webnovel

Apa Anak Ini Memang Benar-benar Begitu Beruntung?

Editor: Wave Literature

Wen Qiao menepuk pundak Wen Chi lalu berkata, "Tidak apa-apa, masuk ke dalam saja mengerjakan tugas, keadaan gelap tidak bagus untuk mata."

Setelah mengatakan itu, Wen Qiao juga pergi keluar. Di luar rumahnya ada sebuah gang kecil yang penuh dengan bebatuan, Wen Qiao jalan ke arah sana kemudian dia mendengar suara tangisan dari pojok gang.

Dia tidak berani mendekat sehingga dia hanya bersandar di dinding.

Su Yun berjongkok di pojok gang dan diam-diam menangis, 'Mama juga bisa menangis, Mama juga bisa lemah, Mama juga membutuhkan seseorang untuk bersandar.'

Suara tangisan Su Yun sangat kecil. Dia berusaha menahan suaranya, setelah dia meluapkan emosinya, sekitar 5 menit kemudian Wen Qiao mendengar suara langkah kaki.

Dalam waktu 5 menit itu Su Yun bersembunyi di pojok gang lalu menangis untuk sesaat, setelah itu dia kembali kuat untuk menjalani hidupnya.

Saat Su Yun pulang, hujan pun turun. Dia membawa kantong plastik yang di dalamnya ada 4 buah pir, 1 sisir pisang dengan bintik-bintik hitam serta beberapa apel.

Wen Qiao dengan cepat mengambil handuk lalu membantu Su Yun untuk mengelap rambutnya yang basah. Mata Su Yun masih merah, lalu dengan suara pelan dia berkata, "Makan pisangnya, Mama akan ke dapur untuk memasak pir ini untuk Xiao Mo."

Wen Qiao mengikuti Su Yun dan berjalan masuk ke dalam dapur.

Hujan di luar masih cukup deras dan belum berhenti. Su Yun mengupas kulit pir lalu Wen Qiao dengan suara pelan berkata, "Ma, aku minta maaf."

Su Yun menggelengkan kepalanya, "Mama yang bersalah kepada kalian dan membuat kalian jadi kesulitan seperti ini."

Wen Qiao jadi merasa semakin bersalah, dia tahu bahwa Su Yun selama ini selalu berusaha sekeras yang dia bisa untuk bisa membuat dirinya dan kedua adiknya menjalani kehidupan normal seperti keluarga lain.

Walaupun kondisi ekonomi keluarga mereka pas-pasan tapi Su Yun tetap membiarkan Wen Qiao belajar bermain pipa di kelas khusus karena Wen Qiao memiliki bakat dalam bidang ini, karena Su Yun merasa dengan Wen Qiao bisa bermain musik maka kelak Wen Qiao akan memiliki kehidupan yang lebih baik.

"Ma, kita selama ini tidak pernah pergi mencari Wen Jianmin. Dia juga tidak pernah berpikir tentang harga diri kita ataupun mau menghargai kita. Saat dia melihat kita menjalani kehidupan yang sulit dia sama sekali tidak prihatin. Kita melakukan ini agar kita bisa bergerak maju, sebenarnya aku juga tidak memiliki maksud buruk, Mama paham apa yang ingin aku sampaikan?"

Su Yun memasukkan pir yang sudah dikupasnya ke dalam panci lalu menuangkan air. Setelah itu dia menyalakan kompor dan dia melihat ke arah Wen Qiao, "Dia adalah Papamu, jangan memanggilnya dengan namanya seperti itu."

"Mama menyuruhku menganggapnya Papaku, tapi sejak dulu ia tidak pernah menganggap kami sebagai anaknya. Selama 11 tahun dia tidak pernah bertanya atau ingin tahu keadaan kami. Walaupun hanya untuk membuatnya merasa sakit, aku tetap menginginkan uang ini."

Su Yun melihat sorot mata Wen Qiao yang telah bertekad bulat, dia memegang tangan Wen Qiao, "Mama hanya khawatir kamu akan terluka."

Su Yun membatin, 'Zhong Hui yang awalnya dari seorang sekretaris bisa menjadi seorang nyonya, sudah pasti dia memiliki hati dan pikiran yang buruk, begitu juga dengan Xu Lu, anak yang dia bawa. Qiaoqiao adalah anak yang spontan, bagaimana bisa dia menangani kedua ibu dan anak itu?'

Wen Qiao menggenggam tangan Su Yun, "Aku bisa menjaga diriku, aku juga akan menjaga Mama dan adik-adikku."

Su Yun akhirnya berkompromi, "Kamu sebaiknya bicara baik-baik dengan Papamu, jika memang tidak bisa maka lupakan. Mama akan mencari cara lain untuk bisa menghasilkan uang lebih, hm?"

Wen Qiao menganggukkan kepalanya dengan cepat, tapi dalam hati, 'Bicara baik-baik? Hal itu tidak akan pernah terjadi. Aku tidak akan pernah bisa bicara baik-baik dengan orang seperti Wen Jianmin yang tidak akan menangis jika bukan melihat peti mati.'

Setengah jam kemudian sup buah pir sudah jadi, Su Yun membawa 1 mangkuk besar yang penuh ke dalam ruang tamu lalu berkata, "Xiao Mo, kemari dan minum ini."

Wen Mo memiliki tubuh yang lebih kurus dan putih dibandingkan dengan Wen Chi, dia duduk di meja makan lalu meminum sup buah pir.

Wen Qiao memegang dahi Wen Mo lalu berkata, "Kalau besok kamu masih batuk kita pergi ke rumah sakit, ya."

Wen Mo menganggukkan kepalanya.

Kemudian dia menolehkan kepalanya dan melihat Wen Chi yang sudah mengesampingkan tugasnya lalu bermain game di laptop.

Di rumah mereka ada 2 pc, laptop dan notebook. Semuanya Wen Mo yang membawanya pulang karena dia mendapatkan hadiah dari lotre Weibo.

Semua handphone yang mereka bertiga gunakan juga didapatkan oleh Wen Mo dari hadiah.

Saat ini Wen Qiao berpikir lagi dan mulai merasa curiga, 'Apa anak ini memang benar-benar begitu beruntung?'