webnovel

Detektif Qaroline (I Remember It)

Ciiiiiiiiiiittttttttt, Brak! Mobil itu hilang kendali, dan menabrak sebuah pohon, setelah menghindari truk yang ada di depannya. Semua menjadi gelap, dan aku tidak ingat apa-apa setelah itu. "Qa, besok sudah siap training detektifnya?" seorang wanita paruh baya, membuyarkan lamunannya calon detektif berusia dua puluh tiga tahun itu. "Siap mah, besok aku berangkat pagi." Qaroline menghabiskan makanannya. "Mah, bayangan itu melintas lagi." "Bayangan seorang remaja itu? Sudah biarkan saja. Nanti juga hilang sendiri." "Bukan hanya itu, aku juga terbayang sebuah kecelakaan yang hebat mah." mamahnya terkejut mendengarnya. Dia selalu teringat peristiwa itu, yang membuat semuanya berubah. 'Maafkan mama nak, mama belum siap menceritakannya.

Evi_Kurniasari_4316 · Sci-fi
Not enough ratings
6 Chs

Bab III

Line melemparkan tasnya di kasur. Dia istirahat sebentar, setelah seharian mengikuti training di sekolahnya.

"Astaga." Line terkejut melihat hantu itu ada di dekatnya. "Bisa tidak, kamu kalau mau datang, kasih kode dulu. Untung aku tidak punya jantung." hantu itu menatap tajam Line. "Maksud ku, tidak punya penyakit jantung."

"Kamarmu bagus juga, baru kali ini aku main ke kamarmu."

"Masa? Waktu itu, aku lihat kamu ada di pojok situ."

"Aku tidak pernah memerhatikan kamarmu sebelumnya, hehehe."

"Kamu baru tinggal disini ya?"

"Kamu kok tahu?"

"Ye, aku kan se.. "

"Iya aku tahu, kamu setan kan?"

"Nah itu tahu."

"By the way, kenapa kamu tadi menghilang, waktu ada Clow?"

"Dia punya kemampuan melihat setan, jadi aku takut."

"Aku juga punya, buktinya aku bisa lihat kamu."

"Ye, itukan berkat bimbinganku."

"Line." terdengar panggilan mamanya Line dari bawah. Langkah kakinya sudah terdengar, artinya dia sudah dekat dengan kamar Line. Line bingung, kenapa hantu itu tidak pergi, seperti waktu ada Clow. "Makan dulu sayang." tatapan matanya terkejut melihat hantu itu, dia langsung teringat siapa sosok hantu itu yang sebenarnya. Kemudian dia tersenyum pada hantu itu. "Makan yuk."

"Yuk mah, aku sudah lapar."

"Oh ya? Kenapa tidak turun dari tadi?"

"Lagi istirahat sebentar mah."

"Ya sudah, yuk turun."

****

Sinar rembulan, tengah menemani mamanya Line malam ini. Dia menikmati secangkir teh, dan merasakan udara malam yang dingin. Hantu itu muncul di hadapan mamanya Line.

"Kamu mengikuti kami sampai sini ya?"

"Iya, hehehe."

"Line sudah bisa merubah wujudmu ya?"

"Iya tante, awalnya aku khawatir, kalau aku berubah jadi wajah yang lain, tapi ternyata, dia ingat wajahku tan. Walaupun dia tidak ingat namaku si." ucapnya sedih.

"Panggil saya mama saja."

"Hehe, iya ma, tapi tidak apa ma, yang terpenting, dia bisa nyaman sama aku."

"Tapi, jangan bawa dia ke alammu ya."

"Siap ma."

"Malam sayang."

"Malam pah."

"Hantu itu kok sudah berubah wujud? Sepertinya aku tahu wujud itu." papa Danish duduk di sebelahnya mama.

"Iya, Line yang merubahnya."

"Oh ya? Berarti dia sudah ingat semua dong?"

"Belum, dia baru ingat wajahnya saja."

Hampir tengah malam, mama papanya Line menikmati sinar bulan purnama malam ini. Sedangkan anaknya, Line, sudah tidur sejak dua jam yang lalu. Suasana komplek rumah, sudah sepi, hanya ada beberapa mobil saja yang lewat. Seorang lelaki berpostur tinggi, tengah berdiri di depan pintu pagar, kemudian satpam pun menyuruhnya masuk ke dalam rumah.

"Malam mah."

"Malam." nyonya Danish menyambut dan memeluk anak pertamanya itu, Cleo. Dia mewarisi pendidikan seperti orang tuanya, yaitu pendidikan detektif. Sudah hampir dua tahun, dia ditugaskan di New York, untuk menyelidiki sebuah kasus. "Kamu kenapa tidak memberi kabar, kalau mau pulang?"

"Sengaja, mau beri kejutan buat mama papa."

"Bagaimana kasusnya Cle?"

"Papah, anak baru pulang, sudah ditanya kasus."

"Tidak apa mah, Cle tidak terlalu lelah kok." Cle menurunkan barang-barang yang dibawanya. "Terima kasih ya Bi,"

"Sama-sama den."

"Oh ya bi, Line sudah tidur?"

"Kamarnya si sudah terkunci den, mungkin sudah tidur."

"Kalau Line bangun, jangan dikasih tahu dulu ya."

"Iya den."

"Oh ya, maaf pa, jadi ngobrol sebentar sama bibi." Cleo duduk di sebelah papanya itu. "Kasus sudah diselesaikan pa, ternyata pelakunya orang dari kantor itu sendiri. Terima kasih ya bi." susu hangat kini sudah ada di meja. "Miris ya pa."

"Iya, sekarang ini, kalau kita mau merekrut anggota, harus hati-hati, kalau tidak, bisa seperti itu." Danish meminum kopinya. "Ya sudah, kamu habiskan dulu minumanmu, setelah itu, kamu istirahat. Besok kamu yang antar adik kamu berangkat ke kampus."