webnovel

You Are More Than That

"kau menyerah begitu saja? Atau mungkin memang kau telah jatuh hati dengan pria pilihan ayahmu?" balas Kyuhyun sarkastik.

Chaewon menyisip teh rosellanya "lebih baik seperti itu"

"apa? Jangan macam-macam Yoon Chaewon!" Kyuhyun yang memprovokasi malah terprovokasi oleh jawaban yang sama sekali tidak ingin ia dengar dari bibir Chaewon.

"aku tidak macam-macam. Aku akan menutup teleponnya, Presdir adalah orang yang sibuk. Maaf, telah membuang waktu anda" Chaewon menutup teleponnya.

Senyum tipis terulas di bibirnya yang memerah karena meminum teh rosella yang menjadi favoritnya itu. Hal ini tidak sebanding dengan apa yang terjadi di New York, lebih tepatnya di ruang kerja CEO AMO Enterprise. Kyuhyun langsung menyuruh Lucas untuk menyiapkan keberangkatannya menuju London setelah rapat siang itu. Rapat berjalan dengan sangat tegang dikarenakan mood Kyuhyun yang buruk, setiap saat Kyuhyun akan selalu melirik jam Rolex di pergelangan tangannya.

"Presdir, apa ada yang kurang berkesan dari presentasi kami?" salah satu pegawai bertanya sedikit was-was.

"tidak, bagaimana kalau kita lanjutkan rapat ini lain kali. Aku akan mengevaluasi laporannya nanti, berikan saja pada Lucas. Aku harus pergi, terima kasih atas kerja kerasnya" dengan itu Kyuhyun langsung keluar ruangan.

"siapkan berkas yang dibutuhkan untuk mendaftarkan pernikahan" perintahnya pada Lucas saat mereka masuk ke dalam lift.

"maaf?" Lucas menampilkan ekspresi kebingungan.

Kyuhyun menatap wajah kebingungan itu "aku akan menikah dengan nona Yoon Chaewon. Siapkan berkasnya setelah kepulanganku dari London"

Walau sedikit terkejut, Lucas menerima tugas itu dan Kyuhyun pun meluncur ke bandara dan terbang menuju London. Namun siapa sangka bahwa yang dimaksud dengan London dalam percakapan mereka tadi adalah sebuah kota kecil di provinsi Ontario, Kanada.

Tujuh jam perjalanan ia lewati dengan gusar, setibanya di ibukota Inggris itu Kyuhyun langsung menghubungi Chaewon untuk mengirimkan alamat kediaman orangtuanya, "are you kidding?" umpatnya saat menerima alamat tersebut.

"nope" balas Chaewon.

"kenapa kau tidak bilang kalau orangtuamu berada di Kanada? Kenapa kau harus menyesatkanku dengan membuatku berfikir kau berada di Inggris?"

"aku tidak merasa melakukannya"

"ya, kau melakukannya. Kau bilang kau berada di London! Setiap orang pasti akan menyimpulkannya sebagai ibukota Inggris, bukan sebuah kota di Kanada" yup! Omelan Kyuhyun dimulai kembali.

"aku mengatakan apa yang sekiranya terjadi, aku memang berada di London. Salahmu tidak menanyakan lebih detail"

Kyuhyun mengusap wajahnya frustasi, ya, harus diakui bahwa dirinya terlalu gegabah menyimpulkan. Tetapi, Chaewon juga punya salah dalam hal ini menurutnya.

"Chae, apa kau sudah siap?"

"ya, tunggu sebentar, Mom"

Kyuhyun dapat mendengar samar suara dari seberang telepon dan secara spontan bertanya "apa yang sedang kau lakukan?"

"aku sedang bersiap untuk makan malam"

"makan malam? Dengan siapa?" Kyuhyun tidak suka dengan situasi saat ini.

"kedua orantuaku dan kerabat mereka"

"jangan pergi" titah Kyuhyun.

"hey.." sela Chaewon tidak suka, "aku akan tutup teleponnya, selamat malam"

Kyuhyun mengumpat kesal setelah Chaewon memutuskan sambungan mereka, rasanya ia ingin meledak. Kenapa wanita ini senang sekali membuat dirinya naik pitam? Kyuhyun memejamkan matanya, saat ini sudah larut ia tidak mungkin melakukan penerbangan kembali. Staff maskapainya juga butuh istirahat, esok pagi ia akan langsung terbang ke Kanada.

Kyuhyun menginformasikan staff maskapainya dan memutuskan untuk menginap di hotel bandara. Tentu saja malam itu terasa sangat lama dan ia habiskan penuh dengan kegusaran, Kyuhyun menyisip wine setelah selesai merelaksasikan dirinya dalam Jacuzzi.

Kalau dipikir-pikir kembali, kenapa Kyuhyun bersikeras untuk menikahi Chaewon? Dirinya yang selama ini menolak ide akan pernikahan, malah sekarang bersikeras ingin menikah seorang wanita yang bisa dibilang bukan tipenya. Mereka sering kali bertengkar, wanita itu selalu membuatnya kesal, baik dari perkataannya yang selalu dapat membalas kembali kata-katanya, perilakunya yang dingin dan susah diterka, hingga perhatian yang ia beri pada pria lain.

