguk saliva dan menelan ludahnya, " aach kenapa kak ardan liatin aku kayak gitu, malu tahu, " omes lusi dab mendorong tubuh ardan yang sudah maju ke arahnya, " ha ha ha, kenapa malu sama suami sendiri, kayak sama pacar aja," ardan langsung menjauhkan tubuhnya dan berjalan menuju kursi pengemudi, " kita ke hotel, nanti bisa lanjut, kakak udah ingin memakanmu, salah sendiri tadi menggodaku, " cerocos ardan sambil mengerling mesra, dan menjalankan mobilnya menuju hotel tempat mereka menginap.

"Padahal aku masih ingin berlama lama menikmati udara pantai, kak lain kali kesana lagi ya," lusi menatap ardan dengan harap banget, " bukannya sering dulu main ke sini, " ardan mengingatkan lusi yang pernah bercerita kalo main ke pantai Tuban dengan temen semasa sekolahnya.

"Ia sih cuma kan udah lama, dah berbeda sekarang di sini di kelola banyak pohon cemara nya, tadi ada kereta kuda juga lho kak, padahal pingin naik, ah kenapa tadi aku bodoh banget sih sampai ngejar kak ardan dan jatuh, basah semua lagi, malu banget dilihat banyak orang," lusi terus berkicau tak terasa sudah nyampe ke hotel yang menghadap pantai, bukan hotel bintang sih cuma mereka ndak masalah yang penting bisa istirahat dan ganti baju yang basah kali ndak bisa masuk angin.

"Yok," ardan mengajak istrinya masuk kamar hotel, "mau ku gendong lagi, suamimu ini masih kuat untuk keliling hotel sambil gendong wanita cantik," ardan tertawa keras melihat lusi melotot ke arahnya dan membuka pintu mobil terus berlari ke arah kamar hotel yang langsung di depan mobil parkir mereka.

'sial bukan aku yang bawa kunci' omel lusi setelah sampai di depan pintu. Terdengar tawa ardan sampai terpingkal melihat bibir istrinya yang sudah manyun menunggunya, ardan memegang kunci dan mengarahkan ke depan istrinya. "buka kak dingin, " kata lusi, ardan melongo menatap lekukan tubuh yang terpampang di depannya, "hei, malah bengong," lusi mencubit pinggang ardan.

Dibukanya pintu kamar hotel dan ditariknya tubuh istrinya setelah menutup kembali pintunya. "aku akan menghangatkanmu sayang, " lusi merinding mendengar suara ardan yang parau penuh hasrat, dia pun berlari je kamar mandi, "mandi air hangat dulu kak," lusi menahan tawa di dalam kamar mandi, tapi sayang dia ndak mengunci pintu kamar mandi. Lusi melepas baju basah yang menempel di tubuhnya beserta dalaman yang dipakainya ikut basah, "aach, " tiba tiba ada tubuh yang sudah memeluknya dari belakang membuatnya kaget dan langsung tubuhnya bereaksi merinding dengan sentuhan halusnya.

Ardan pun melepaskan hasrat yang dari tadi ditahannya yang dibalas lusi dengan kemesraan dan pemenuhan kewajibannya.

-------------

Sementara ada yang lagi sibuk mengurus proyek besar tuan Janggan bersama rekan kerja sekaligus shobat kentalnya Yoyok, " kita menginap aja di kota kecil ini, sambil nyari makan malam, "ujar yoyok setelah perjalanan bertemu investor dari Surabaya yang rencana mau ke Semarang untuk meninjau lokasi untuk desain pembangunan taman untuk perumahan di sana.

"baiklah, kita memang perlu istirahat" jawab janggan, dan dia pun melihat ke arah jalan mencari hotel atau penginapan, menjelang senja tanpa disadari dengan pemandangan pantai yang indah, " menepi ke kanan yok, kita lihat sunset tuh bagus banget, kita lewat pantura ( pantai utara ) ternyata, " Janggan meminta yoyok menepikan mobilnya, karena mereka menggunakan google map dan baru kali ini lewat pantura, biasanya lewat jalur selatan langsung ke Jogja.

Mereka berdua turun dari mobil dan melihat pamandangan yang dimaksud Janggan, di seberang jalan terpampang papan yang bertuliskan Tuban bumi wali.

Deg

Janggan teringat seseorang dan masih mengingatnya dia pernah ke kota ini. Ada rasa yang masih tersimpan rapi di sudut hatinya, dan pengalaman pertamanya yang tak akan bisa terhapus.