webnovel

Masih Tidak Pergi?

Editor: Wave Literature

Sorot mata Wen Qiao sangat muram dan dingin, "Karena kamu mengatakan hal tidak masuk akal maka aku akan memberikan pencerahan kepadamu, Wen Jianmin membelikanmu tas ratusan ribu yuan, dia membelikan anak yang tidak ada hubungan darah dengannya piano seharga 200.000 yuan. Aku, Wen Chi dan Wen Mo adalah anak kandungnya jadi dia memiliki tanggung jawab kepada kami, jadi uang yang aku minta adalah uang yang seharusnya dia gunakan untuk menghidupi kami. Kamu datang untuk mencaci maki Mamaku, itu namanya kamu mencari masalah, lain kali jika terjadi lagi maka kita akan bertemu di pengadilan."

Seluruh rambut Zhong Hui basah, dia tahu Wen Qiao seperti anak serigala. Dia tidak bisa mengalahkannya dalam hal bicara, dia juga tidak bisa memukulnya lalu ditambah dia melihat wajah Ji Mingyuan yang tidak senang seolah siap membantu Su Yun kapan saja. Dia merasa jika berada di dalam sini lebih lama maka tidak akan ada hal baik yang terjadi kepadanya.

Sekarang Wen Qiao sedang melihat bukti nyata dari perkataan 'Seorang ibu yang buruk tidak akan ada yang bisa dipelajari oleh anaknya'.

Wen Qiao mengambil gelas kopi yang ada di atas meja kasir lalu menyiramkannya ke wajah Zhong Hui.

Kopi itu masih sedikit hangat, Zhong Hui yang merasakan itu langsung berteriak, "Kamu…"

Wen Qiao berkata dengan suara dingin, "Masih tidak pergi?"

Zhong Hui berlari keluar dari dalam minimarket dengan penuh rasa malu.

Wen Qiao menolehkan kepalanya dan melihat raut wajah ibunya yang terlihat buruk. Ibunya selalu bersikap hangat, lembut dan baik sedangkan Wen Qiao menjadi bisa seperti ini itu karena dirinya sendiri yang berubah karena keadaan.

Karena jika dia tidak menjadi kuat, maka dia akan menjadi sasaran penindasan orang-orang.

Wen Qiao sudah bertekad di kehidupannya kali ini dia tidak akan membiarkan orang-orang yang menindasnya.

Sesaat setelah Zhong Hui pergi, Wen Qiao langsung membereskan kekacauan di sana lalu dia kembali menjadi anak yang penurut. Dia berjalan ke depan Su Yun lalu dengan suara pelan menyapa mereka, "Mama… Paman Ji."

Ji Mingyuan dengan cepat berkata, "Kak Su, kamu pulang dulu saja dengan Qiaoqiao, aku yang akan membereskan ini."

Saat Ji Mingyuan membersihkan barang-barang di sana, Su Yun sudah membawa Wen Qiao keluar dari minimarket.

Dari minimarket sampai ke rumah mereka hanya memerlukan waktu 10 menit dan sepanjang perjalanan Su Yun tidak bicara sama sekali.

Dia tidak mau mendidik anak-anaknya di tengah jalan dan di depan orang lain.

Sampai tiba di depan pintu gerbang rumah mereka, Wen Chi dan Wen Mo sedang mengerjakan tugas sekolah mereka di dalam halaman kecil, di atas meja kayu yang sudah tua, Wen Mo menutup mulutnya dan batuk-batuk kecil seperti sedang flu.

Wen Chi melihat Wen Qiao pulang dan saat dia mau menghampiri Wen Qiao, Wen Qiao langsung melihat ke arahnya untuk menyuruhnya tidak mendekat.

Kemudian Su Yun membawa Wen Qiao masuk ke dalam.

"Katakan kepada Mama, apa yang terjadi."

Wen Qiao meletakkan tas pipa miliknya lalu dengan canggung merapikan rambutnya dan bertanya kembali, "Apanya?"

"Kenapa kamu meminta uang dari Papamu?" Suara Su Yun terdengar gemetar dan matanya merah.

"Kenapa aku tidak boleh minta? Dia secara hukum adalah Papa kami. Dia memiliki 3 anak jadi dia memiliki tanggung jawab untuk menghidupi kami, sudah selayaknya dia mengeluarkan uang."

Su Yun dengan mata berkaca-kaca berkata, "Wen Qiao, bagaimana dengan harga diri? Apa kamu sudah tidak menginginkan harga dirimu lagi? Kamu sudah tidak peduli dengan harga diri Mama? Kita harus hidup dengan memiliki harga diri."

"Ma, Mama tidak bisa mengorbankan kesehatan Wen Chi dan Wen Mo hanya untuk harga diri, Mama tidak bisa hanya memikirkan diri Mama sendiri!"

Saat Wen Qiao baru menyelesaikan perkataannya, dia langsung melihat air mata Su Yun yang langsung menetes.

Perasaan Wen Qiao menjadi gemetar. Dia sadar bahwa dia telah bicara terlalu keras, dia ingin menarik tangan ibunya tapi Su Yun menepis tangannya lalu berjalan keluar.

Wen Qiao dengan sedih berkata, "Ma… Ma, bukan itu maksudku… Ma, aku salah bicara."

Su Yun mengusap air matanya lalu dengan suara pelan berkata, "Mama mau pergi ke toko buah untuk membelikan Xiao Mo buah pir, dia sudah batuk-batuk selama 2 hari."

Setelah mengatakan itu, Su Yun langsung berlari keluar.

Wen Qiao memukul kepalanya sendiri karena kesal, 'Kenapa aku harus bicara tanpa dipikir!'

Wen Chi menggigit pensilnya lalu dia berjalan masuk dari halaman dan dengan berhati-hati bertanya, "Ada apa?"

Wen Mo juga melihat Wen Qiao dengan wajah khawatir.