Wanita itu berbeda dari wanita-wanita yang selama ini ia kencani. Walaupun dia membuat Chaewon berada di sisinya, memanjakannya dengan barang mewah, mendekapnya, Kyuhyun merasa ia tidak bisa memiliki wanita itu seutuhnya. Hanya Chaewon yang bisa membuatnya merasa seperti itu, karenanya Kyuhyun bertekad akan melakukan apapun untuk membuat Chaewon menjadi miliknya secara utuh.

.

Esok pagi sesuai rencana Kyuhyun terbang menuju Kanada. Setibanya di bandara internasional Toronto, Kyuhyun menghubungi Chaewon saat dirinya dalam perjalanan menuju rumah kedua orangtua Chaewon.

"halo?" jawab Chaewon.

"hi, aku baru saja sampai"

"oh..syukurlah kau sampai dengan selamat"

"kau tidak terdengar tulus"

"begitukah? Maaf bila terdengar seperti"

See! Inilah yang Kyuhyun tidak suka darinya, wanita ini terlalu tidak acuh.

"pagi ini sangat indah, bisakah kau tidak merusaknya? Kau selalu saja membuat pertengakaran di antara kita" omel Kyuhyun.

Chaewon mengumpat dalam pikirannya merasa ada yang salah dalam sistem kerja otak pria yang menjadi lawan bicaranya itu sehingga salah berucap. Semua itu kesalahannya? Salahkan sistem yang mengatur emosinya, kenapa dia sensitif sekali.

"um.." balas Chaewon setengah hati dan tidak bersuara setelahnya.

"kenapa kau diam saja?" tuntut Kyuhyun saat mendapati beberapa detik keheningan.

"aku tidak ingin merusak pagimu dengan kata-kata yang keluar dari bibirku. Jadi, aku lebih memilih diam" balasnya sedikit sarkastik.

"ubahlah ke fitur video call" pinta Kyuhyun.

Chaewon menurut.

Kyuhyun akhirnya bisa melihat wajah tenang yang ia dambakan, "kalau aku tidak bersuara tidak apa 'kan? Kau masih bisa melihatku" ujar Chaewon seraya menaruh ponselnya pada alas duduk ponsel yang ada di meja kerjanya.

"tentu saja kau harus berbicara denganku" protesnya.

"aku tidak punya topik" Chaewon kembali fokus pada laptopnya.

"apa yang kau lakukan?" Kyuhyun memulai topik.

"bekerja"

"bekerja?"

"ya"

"memang apa yang kau kerjakan?"

"satu-satunya yang menjadi pekerjaanku. Menulis artikel majalah Fashion, memangnya aku punya pekerjaan lain?"

"tunggu, bukankah kau telah memberikan surat pengunduran diri?"

"aku tidak tahu darimana kau mendapatkannya karena secara spesifik aku menyuruh Margaret untuk menyimpannya sebagai souvenir. Aku menggunakan surat itu sebagai alat pendukung agar ayahku percaya kalau aku benar-benar akan meninggalkan New York. Aku tidak mungkin meninggalkan kehidupanku begitu saja, terlebih pekerjaanku. Apalagi sekarang sudah mendekati deadline, aku harus merampungkan draft untuk edisi tahun baru" jelas Chaewon yang masih mengerjakan pekerjaannya. [Margaret adalah ketua HRD]

Kyuhyun tersenyum, merasa bodoh karena dirinya telah terlebih dulu dilahap oleh kesalahpahaman "jadi kau akan kembali ke New York?"

"tentu saja, aku akan kembali setelah tahun baru" kini Chaewon mengalihkan fokusnya pada wajah Kyuhyun yang tersenyum lega.

"aku sudah bilang untuk tenang dan tidak perlu mencemaskan hal itu. Aku rasa kau tidak memiliki kepercayaan terhadapku" Chaewon menopangkan dagunya di atas tangan kanannya.

Kyuhyun mengakui hal tersebut.

"hm, kurasa kau sia-sia juga datang ke sini"

"tapi aku akan tetap datang dan membuat semuanya clear" tegasnya, Kyuhyun tidak akan melewatkan kesempatan apapun yang dapat membuat dirinya memiliki Chaewon seutuhnya.

Chaewon tidak merespon, hanya menatap Kyuhyun.

"kenapa menatapku seperti itu? Kau mulai terjatuh dalam pesonaku?" ujarnya berbangga hati.

"kenapa harus aku?" gumam Chaewon

"hm? Apa?"

"aku sedang berfikir, kenapa harus aku? Dari sekian banyak wanita yang ada dalam kehidupanmu, kenapa harus aku?" ulangnya dengan nada bingung yang ketara.

"kau ini bicara apa? Tentu saja harus dirimu, kau-"

"hamil anakmu? Karena reputasimu?" potong Chaewon.

Dan entah mengapa, walau Kyuhyun yang melontarkan kata-kata itu pada Chaewon sebelumnya, kini merasa sakit mendengarnya. Seperti ada yang melemparkan segenggam batu ke dadanya.

"well, aku akan bilang pada ibuku kalau kau akan datang. Aku akan menutup teleponnya, bye"

Sambungan komunikasi mereka terputus dan Kyuhyun hanya bisa menggumamkan apa yang seharusnya ia katakan "Kau lebih dari itu"