webnovel

Detektif Qaroline (I Remember It)

Ciiiiiiiiiiittttttttt, Brak! Mobil itu hilang kendali, dan menabrak sebuah pohon, setelah menghindari truk yang ada di depannya. Semua menjadi gelap, dan aku tidak ingat apa-apa setelah itu. "Qa, besok sudah siap training detektifnya?" seorang wanita paruh baya, membuyarkan lamunannya calon detektif berusia dua puluh tiga tahun itu. "Siap mah, besok aku berangkat pagi." Qaroline menghabiskan makanannya. "Mah, bayangan itu melintas lagi." "Bayangan seorang remaja itu? Sudah biarkan saja. Nanti juga hilang sendiri." "Bukan hanya itu, aku juga terbayang sebuah kecelakaan yang hebat mah." mamahnya terkejut mendengarnya. Dia selalu teringat peristiwa itu, yang membuat semuanya berubah. 'Maafkan mama nak, mama belum siap menceritakannya.

Evi_Kurniasari_4316 · Sci-fi
Peringkat tidak cukup
6 Chs

Bab II

Line menghabiskan waktu di perpustakaan, setelah diberitahu kalau pembimbing selanjutnya, tidak bisa hadir. Pembimbing di sekolah Line, sudah terkenal di dunia, jadi sering kali pembimbingnya tidak masuk, karena sedang menyelesaikan kasus yang diberikan. Perpustakaan sekolah Line, hanya menyediakan buku atau novel yang berkaitan dengan detektif saja, untuk siswa baru seperti Line dan teman-temannya. Berbeda dengan senior-seniornya Line, mereka sudah dibolehkan membaca buku di luar tema detektif.

"Hei." sapa seorang yang tak asing bagi Line, orang itu Adit. "Kamu disini juga? Wah aku sudah baca novel itu, bagus. Tapi ada sedikit bahasa yang kurang ku mengerti si."

"Oh ya? Berarti aku harus baca nih."

"Ya, lumayan, buat referensi taktik juga, by the way, sendirian saja nih?"

"Iya, kamu kan tahu sendiri, orang di negara ini, individualis sekali. Kamu juga merasa begitu kan?"

"Iya si, beda dengan orang di negara ku."

"Oh ya? Ceritakan dong."

"Jadi, orang Indonesia itu, ramah sekali." Adit mendekatkan kursinya ke Line. "Kamu jalan sendiri, terus kamu lewat di depannya, pasti disenyumin."

"Wah, ramah sekali, aku jadi ingin ke Indonesia, kapan-kapan aku ikut kamu pulang kampung ya?"

"Boleh."

***

Sekolah detektif terbesar se Asia ini, memiliki murid dari berbagai negara, bahkan sepertiganya berasal dari luar benua. Sekolah ini mempunyai lapangan utama yang luas. Lapangan ini biasa digunakan siswanya, untuk berolahraga atau sekadar duduk di bangku yang ada, seperti yang sedang dilakukan Line saat ini. Dia sedang membaca novel, ditemani sepotong Roti, dan susu kotak, yang dia bawa dari rumah.

"Hei."

"Astaga. Se.. Se.. Tan."

"Ini gue, bayangan hitam, yang sering kamu lihat." Line membereskan barang-barangnya sesegera mungkin, agar dia bisa cepat pergi dari situ. "Aku bisa berubah wajah, kalau kamu membayangkan wajah seseorang." aktivitas Line terhenti, setelah dia mendengar peryataan bayangan hitam itu. Dia sebenarnya takut, tapi penasaran juga, jadi dia lebih memilih mendengarkannya. "Kamu tutup mata, habis itu, bayangkan wajah seseorang." Line mengikuti arahannya. Setelah beberapa detik, dia membuka matanya, dan benar, hal itu terjadi. "Kamu ada cermin?" Line memberinya cermin yang dia bawa. Bayangan hitam atau hantu itu terlihat cemas, takut kalau yang terjadi tidak sesuai dengan harapannya. "Yeess, yeeyyy, akhirnya, aku jadi yang aku inginkan." Line melihatnya bingung.

"Itu bayangan siapa?" mendengar pertanyaan Line, hantu itu terlihat sedih. "Pertanyaan ku menyakitkan ya?"

"Eh tidak apa-apa. Terima kasih ya."

"Kenapa kamu senang sekali?"

"Karena ini wajah ku yang dulu."

"Oh ya? Wah aku hebat juga ya, bisa pas gitu."

"Ye, itu kebetulan saja, tidak usah terlalu bangga deh."

"Hahaha, setan bisa nyinyir juga ya? By the way, kamu kelihatan seperti remaja."

"Iya, karena aku matinya waktu remaja."

"Oh ya? Kenapa?"

"Karena penyakit."

"Wah, penyakit apa kalau boleh tahu?"

"Kanker."

"Hai Line." melihat Clow menghampiri Line, hantu itu pergi seketika.

"Hai Clow, ada apa?"

"Hantu itu mengganggumu ya?"

"Oh, tidak, dia sedang lewat saja."

"Tapi sepertinya dia sudah berubah wujud," Clow duduk di sebelahnya Line. "Kamu yang merubahnya ya?"

"I.. Iya, itu pun dipaksa sama dia."

"Kabarnya, besok akan diadakan ujian tertulis, Line. Huft, aku belum belajar."

"Ya sudah, belajar dong."

"Ye, kamu enak benget ngomongnya."

"Ya kalau mau bisa, harus belajar, benar kan?"

"Iya si, by the way, lelaki yang waktu itu sama kamu, itu siapa?"

"Oh itu, dia Adit, asal Indonesia."

"Oh ya? Kabarnya nanti di akhir tahun, salah satu kelompok, akan ditugaskan di Indonesia."

"Serius? Wah aku harus dapat itu."

"Kenapa kamu gembira sekali?"

"Indonesia adalah negara impianku. Aku berharap, suatu saat bisa kesana."

"Ohh, kalau aku si inginnya ditugaskan di Singapore, tapi di Indonesia juga tidak apa, asalkan kamu juga ditugaskan disana."

"Kamu berharap sekali ya?"

"Ye, jangan percaya diri dulu, alasan utamaku, bukan kamu, tapi rasa penasaranku sama Indonesia."